Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Purbalingga

Kadindikbud Purbalingga: Jika tidak Mau Berubah Jangan Jadi Guru

Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Pembelajaran Kurikulum 2013 bagi Guru SMP se Purbalingga dilaksanakan dengan protokol kesehatan. 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
Pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Pembelajaran Kurikulum 2013 bagi Guru SMP se Purbalingga, di Aula SMP Negeri 3 Purbalingga, kemarin, Senin (16/11) 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA - Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Pembelajaran Kurikulum 2013 bagi Guru SMP se Purbalingga dilaksanakan dengan protokol kesehatan. 

Bimtek diikuti 77 SMP se Purbalingga. Setiap sekolah mengirimkan 4 sampai 8 guru mata pelajaran Ujian Nasional, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan Bahasa Inggris. 

Untuk gelombang pertama, Bimtek akan berlangsung selama empat hari hingga Kamis (19/11). Dilanjutkan gelombang kedua, juga empat hari, pekan depan.

Karena digelar di tengah situasi pandemi Covid 19, pembukaan Bimtek dipusatkan di Aula SMPN 3 Purbalingga, dan disiarkan secara langsung melalui youtube. 

Tempat pelaksanaan Bimtek pun tidak hanya di satu tempat, melainkan tersebar di enam tempat, yakni di SMPN 3 Purbalingga, SMPN 1 Padamara SMPN 1 Bobotsari, SMPN 1 Bojongsari, SMPN 1 Rembang dan SMPN 1 Bukateja. 

Penyebaran peserta di berbagai tempat ini jelas untuk menghindari kerumunan.

Dengan demikian, setiap peserta tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Pada pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Pembelajaran Kurikulum 2013 bagi Guru SMP se Purbalingga, di Aula SMP Negeri 3 Purbalingga, kemarin,  Senin (16/11) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Setiyadi memberikan pesan kepada para peserta.

Ia meminta para guru agar terus belajar dan mau berubah ke arah yang lebih baik, seiring tuntutan zaman di era digital saat ini.

"Jika tidak mau berubah, jangan jadi guru. Jangan menularkan kebodohan ke anak-anak. Kasihan anak-anak kita," ujar Setiyadi, Senin (16/11/2020)

Setiyadi mengibaratkan, peserta didik seperti sekeranjang batu, yang terdiri dari berbagai jenis batu. Ada bahan batu akik, batu mutiara, berlian dan sebagainya. 

Mau dibuat apa batu-batu itu, tergantung oleh gurunya. Guru harus bisa memperlakukan satu persatu anak-anak, untuk mengembangkan potensinya masing-masing semaksimal mungkin. Sehingga mereka tumbuh menjadi anak kreatif, inovatif dan mandiri. 

"Disinilah perlunya guru untuk terus belajar dan mau berubah sesuai zaman," ujar Setiyadi.

Setiyadi juga meminta kepada para guru  untuk meningkatkan budaya literasi, dengan banyak  membaca.

Orang yang banyak membaca, akan tumbuh daya kritis, cara berpikirnya analitis dan tepat dalam mengambil keputusan. Serta tidak gampang terprovokasi oleh berita-berita hoax.

"Saat ini, ada orang yang gampang terprovokasi, itu karena tingkat literasinya rendah," katanya. (aqy)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved