Berita Video
Video Pengunjung Sampai Antre Demi Masuk Di Kampung Jawi
Siswanto menyebutkan, beraneka kuliner di kampung Jawi ini dibanderol dengan harga bak angkringan
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berikut ini video pengunjung sampai antre demi masuk di Kampung Jawi.
Kampung Jawi yang terletak di jalan Kalialang Lama, RT 2 RW 1 Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Semarang, menjadi salah satu rujukan masyarakat yang menginginkan suasana asri pedesaan.
Tak heran, destinasi wisata yang menawarkan nuansa Jawa khas "tempo doloe" ini tak pernah sepi dari pengunjung.
Termasuk saat memasuki new normal masa pandemi Covid-19 ini, pengunjung berhamburan datang untuk mencari suasana segar atau sekadar sejenak singgah menikmati kuliner khas Jawa.
Bahkan, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Jawi, Siswanto menyampaikan, pengunjung tempat wisata tersebut sampai dibagi beberapa kloter.
Hal itu agar para pengunjung dapat menikmati suasana khas malam di destinasi dengan luas lahan sekira 1 hektare itu.
"Ini pengunjungnya bisa tembus 1.000 orang.
Namun dalam kondisi seperti sekarang ini, kesaradan pengunjung, mereka datang sebentar.
Intinya keinginan mereka untuk ke Kampung Jawi sudah terlaksana.
Kalau dulu kan pengunjung datang dari awal bisa sampai malam.
Kalau ini keluar-masuk pengunjung bisa sampai beberapa kloter," ujar Siswanto kepada tribunjateng.com, Senin (7/9/2020).
Siswanto memaparkan, Kampung Jawi buka mulai sore hari hingga malam dengan kisaran waktu pukul 17.00 sampai 22.00 WIB.
Menurutnya, ada waktu tertentu puncak keramaian di tempat ini yakni mulai pukul 17.00 sampai pukul 19.30.
"Selain terlihat dari banyaknya pengunjung, beberapa menu di lapak kuliner habis hanya dalam waktu dua sampai tiga jam," jelas Siswanto.
Lantas Siswanto menyebutkan, ada beberapa perbedaan penataan Kampung Jawi dibandingkan sebelum adanya Covid-19.
Di antaranya yakni dari diterapkannya protokol kesehatan di tempat tersebut dengan penyertaan tempat cuci tangan di beberapa titik.
Di samping itu, kata dia, sistem pembayaran turut berubah.
Yakni dari pembayaran secara langsung kemudian ditukar dengan alat bayar berupa kepengan.
"Waktu ada pandemi virus corona dulu kami sempat libur selama 3 bulan.
Selama itu kami ada pembenahan.
Perbedaan sebelumnya yang awalnya kami menggaji para pedagang, kemudian parkir kami tarik sekian, sekarang kami pakai sistem bagi hasil.
Transaksi sekarang kami pakai kepeng agar tahu perputaran rupiah tiap malam," ungkapnya.
Lantas Siswanto menyebutkan, ada 18 lapak di Kampung Jawi ini.
Mereka menjajakan berbagai varian kuliner, di antaranya gorengan, sate, soto, dan lainnya.
"Paling khas di sini gethuk dan wedhang kawi.
Ada juga sega pecel dan jahe rempah," imbuhnya.
Siswanto menyebutkan, beraneka kuliner di kampung Jawi ini dibanderol dengan harga bak angkringan.
Rata-rata, kata dia, setiap menu dibanderol harga di bawah Rp 10 ribu.
"Kami buat sistem seperti ini agar pengunjung dapat menikmati banyak menu, tidak hanya di satu lapak.
Misal satu porsi harga di atas Rp 10 ribu, otomatis pengunjung akan kenyang hanya di satu lapak.
Makanya, kami buat harga standar dengan porsi secukupnya agar pengunjung dapat menikmati berbagai varian kuliner di sini.
Ini juga yang kami maksud dengan pemberdayaan," tukasnya. (idy)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :