Berita Semarang
Rara Merasa Materi Pelajaran Lebih Bisa Dipahami Selama Pembelajaran Tatap Muka
SMP Negeri 6 Ungaran Satu Atap, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang telah hampir dua minggu ini melangsungkan pembelajaran tatap muka (PTM) di
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - SMP Negeri 6 Ungaran Satu Atap, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang telah hampir dua minggu ini melangsungkan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.
Kebijakan tersebut ditempuh sebagai persiapan atas instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim sekolah boleh melaksanakan PTM pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.
Seorang siswa Kelas 8 SMP Negeri 6 Ungaran Satu Atap Rara Kirana (14) mengaku dibandingkan model pembelajaran daring materi yang disampaikan pengajar secara langsung lebih dapat dipahami.
Baca juga: Cerita Wanita Belgia Datang ke Semarang Demi Dapat Tutup Botol Minuman Hygeia, Miliki Sejarah Tinggi
Baca juga: Polisi Akui Kesamaan Wajah Gisel dengan Pemeran Wanita di Video Syur, Diduga Si Pria Akan Diperiksa
Baca juga: Sempat Pingsan Saat Dicambuk, Ibu Ini Lanjutkan Hukuman Cambuk 100 Kali, Ia Digerebek Juli Lalu
Baca juga: Viral Pohon Tua di Areal Makam Keramat di Pemalang Mendadak Terbakar
"Selain itu bisa bertemu teman-teman jadi tidak bosen.
Ada rasa khawatir tertular Corona tapi sedikit karena sekolah juga sudah menerapkan protokol kesehatan," terangnya kepada Tribunjateng.com, di SMP Negeri 6 Ungaran Satu Atap, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jumat (27/11/2020)
Menurut Rara, sekolah daring dengan materi yang disampaikan melalui YouTube hanya dapat dipahami sebagian.
Jika PTM apabila ada hal tidak dimengerti bisa langsung bertanya.
Kepala SMP Negeri 6 Ungaran Satu Atap Dwi Wahyuni Lubiyanti menyampaikan persiapan PTM ke sekolah bermula dari evaluasi pembelajaran daring diketahui prosentase siswa tidak sampai 50 persen.
Ia menambahkan, kemudian sebagian orangtua siswa dengan fasilitas daring terbatas meminta anaknya kembali sekolah.
Alhasil, pihak sekolah membuat program PTM ke dusun-dusun.
"Nah, melalui kelompok belajar di dusun-dusun itu dan evaluasi bersama Tim Gugus Tugas Covid-19 tingkat desa kami putuskan mulai PTM di sekolah dengan protokol ketat," katanya
Dwi Wahyuni menyatakan, sebelum PTM di sekolah diputuskan dibuat survei internal melibatkan orangtua siswa dan hasilnya 90 persen wali murid menyetujui.
Menghindari kerumunan siswa, SMP Negeri 6 Ungaran Satu Atap, memisahkan siswa PTM untuk kelas 7,8, dan 9 secara bergiliran sehari maskimal 2 jam.
"Kami juga menyadari adanya kekurangan guru. Jadi bagaimana agar pembelajaran tetap jalan kita atur bergiliran.
Yang sudah ikut PTM siswa tidak perlu ikut daring begitu sebaliknya," ujarnya