Berita Internasional
Prancis Ingatkan Warganya yang Tinggal di Negara Mayoritas Muslim Untuk Waspada
Perancis memperingatkan warganya yang tinggal di negara mayoritas Muslim untuk melakukan tindakan pencegahan ekstra sebagaimana dilansir dari Reuters,
“Anda memaksa orang ke dalam terorisme, mendorong orang ke arahnya, tidak memberikan mereka pilihan apa pun, menciptakan kondisi untuk tumbuhnya ekstremisme di kepala orang muda,” tulis Kadyrov.
Diminta oleh Reuters untuk berkomentar, seorang pejabat di pemerintahan kepresidenan Perancis mengatakan tidak akan terintimidasi.
"Kami tidak akan terintimidasi dan kami memberi tahu mereka yang menabur kebencian, yang dalam kasus Kadyrov, tidak dapat diterima,” ujarnya.
Kartun Nabi Muhammad pertama kali diterbitkan beberapa tahun lalu oleh majalah satire Perancis, Charlie Hebdo.
Penerbitan karikatur Nabi Muhammad tersebut memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia dan berujung pada serangan terhadap kantor Charlie Hebdo pada 2015 oleh orang-orang bersenjata dan menewaskan 12 orang.
Sejak pembunuhan Paty, orang-orang Perancis yang menggelar aksi protes.
Pejabat Perancis juga menutup sebuah masjid di Paris yang menurut mereka ikut menyulut kemarahan.
Seruan Boikot
Seruan untuk memboikot barang-barang Perancis menjadi tren selama akhir pekan di media sosial di Arab Saudi.
Namun, para pejabat Arab Saudi belum mendukung seruan tersebut dan memilih pendekatan dengan cara lain.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan pada Selasa bahwa negaranya mengutuk semua tindakan terorisme, yang jelas merujuk pada pembunuhan Paty.
"Kebebasan berekspresi dan berbudaya harus menjadi mercusuar untuk penghormatan, toleransi, dan perdamaian yang menolak praktik dan tindakan yang menghasilkan kebencian, kekerasan dan ekstremisme dan bertentangan dengan koeksistensi," kata pejabat itu dalam sebuah pernyataan.
Harian Arab News pada Selasa mengutip Ketua Liga Dunia Muslim yang berbasis di Arab Saudi, Mohammed al-Issa, yang memperingatkan bahwa reaksi berlebihan "yang negatif dan melampaui apa yang dapat diterima" hanya akan menguntungkan "pembenci".
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (26/10/2020) meminta rakyatnya untuk berhenti membeli barang-barang Perancis dan menuduh Perancis mengejar agenda anti-Islam.
Seruan Turki sebelumnya untuk memboikot barang-barang asing telah gagal.
Tetapi Menteri Industri dan Teknologi Mustafa Varank pada Selasa mendesak pebisnis untuk menegakkan boikot.
“Kita harus menunjukkan sikap yang kuat,” kata Varank.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Protes Bermunculan, Perancis Desak Warganya di Negara Muslim untuk Berhati-hati"