Berita Jawa Tengah
Soal Pelaksanaan Sholat Idulfitri, Gubernur Ganjar Minta Jateng Satu Suara
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meminta seluruh bupati/wali kota di Jawa Tengah satu suara dalam penyelenggaraan salat Idulfitri 1441 H
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meminta seluruh bupati/wali kota di Jawa Tengah satu suara dalam penyelenggaraan salat Idulfitri 1441 H.
Sesuai anjuran pemerintah, pelaksanaan Salat Idulfitri tahun ini tidak dianjurkan dilaksanakan berjemaah di masjid atau lapangan, melainkan di rumah masing-masing.
Hal itu disampaikan Ganjar menanggapi beberapa Kabupaten/Kota di Jateng yang memperbolehkan warganya menggelar Salat Ied berjamaah di masjid atau lapangan.
Beberapa bupati/ wali kota yang memperbolehkan misalnya Bupati Karanganyar, Wali Kota Tegal dan Bupati Kudus.
"Saya menyarankan kepada bupati/ wali kota, mari kita ikuti ketentuan dari pemerintah, dari Kementerian Agama atau Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saya sarankan, mari kita ikuti aturan untuk melaksanakan salat Idulfitri di rumah masing-masing," kata Ganjar melalui keterangan tertulis, Rabu (20).
Menurutnya, MUI Jateng juga sudah memberikan petunjuk tentang tata cara Salat Ied di rumah.
Dari tata cara, naskah khotbah yang lebih singkat namun tidak mengurangi syarat rukun pelaksanaan ibadah.
"Kepala keluarga yang jadi imam dan khotib, bisa bapak atau putra yang sudah dewasa. Khotbahnya juga sudah disiapkan lebih singkat. Kalau itu bisa dilakukan, itu bisa mencegah," tandasnya.
Gubernur menyesalkan keputusan sejumlah bupati/ wali kota yang memperbolehkan pelaksanaan Salat Ied di masjid. Dirinya mengatakan, konsolidasi nasional harus dilakukan agar seluruh keputusannya bisa sama.
Meskipun demikian, politikus PDIP itu menuturkan ada banyak pertimbangan bupati/ wali kota di Jateng untuk mengambil tindakan semacam memperbolehkan pelaksanaan salat berjemaah.
Tapi sebenarnya, lanjutnya, syarat untuk melakukan itu sangat ketat, yakni bisa dikendalikan dan daerahnya berwarna hijau (tidak ada kasus positif Covid-19).
"Tapi problemnya, kalau ada yang OTG (orang tanpa gejala), ini kan tidak bisa terdeteksi. Kekhawatiran kami, kalau OTG ini menjadi bagian dalam kegiatan itu, kan sulit mengontrolnya," ujar Ganjar.
Apalagi, kata dia, saat ini banyak orang yang masih nekat mudik dari daerah zona merah. Kalau salat Ied diizinkan, bukan tidak mungkin akan terjadi penularan.
"Meskipun jarak sudah diatur, tapi tanpa sadar orang bersalaman, berdekatan. Itu ada potensi yang membahayakan," tegasnya.
Ganjar juga sudah melakukan komunikasi dengan para kepala daerah yang memberikan lampu hijau untuk salat berjemaah tersebut. Mereka diminta agar keputusan itu bisa ditinjau kembali.
"Saya sudah komunikasi dengan Bupati Karanganyar, tapi belum ada jawaban sampai sekarang. Saya coba WA terus, dan dari Kemenag akan menghampiri untuk diajak bicara," katanya.
Kemudian, untuk Kota Tegal, saat dikonfirmasi, wali kota bilang tidak mengatakan memperbolehkan warganya salat berjemaah. Dia meralat pernyataanya.
"Untuk Kabupaten Kudus, belum ada laporan soal ini. Saya menyarankan kepada semuanya, mari kita ikuti aturan untuk salat Ied di rumah saja," imbuhnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, Bupati Karanganyar, Juliyatmono, tetap ngotot membolehkan masyarakat menggelar Salat Ied di luar rumah yakni masjid dan lapangan.Juliyatmono angkat bicara terkait kabar dirinya mendapat pesan WhatsApp dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, terkait kebijakannya memperbolehkan warganya melaksanakan Salat Idul Fitri 1441 Hijriah di tempat umum.
Juliyatmono membenarkan dirinya mendapat WA dari orang nomor satu di Jawa Tengah itu. "Benar, WA tersebut," kata Juliyatmono, Kamis (21/5).
Juliyatmono menjelaskan, dalam pesan yang dikirimkan, Ganjar menanyakan soal berita dirinya mengizinkan salat Idul Fitri 2020 di tanah lapang dan masjid.
Ia pun membalas pesan Ganjar denga menjawab betul ada kebijakan tersebut.
Juliyatmono memastikan siap atas konsekuensi dari kebijakan yang dia terapkan tersebut. "Saya balas betul Pak Gub, saya bertanggungjawab," kata dia.
Bahkan, dalam pelaksanaan salat Idul Fitri 1441 H di alun-alun Kabupaten Karangannyar, imam dan khatib langsung dipimpin oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono.
Salat Idul Fitri rencana digelar pukul 06.00 WIB pada Minggu (24/5) nanti.
Dalam edaran yang ada, peserta diingatkan untuk membawa sajadah sendiri, memakai masker, jaga jarak shofnya, selesai langsung kembali ke rumah masing - masing. "Hindari kerumunan dan Salaman," papar dia.
Penambahan Kasus Corona RI Tertinggi di ASEAN
DI sisi lain, Pemerintah mengumumkan perkembangan terbaru terkait data jumlah kasus Covid-19 di Indonesia. Hingga Kamis (21/5) pukul 12.00 WIB, juru bicara pemerintah untuk penganan virus corona, Achmad Yurianto mengungkapkan, total ada 20.162 kasus Covid-19 di Tanah Air.
Yurianto mengatakan, tercatat ada penambahan 973 pasien dalam 24 jam terakhir dari seluruh rumah sakit di Indonesia.
Penambahan tersebut merupakan yang tertinggi sejak diumumkannya kasus Covid-19 pertama kali pada 2 Maret 2020. "Peningkatan ini luar biasa. Ini yang tertinggi (selama ini). Di Jawa Timur khususnya," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/5) sore.
Jumlah kasus ini didapat setelah pemerintah secara total memeriksa 219.975 spesimen. Pemeriksaan dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler.
Yuri juga mengatakan, dalam periode yang sama terdapat penambahan 263 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh. Penambahan ini membuat total pasien Covid-19 sembuh hingga saat ini ada 4.838 orang. Namun, pemerintah juga menyampaikan kabar duka dengan adanya penambahan 36 pasien yang meninggal dunia setelah mengidap Covid-19. Sehingga total pasien meninggal menjadi 1.278 kasus.
Sementara itu, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) terdata sebanyak 50.187 dan pasien dalam pengawasan (PDP) 11.066.
Dalam kesempatan itu, Yurianto mengajak masyarakat untuk mematuhi anjuran pemerintah agar terhindar dari Covid-19. Anjuran tersebut antara lain rutin mencuci tangan, menggunakan masker apabila terpaksa keluar rumah, dan menghindari kerumunan.
Yurianto mengatakan, sebagian besar masyarakat patuh terhadap anjuran tersebut namun, masih ada yang tak menjalankannya.
Untuk itu, dia meminta tokoh masyarakat untuk terus mengampanyekan anjuran pemerintah tersebut, yang bisa menjadi kebiasaan baru masyarakat hingga vaksin Covid-19 ditemukan.
"Kita melihat bahwa sebagian sudah menjalankan (anjuran) ini dengan baik, tetapi masih ada sebagian yang belum menjalankan. Untuk itu kita harus bergotong royong, saling meyakinkan satu sama lain," ujar Yurianto.
Di sisi lain, berdasar data Worldometers pada 16:25 WIB, dengan penambahan 973 kasus baru itu, maka penambahan itu tidak hanya menjadi rekor tertinggi sejak 2 Maret lalu, namun juga menjadikan penambahan kasus positif tertinggi se-ASEAN (lihat grafis..!).
Sementara itu, jumlah kasus positif virus Corona terbanyak di ASEAN masih dimiliki Singapura dengan 29.812 kasus, lalu disusul Indonesia sebanyak 20.162 kasus. (kpc/dtc/aji)