Berita Semarang
Daging Rajungan Jadi Komoditas Ekspor Perikanan Paling Bernilai Tinggi di Jateng
Daging rajungan menjadi salah satu komoditas utama yang diekspor keluar negeri dari Jawa tengah.
Penulis: Dhian Adi Putranto | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Daging rajungan menjadi salah satu komoditas utama yang diekspor keluar negeri dari Jawa tengah. Tercatat nilai ekspor dari daging rajungan dari Januari sampai September 2020 mencapai 755 miliar rupiah dengan besar muatan yang dikirim mencapai 2882 ton.

Dari data yang dihimpun dari Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, bahwa ekspor daging rajungan merupakan komoditas nomor satu dari 89 perikanan dan kelautan yang diekspor ke luar negeri. Posisi kedua dan ketiga diduduki oleh olahan daging ikan Surimi dan Udang Vaname.
Salah satu eksportir yang berkontribusi ekspor daging rajungan dari Jawa tengah yakni PT Guna Citra Kartika. PT Guna Citra Kartika (GCK) merupakan perusahaan pengepakan dan eksportir produk daging rajungan ke Amerika serikat. Perusahaan tersebut berada di Kabupaten Jepara tepatnya di desa Mulyoharjo.
Pemilik PT GCK, Suhartono menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan usaha ekspor sejak tahun 2012. Namun pihaknya sejak tahun 2014 pihaknya hanya mengirimkan produk daging rajungan kepada satu pembeli di Amerika Serikat. Pembelinya yakni Byrd Internasional dengan jenis produk yang dikirim yakni Daging Rajungan yang dimasak Pasteurisasi.
"Daging rajungan yang kami olah kami peroleh dari sepanjang garis pantai utara pulau jawa dan sebagian kalimantan," ujarnya Jumat (23/10).
Menurutnya pihaknya menjamin mutu dari daging rajungan sebelum dilakukan proses pasteurisasi. Mulai dari pengecekan kesegaran daging, penyortiran daging rajungan, pengecekan terakhir, proses pemilihan dan pengalengan, proses pemasakan pasteurisasi hingga proses penyimpanan dan pengiriman pihaknya selalu diperhatikan agar mutu terjaga dan tidak ada komplain dari pembeli.
Diketahui bahwa proses pasteurisasi merupakan proses pemasakan daging rajungan dengan cara merebus daging dalam kaleng di suhu 85-89 derajat celcius selama 2-2,5 jam dan proses pendinginan dengan suhu 0 derajat celcius dengan waktu yang sama. Dengan begitu bakteri dan kuman akan mati namun kesegaran dan rasa daging tidak berubah.
"Pandemi Covid19 tidak berdampak pada pengiriman ekspor di Amerika Serikat. Sehingga proses pengiriman tetaplah berlangsung," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BKIPM Semarang, Raden Gatot Perdana mengatakan bahwa pengiriman ekspor hasil perikanan di Jawa tengah mengalami peningkatan tiap bulannya. Meski pandemi terjadi namun proses ekspor hasil perikanan terus berlanjut hingga seperti saat ini.
"Kami pun berupaya untuk menjamin mutu hasil perikanan yang dikirimkan ke luar negeri untuk siap diterima disana," katanya.
Ia pun juga berharap agar semua yang terlibat dalam pengeksporan ikan seperti nelayan, supplier, pengemasan dan eksportir menjaga mutu dari produk yang dikirim sehingga di tengah pandemi seperti saat ini proses ekspor ikan tetap berlangsung.
"Kami berharap agar sektor ekspor perikanan menjadi salah satu sektor yang dapat menumbuhkan perekonomian Indonesia yang saat ini terpuruk akibat pandemi Covid19," terangnya
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah, Fendiawan Tiskiantoro mengatakan bahwa ekspor perikanan dari jawa tengah memang sangat tinggi. Tercatat tahun 2019 nilai ekspor perikanan di Jawa tengah mencapai 2,9 Triliun Rupiah. Tahun 2020 yakni dari Januari hingga September nilai ekspor perikanan mencapai 2,1 Triliun rupiah
Meski demikian pihaknya menegaskan agar masyarakat memperhatikan kelestarian dari ikan. Yakni dengan upaya tidak melakukan eksploitasi besar besaran dan memperhatikan ukuran dan hasil tangkapan. Pihaknya pun juga membentuk 28 kelompok nelayan sadar kelestarian alam agar dapat mensosialisasikan penangkapan hasil perikanan yang tidak eksploratif.
"Seperti penangkapan rajungan dengan karapas kurang dari 10 cm dan tidak menangkap rajungan yang sedang bertelur. Semua itu harus dilepas kembali untuk kelestarian tetap terjaga," pungkasnya. (*)