Liga 1

Legenda Persija Sebut Ketidakjelasan Liga 1 Bisa Berdampak ke Pemain

Asisten pelatih PSIS Semarang, Imran Nahumarury menyebut kompetisi Liga 1 2020 bila terus mengalami penundaan terlalu lama akan berdampak

Istimewa
Hari Nur Yulianto (kiri) dan Septian David Maulana (Kanan) didampingi asisten pelatih Imran Nahumarury saat mengikuti latihan perdana PSIS Semarang di Stadion Kebondalem Kendal, Jumat (28/8/2020) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Asisten pelatih PSIS Semarang, Imran Nahumarury menyebut kompetisi Liga 1 2020 bila terus mengalami penundaan terlalu lama akan berdampak pada psikologis tim.

Utamanya para pemain.

Untuk itu, ia berharap PSSI ataupun PT. Liga Indonesia Baru (LIB) segera memutuskan mengenai kejelasan kompetisi.

Seperti diketahui, aktivitas sepak bola Indonesia vakum sejak pertengahan Maret lalu akibat pandemi Covid-19.

Kendati sempat ada rencana untuk melanjutkan kompetisi pada awal Oktober, nyatanya rencana tersebut masih gagal karena belum direstui pihak kepolisian.

Kemudian berdasarkan Extraordinary Meeting Club yang digelar (13/10) lalu di Jogjakarta, muncul kesepakatan seluruh klub agar kompetisi musim ini tetap dilaksanakan pada 1 November mendatang.

Dengan catatan mendapat lampu hijau dari pemerintah, atau selambat-lambatnya pada awal Januari mendatang.

"Kalau mereka biarkan lama (Penundaan--red) tentunya ini tidak bagus juga.

Buat kita (pelatih), buat pemain. Kalau pemain latihan tapi tidak ada tujuan tentu ini akan sangat mengganggu mereka secara psikologis.

Latihan-latihan tapi tidak tanding. Secara program tentu akan sangat mengganggu.

Jadi harapan saya PSSI dan PT. Liga harus secepatnya menentukan," tegas Imran saat dihubungi Tribunjateng.com, Selasa (20/10/2020).

Format kompetisi dua wilayah menjadi opsi terbaik jika memang kompetisi musim 2020 ini tak bisa digelar pada 1 November mendatang.

Namun demikian, Imran menyebut idealnya, jika kompetisi Liga 1 ditunda dan pada akhirnya baru bisa berlangsung Januari mendatang, alangkah baiknya memulai musim baru.

Hal tersebut dikarenakan untuk melanjutkan kompetisi musim 2020, ada berbagai macam dinamika yang dialami klub.

Utamanya soal finansial.

"Semua orang punya perspektif yang berbeda. Saya pikir semua pemain ingin kompetisi jalan. Sayapun demikian.

Tapi kita harus lihat aspek lain. Jangan kita main tapi kita tidak mendapatkan sesuatu yang lebih. Misalnya finansial itu."

"Tiap klub beda-beda kondisi finansial mereka.

Duitnya beda-beda. Ada yang tidak masalah, tapi ada juga beberapa klub yang tidak bisa survive.

Jadi kalau saya lihat dari teknisnya sudah tidak sehat. Sepakbolanya sudah tidak mood. Tapi idealnya mungkin harus dihentikan," kata Imran kepada Tribun Jateng, Selasa (20/10).

Ia mengatakan bila kompetisi yang baru bisa dimulai pada Januari mendatang, pada saat jeda beberapa bulan kedepan bisa diisi sejumlah turnamen.

Misalnya menggelar Piala Presiden. Salah satu ajang pra musim yang rutin digelar beberapa musim belakangan ini. Ajang tersebut bisa menjadi ajang simulasi menggelar pertandingan dengan penerapan protokol kesehatan ketat.

"Itu menurut saya yang bisa mengganti apabila kompetisi (musim 2020) tidak bisa berjalan. Intinya kita menunggu kompetisi berjalan atau tidak.

Kalau saya manut, ikut manajemen. Kalau manajemen bilang ayo latihan, kalau mereka bilang kita tidak siap, saya manut," pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved