Liputan Khusus
Kisah Diaz, Mantan Pemulung Kini Kerja di Kapal Asing, Ini Pengalamannya Jadi ABK
Selain ada beberapa kasus ABK yang mengalami penindasan di kapal asing, banyak pekerja migran Indonesia yang sukses kerja di kapal atau pelayaran
Kemudian tahun 2015 kerja sebagai ABK di kapal asing melalui agensi PT Puncak Jaya Samudra Pemalang.
"Kontrak saya dengan PT PJS itu dua tahun dengan gaji 300 USD. Dibayarkan setiap bulannya dan dikirimkan ke rumah," kata Diaz, Sabtu (13/6) kepada Tribunjateng.com.
Dia ikut berlayar di perairan Taiwan dan ikut kapal China.
Awal kerja Diaz sempat bingung karena tak ada pengalaman tangkap cumi dan kesulitan berbahasa.
Saat di kapal, Diaz makan bubur, sosis dan mi instan.
"Saya ABK jadi tulang punggung ekonomi keluarga. Alhamdulillah kini sudah punya rumah dan bayari biaya sekolah adik-adik," kata Diaz.
Terakhir kemarin dia berlayar di Samudera Hindia dan rencananya tahun ini berangkat lagi di Samudera Hindia dengan agen yang sama.
Karena, ada wabah virus corona akhirnya ditunda keberangkatannya.
"Alhamdulillah, gaji naik menjadi 400 USD. Semoga, corona segera hilang dan bisa berangkat lagi," harapnya.
Sementara itu, Sarwono (30) warga Desa Lawangrejo, Kabupaten Pemalang menceritakan ia mulai ikut kapal luar negeri sejak 2006.
"Terakhir sebelum corona, cari ikan di perairan Samo, Amerika Latin. Gaji perbulan 480 USD. Alhamdulillah dari hasil keringat sendiri sekarang sudah punya rumah," terang Sarwono.
Ada pengalaman pahit dialami oleh ABK bernama Almu Amirin (35), warga asal desa Sugihwaras, Kecamatan Pemalang.
Dia menjadi ABK di kapal saat melaut di Amerika Latin. Kapal yang ia bawa mengalami korsleting listrik lalu kapal terbakar.
"Kejadian kebakaran itu tahun 2017 dan alhamdulillah tidak ada korban jiwa," kata dia.
Cerita ABK di kapal luar negeri yang mengalami penindasan, mengagetkan Yahya Subekhi (25), warga Gg Bahari, Kecamatan, Wonokerto Wetan, Kabupaten Pekalongan.