UNS Surakarta

Kajian Mahasiswa UNS Sebut Nano Technology Mampu Atasi Limbah Batik di Bengawan Solo

Dan karena limbah pewarna industri batik terbuat dari senyawa organik beracun yang tidak dapat terurai secara alami,

Editor: abduh imanulhaq
IST
Tiga mahasiswa UNS Surakarta mengkaji potensi penjernihan kembali (remediasi) anak Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah pewarna batik berbahaya. 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE), tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengkaji potensi penjernihan kembali (remediasi) anak Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah pewarna batik berbahaya.

Hasilnya, Nano-Technology bernama nano sheet carbon nitride mampu mengatasi limbah dan meremediasi air sungai tersebut.

Ketiga mahasiswa itu adalah Huwaida Ikbar, Muhammad Hakim Muzakky dan Harry Pramudya Rivelino yang berasal dari Program Studi (Prodi) Teknik Kimia Fakultas Teknik (FT) UNS.

Huwaida Ikbar menjelaskan bahwa nano sheet carbon nitride merupakan material tipis berukuran kurang dari 100 nano meter.

“Berdasarkan literatur yang dikaji material ini memiliki kemampuan untuk mengembalikan kejernihan air yang telah tercemar limbah pewarna organik hingga 100% dengan bantuan sinar matahari. Seperti rodhamine B, methylene blue, methanol yellow, tartrazin, dan methyl orange,” jelas Huwaida Ikbar, Jumat (20/11/2020).

Di sisi lain, meski memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa material ini bisa disintesis secara sederhana dan ramah lingkungan dari melamin.

Yakni sebuah material yang murah dan mudah didapatkan.

“Penggunaan nano sheet carbon nitride di lingkungan perairan juga cukup aman, mengingat karbonitrida-nya terdiri dari karbon dan nitrogen tanpa daun surlogam yang berbahaya,” tambah Huwaida Ikbar.

Kajian yang dilakukan Huwaida dan tim ini tidak terlepas dari fakta kurang optimalnya pengolahan limbah pewarna batik di Surakarta.

Sebagaimana diketahui, Surakarta memang menjadi salah satu kota dengan produksi batik terbesar dengan pengrajin sebanyak 254 orang.

Sebanyak 200 di antaranya berada di Kecamatan Laweyan.

Namun, karena terbatasnya jumlah instalasi pengolahan air limbah dan kurangnya pertimbangan dampak lingkungan di daerah tersebut, sebagian besar limbah pewarna batik dari industri kecil menengah dibuang langsung ke sungai.

“Dan karena limbah pewarna industri batik terbuat dari senyawa organik beracun yang tidak dapat terurai secara alami, pencemaran sungai tidak dapat dicegah. Polusi yang disebabkan oleh air limbah ini pun tidak hanya berbahaya bagi kehidupan akuatik seperti ikan dan tumbuhan air, tetapi juga dalam banyak kasus bersifat mutagenik bagi manusia,” ungkap Huwaida.

Mereka pun berharap, penerapan teknologi nanosheet carbon nitride tidak hanya mengembalikan kejernihan air di anak Sungai Bengawan Solo.

Akan tetapi juga mengembalikan keberlangsungan ekosistem yang berada di sungai tersebut dan tidak mengganggu kesehatan manusia. (*)

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved