Gelombang Aksi Demo Terus Membesar, Thailand Larang Kerumunan dan Batasi Media
Pemerintah Thailand mengumumkan dekrit darurat yang melarang kerumunan orang dan membatasi media.
TRIBUNJATENG.COM, BANGKOK - Pemerintah Thailand mengumumkan dekrit darurat untuk menanggapi serangkaian protes yang berlangsung di Bangkok, termasuk melarang kerumunan orang dan pembatasan media.
Sebuah pengumuman yang dibacakan oleh polisi dalam siaran televisi menyatakan, banyak kelompok-kelompok orang telah mengundang, menghasut, dan melakukan pertemuan di tempat-tempat umum yang melanggar hukum di Bangkok.
"Langkah-langkah penting diperlukan untuk menjaga perdamaian dan ketertiban. Hal itu menyusul aksi para pengunjuk rasa yang telah menyerukan pembatasan kekuasaan raja dan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha."
Pengumuman yang ditayangkan di televisi pemerintah itu mengatakan, pengunjuk rasa telah memicu kekacauan dan keresahan publik.
Pengumuman itu menyebut bahwa pengunjuk rasa yang mengadang iring-iringan kerajaan pada Rabu (14/10), sebagai alasan dari keputusan perkumpulan itu.
Para pengunjuk rasa yang didorong mundur oleh jajaran polisi, memberikan hormat tiga jari yang telah menjadi simbol gerakan protes saat ratu berada di dalam kendaraan yang menelusuri Bangkok.
Keputusan darurat itu mulai berlaku pada Kamis (15/10), pukul 04.00 waktu setempat. Selain membatasi perkumpulan hingga maksimal empat orang, keputusan tersebut juga membatasi media.
"Yaitu melarang publikasi berita, media lain, dan informasi elektronik yang berisi pesan yang dapat menimbulkan ketakutan, atau sengaja memutarbalikkan informasi, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang akan memengaruhi keamanan atau perdamaian nasional dan ketertiban.'
Keputusan itu juga memungkinkan pihak berwenang untuk menghentikan orang-orang memasuki daerah mana pun yang mereka tunjuk, menurut laporan kantor berita Reuters.
Polisi anti huru hara Thailand memburbarkan pengunjuk rasa yang berkumpul di luar kantor perdana menteri, tak lama setelah keputusan darurat berlaku pada Kamis pagi.
Sejumlah pengunjuk rasa mencoba melawan, menggunakan barikade buatan, tetapi mereka didorong mundur, seperti yang dilaporkan kantor berita Reuters.
Ratusan polisi terlihat di jalanan-jalanan setelah pengunjuk rasa dibubarkan. Beberapa pengacara Thailand yang menaruh perhatian terhadap isu hak asasi manusia mengatakan tiga pemimpin protes telah ditangkap. Polisi belum mengomentari klaim itu.
Adapun, gerakan protes yang dipimpin oleh mahasiswa, yang dimulai pada Juli dan terus berkembang, telah menjadi tantangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir bagi penguasa Thailand.
Serangkaian protes selama akhir pekan di ibu kota adalah beberapa yang terbesar dalam beberapa tahun, dengan ribuan menentang pihak berwenang untuk berkumpul dan menuntut perubahan.
Pihak berwenang mengatakan, sebanyak 18.000 orang bergabung dalam demonstrasi Sabtu, meskipun yang lain memberikan angka yang lebih tinggi. Banyak yang tetap melanjutkan protes hingga Minggu.
Seruan para pengunjuk rasa untuk reformasi kerajaan sangat sensitif di Thailand, di mana kritik terhadap monarki dapat dihukum dengan hukuman penjara yang lama. (bbc)