Berita Nasional
Sepenggal Kisah Mengerikan Tragedi Mei 1998, Bau Mayat di Hero dan Teror Penjarahan
Caranya meminta dengan bahasa Tarzan, hanya dengan melambaikan tangan yang menggenggam segepok uang
Selama menuju ke kompleks perumahan Pertanian melalui "jalan tikus", Slamet "kagum" betapa banyak orang turun ke jalan yang sepi.
Mereka berkerumun di mulut-mulut gang seperti sedang menunggu sesuatu.
Di pertigaan Jl Gatot Subroto dan Jl Rasamala, ia dimintai uang.
Caranya meminta dengan bahasa Tarzan, hanya dengan melambaikan tangan yang menggenggam segepok uang.
"Karena saya tidak mau merugi kalau mobil dirusak, saya relakan Rp1.000 untuk pungli," katanya sambil menambahkan, sebelumnya ia mendengar ada mobil yang dirusak hanya karena penumpangnya tidak mau memberi pungli cepekan.
Yang bikin ia makin terheran-heran, setiba di rumahnya di belakang pasar swalayan Hero itu, ia melihat banyak orang yang mendorong trolley lewat di jalan depan rumahnya.
Isinya barang jarahan dari Hero.
Pasar swalayan itu tidak hanya dijarah isinya, tapi juga dibakar sesudahnya. Asap hitam yang tebal mengepul dari tempat gedung Hero yang sudah dijarah.
"Ketika api makin membesar, penghuni kompleks yang paling dekat rumahnya dengan Hero panik dan mengungsi karena khawatir kalau api menjalar ke rumah mereka," cerita Slamet.
Api ternyata dapat dikuasai dan dipadamkan.
Para penghuni malam itu kembali ke rumah masing-masing, tetapi esok malamnya disiksa bau tikus yang merajalela.
"Ini bukan tikus!" komentar salah seorang penghuni. "Masak Hero ada tikusnya. Mungkin itu bau mayat yang terbakar dan tidak ada yang mengurus!"
Sampai tiga hari lamanya bau tikus, atau bangkai, atau mungkin juga bangkai tikus, itu meneror penghuni kompleks belakang Hero. Sesudah itu tidak berbau lagi.
Dua hari sesudah kerusuhan, bertiup kabar bahwa perusuh atau penjarah akan mengalihkan operasinya ke perumahan penduduk.
Kepanikan pun mulai merasuki segenap penghuni kompleks-kompleks perumahan.