Berita Tegal
Kisah Kesetiaan Kartono, Meski Majikan sudah Meninggal 20 Tahun lalu, Ia Tetap Rutin Bersihkan Makam
Almarhum bernama Repeni Purdianti yang meninggal dunia pada 1999 di usia 46 tahun karena kecelakaan di salah satu kolam renang di Tegal
TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Mata sayu Kartono (62) tidak dapat disembunyikan saat berziarah ke makam majikannya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cleret, Kota Tegal.
Sudah 20 tahun tiap Idul Fitri tiba, ia selalu datang dan melakukan tradisi nyekar di makam majikannya.
Kartono datang membawa arit (sabit) untuk membersihkan rumput ilalang di sekitar makam.
Setelah itu ia menaburkan kembang dan melantunkan doa untuk keselamatan majikannya di akhirat.
• 2 Bulan Lalu Viral saat 5 Anggota Keluarga Meninggal Kena Corona, Ini Curhat Sharifah saat Idulfitri
• M Nuh Pemenang Lelang Motor Jokowi Akhirnya Muncul, Pak RT Ungkap Alasan Kenapa Warga Mengaraknya
• 2 Bocah Temukan Emas 1 Kg saat Lockdown Corona setelah Diminta Bangun Gubuk, Ini Kisah Nyatanya
• Menolak Kesehatannya Diperiksa, 7 Pemuda Pekalongan Keroyok Petugas Covid-19 Desa
"Iya saya rutin kemari. Tidak hanya saat nyekar, juga saat malam jumat kliwon.
Ya baca doa dan bersih- bersih makam," kata Kartono kepada tribunjateng.com, Senin (25/5/2020).
Kartono bercerita, makam di TPU Cleret Kota Tegal adalah makam istri dari majikannya yang berprofesi sebagai advokat.
Almarhum bernama Repeni Purdianti yang meninggal dunia pada 1999 di usia 46 tahun karena kecelakaan di salah satu kolam renang di Tegal.
Sementara suaminya yang berprofesi sebagai advokat bernama Budi Sidarta juga sudah meninggal pada 2007 di usia 84 di Jakarta.
Kartono mengatakan, ia ikut dengan majikannya sejak 1987.
Saat itu ia masih bujang berusia 29 tahun.
Ia bekerja sebagai pembersih dan penjaga rumah majikannya di Jalan Pala Nomer 8 Majasem, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.
Menurutnya, semenjak hidup hingga meninggal dunia kedua majikannya selalu baik.
Bahkan kedua anaknya yang kini sudah dewasa, mengizinkan Kartono untuk menempati dan merawat rumahnya di Tegal.
"Ini adalah ungkapan terima kasih saya.
Karena meski saya bukan siapa- siapa almarhumah, tapi saya dianggap seperti keluarga.
Terkadang bahkan saya sampai menangis," ungkap Kartono yang juga seorang marbot di Mushola At Tahfidz Khoiru Ummah di Mejasem Kabupaten Tegal.
Ia mengatakan, pertemuan pertama dengan majikannya bermula dari tetangga Kartono yang bekerja di badan pertanahan.
Saat itu, tetangganya ditanya oleh almarhum yang sedang mencari orang untuk menjaga rumahnya.
Kartono mengatakan, karena almarhum bekerja dan bertugas sebagai pengacara di Jakarta, jarang pulang ke Tegal.
Sesekali pulang menginap sebulan sampai dua bulan lalu kembali ke Jakarta lagi.
"Trus disarankan saya. Saya diambil dan diajak.
Bahkan almarhumlah yang menikahkan saya di usia 32 tahun.
'Dek ikut saya, nanti ngerawat ini, ini dan ini'," kata Kartono mengingat kebaikan ajakan majikannya.
Kartono mengatakan, ia datang ke makam majikannya seusai nyekar di makam orangtuanya.
Pertama ia nyekar di makam orangtuanya di TPU Panggung, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.
Setelah itu ia baru nyekar ke makam majikannya di TPU Cleret, Kelurahan Randugunting, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.
Terakhir ia nyekar di makam mertuanya di TPU Mejabung, Kelurahan Panggung.
Kartono berharap, kedua anak almarhum majikannya bisa rutin ke Tegal tiap tahun untuk nyekar dan mendoakan orangtuanya.
"Maksud saya, harapannya kalau lebaran ke sini. Nengok rumah dan nengok makam ibunya. Kalau saya biasanya nyekar di hari kedua Idul Fitri. Hari pertama saya gunakan untuk silaturahmi dan muter- muter ke saudara dan tetangga," jelasnya. (fba)