Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pendidikan

Joseph Ingatkan Pentingnya Nilai Kebangsaan dalam Pembelajaran Sejarah

Sejumlah akademisi menanggapi wacana penyederhanaan kurikulum, di antaranya rencana menjadikan pendidikan sejarah bukan mata pelajaran wajib.

Penulis: budi susanto | Editor: moh anhar
Istimewa
Ilustrasi Sampul depan buku pelajaran sejarah untuk SMA 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Meski sudah ada klarifikasi Kemendikbud mengenai pembelajaran pendidikan sejarah di tingkat SMA, sejumlah akademisi menanggapi wacana penyederhanaan kurikulum di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Joseph, pengajar ilmu sejarah di SMA Kolese Loyola Kota Semarang, mata pelajaran sejarah tidak bisa dihilang, atau dijadikan pilihan.

"Karena pelajaran sejarah sangat penting, sebagai penguat karakter siswa dan identitas kebangsaan," katanya, kepada Tribunjateng.com,melalui sambungan telepon, Senin (21/9).

Dilanjutkannya, adanya pelajaran sejarah siswa bisa memahami semangat nasionalisme, serta keteladanan pahlawan.

"Mapel sejarah juga relevan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan ke pelajar, jadi memang sangat penting peranannya," jelasnya.

Ia berharap, mata pelajaran sejarah tak dikesampingkan, dan dikemas mengikuti perkembangan zaman.
Senada dengan Joseph, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Kota Semarang, Mulyono Wibowo, menyatakan, mata pelajaran sejarah tak boleh hilang.

"Bangsa besar tidak boleh melupakan sejarahnya, ilmu sejarah juga sangat penting guna mengajarkan nilai luhur bangsa ke pelajar," ucapnya.

Mulyono juga menuturkan, perkembangan ilmu sejarah tak bisa lepas dari kompetensi tenaga pengajar.
"Mata pelajaran sejarah butuh tenaga muda, di MGMP Sejarah Kota Semarang saja yang akan pensiun ada sekitar 30 persen dari total anggota yang mencapai 90-an orang. Untuk itu, pendidik muda sangat dibutuhkan," tambahnya.

Terpisah, Dosen Jurusan Sejarah Unnes, Tsabit Azinar Ahmad menuturkan kurikulum adalah tentang bagaimana menyesuaikan pembelajaran dengan jiwa zaman. Menurutnya, penyederhanaan kurikulum menjadi hal yang lumrah dilakukan. Namun, sensitif jika menempatkan posisi sejarah sebagai mata pelajaran pilihan.

"Jika mau fair, tidak perlu ada wajib atau pilihan. Jadi semua setara posisinya," tuturnya.

Meskipun dalam sejarah ada ungkapan sejarah ditulis oleh pemenang. Sebagai contoh, Orde Baru (Orde Baru) memberikan kurikulum tunggal pada mata pelajaran sejarah. Seperti halnya mengenai peristiwa 1965, meskipun sudah banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh banyak akademisi yang membantah narasi dari Orba.

"Justru itu urgensinya evaluasi kurikulum. Agar materi sejarah bisa disesuaikan. Bisa menjadi media rekonsiliasi," ungkapnya.

Penulis buku Sejarah Kontroversial di Indonesia: Perspektif Pendidikan itu menyampaikan, paling penting dari sejarah adalah bagaimana kita diajak untuk berpikir kritis.

"Jangan hanya mudah dibawa isu tentang masa lalu, tetapi tentang bagaimana mengambil makna dari masa lalu. Dari sini, kemudian kita bisa tahu tentang identitas nasional dan sebagainya," tandasnya. (budi susanto/m sholekan)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved