Focus
Sudamala
Di tengah kegalauan itu, tiba-tiba datang Batari Durga, penguasa Kahyangan Setragandamayit, yang sejatinya menjadi pangkal pagebluk di Amarta
Penulis: achiar m permana | Editor: muslimah
Sudamala
ARKIAN, pagebluk yang melanda Amarta tak kunjung sirna. Berhari-hari. Bahkan berbulan-bulan.
Pagebluk yang mendera itu membuat nyaris semua warga Amarta stres. Bingung tidak keruan. Begitu juga para ksatria Pandawa, yang menjadi tumpuan harapan rakyat Amarta. Mereka sama sekali tidak bisa mengurai akar pagebluk itu.
Di tengah pagebluk mayangkara itu, Kunti tiba-tiba pergi. Ibu para Pandawa itu meninggalkan istana Amarta tanpa tujuan pasti. Dia gelisah, mengapa derita yang mendera putra-putranya seperti tiada habisnya.
Di tengah kegalauan itu, tiba-tiba datang Batari Durga, penguasa Kahyangan Setragandamayit, yang sejatinya menjadi pangkal pagebluk di Amarta. Kepada Kunti, Durga menyatakan bersedia mengurai persoalan di Amarta. "Nanging ana pitukone. Aku minta Sadewa sebagai tumbal," kata Durga.
Tentu saja Kunti menolak. Kendati Sadewa bukan anak kandungnya, dia tidak bakal melepaskan satu dari kembar Pandawa itu. Untuk alasan apa pun.
Tak kurang akal, Durga kemudian memerintahkan jin anak buahnya, jin Kalika, untuk merasuki Kunti. Kondisi kejiwaan Kunti yang guncang, membuat jin Kalika gampang merasukinya. Dalam pengaruh Kalika itulah, Kunti kembali ke istana Amarta, lalu memaksa Sadewa mengikutinya. Singkat cerita, dia pun menyerahkan Sadewa kepada Durga.
Apa yang terjadi? Ternyata Durga meminta Sadewa meruwatnya. Dia meminta putra Dewi Madrim itu untuk melepaskannya dari kutukan.
Sadewa yang merasa tidak memiliki kemampuan meruwat tentu menolak permintaan Durga. Akibatnya, Durga murka. Dia mengancam akan menggunakan kekerasan untuk memaksa Sadewa menuruti keinginannya.
Di saat genting menghinggap, tiba-tiba datanglah Batara Guru. Pemimpin para dewa itu masuk ke dalam tubuh Sadewa, yang kemudian mendadak memiliki kemampuan meruwat Durga. Singkat kisah, Durga yang semula berwajah raksasa menjelma cantik jelita. Dia sejatinya memang bidadari cantik bernama Batari Uma, istri Batara Guru, yang terkena kutukan.
Sebagai ungkapan terima kasih kepada Sadewa yang telah "mengembalikan" Batari Uma, Batara Guru memberikan gelar Sudamala kepada Sadewa. Sudamala berasal dari kata 'suda' yang berarti mengurangi atau menghilangkan dan 'mala' yang berarti penyakit.
"Rasanya, kita perlu Sudamala untuk ngudhari pagebluk ini, Kang," tiba-tiba Dawir, sedulur batin saya, nyeletuk.
Ya, kisah Sadewa meruwat Batari Durga itu kerap dimainkan para dalang lewat lakon Sudamala. Lakon yang biasa dihadirkan di tengah pagebluk seperti Covid-19, yang mendera negara kita hari ini. (*)