Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Dancer Era 1990-an Bentuk Komunitas Penari, Ingin Hidupkan Dunia Dance di Semarang

Para penari (dancer) era 1990-an di Kota Semarang menggelar kopi darat (kopdar) di Medoho Resto dan Cafe (MRC), Jalan Medoho Raya I,

Penulis: m zaenal arifin | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/M ZAENAL ARIFIN
Para dancer dari berbagai grup pada era 1990-an foto bersama saat Kopdar Penari Jadoel Semarang di Medoho Resto dan Cafe (MRC), Jalan Medoho Raya I, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Kamis (30/7/2020) malam. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Para penari (dancer) era 1990-an di Kota Semarang menggelar kopi darat (kopdar) di Medoho Resto dan Cafe (MRC), Jalan Medoho Raya I, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Kamis (30/7/2020) malam.

Kopdar Penari Jadoel Semarang tersebut digelar pertama kalinya setelah para para dancer vakum dari dunia panggung sejak 25 tahun lalu.

Bahkan, sebagian di antaranya sudah bekerja dan menetap di luar Kota Semarang termasuk di Jakarta.

Penggagas kopdar Penari Jadoel Semarang, Nurul Fitriana mengatakan, ada 12 grup dancer yang hadir dalam kopdar tersebut. 12 grup tersebut merupakan para juara dalam berbagai kompetisi dance pada era 1990-an.

Mereka yaitu Andromedys, Chansaris, Chicago, Desreca, D'most, Elmosta, Getamoc, Gita Santika, New Generation, SCC, Studio 99, dan TLD.

"Kami kumpulkan lagi karena kami ingin menghidupkan lagi dance di Kota Semarang. Sehingga dapat berkontribusi positif bagi Kota Semarang khususnya bidang pariwisata," kata Ana, sapaannya.

Saat ini, pada dancer sudah berusia sekitar 50 tahunan. Di usia tersebut, para dancer tak mungkin lagi menggebrak panggung secara langsung. Untuk itu, sekitar 50 dancer yang hadir sepakat membentuk Semarang Dancer Community.

"Ke depannya melalui Semarang Dancer Community, kami akan menggelar berbagai even dance untuk meramaikan Kota Semarang. Diantaranya dance on the street," ujar Ana yang merupakan mantan dancer Chicago itu.

Untuk itu, Semarang Dancer Community nantinya akan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang. Diharapkan, berbagai even yang digelar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Semarang.

Penggagas kopdar lainnya, Edward Basilianus Basuki Nugro mengungkapkan, dunia dance di semarang memiliki sejarah yang panjang. Bahkan, Kota Semarang merupakan satu dari sekian dancer atau penari sejak lama.

"Namun sekarang ini dunia dance sudah mati. Justru yang muncul dance yang meniru kebarat-baratan di antaranya K-pop. Sedangkan identitas asli dance Indonesia menjadi hilang," ucapnya.

Karena kondisi tersebut, dirinya dan para mantan dancer yang pernah jaya di era 1990-an, merasa prihatin. Sehingga dirinya pun tergugah untuk mengubah tatanan dance yang dijalani generasi sekarang.

"Nantinya kita akan ajarkan berbagai model gerakan tarian atau dance. Tentunya kami menyadari minat anak muda sekarang karenanya model tarian yang kami ajarkan perpaduan antara dance modern dan tradisional," paparnya.

Berbagai model gerakan dance tersebut akan diajarkan melalui dance station yang dibentuk Semarang Dance Community. Dance station tersebut pula nantinya menjadi tempat para dancer berkumpul dan berdiskusi tentang perkembangan dance.

"Saat ini, dance station sudah ramai di Jakarta. Nah kalau kemudian bisa kita aplikasikan di Semarang, maka akan dapat menghidupkan kembali dunia dance dan berkontribusi untuk Kota Semarang melalui bidang pariwisata," terangnya.

Tak hanya itu saja, lanjutnya, melalui dance juga dapat menjauhkan generasi muda dari narkoba dan kegiatan negatif lainnya. Pasalnya, generasi muda akan terfokus untuk menghabiskan waktu menekuni dance. (Nal)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved