Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Khotbah Jumat

Khotbah Jumat Singkat Dusta dan Bahayanya

Berikut khotbah jumat singkat dengan tema Dusta dan Bahayanyayang ditulis oleh KH Drs Mustaghfiri Asror melalui YPKPI Masjid Raya Baiturrahman.

MOSLEMWORLD
Khotbah jumat singkat dengan tema Dusta dan Bahayanya 

TRIBUNJATENG.COM - Berikut khotbah jumat singkat dengan tema Dusta dan Bahayanya.

Mendengarkan khotbah jadi satu dari sekian amalan berbuah pahala di hari Jumat.

Manfaatnya juga beragam, seperti bekal menyikapi kehidupan di dunia yang penuh tanda tanya.

Dengan mendengar khotbah, keyakinan bahkan ketakwaan kepada Allah SWT semakin bertambah besar.

Baca juga: Khotbah Jumat Singkat dengan Takwa Kita Gapai Masa Depan

Baca juga: Khotbah Jumat Singkat Kepribadian Umat Islam Indonesia

Baca juga: Khotbah Jumat Singkat Perdamaian dan Keadilan Sebuah Tuntutan Ajaran Tauhid

Baca juga: Khotbah Jumat Singkat, Adab Menjaga Lisan dan Tangan

Hasilnya dengan senang hati Allah SWT akan menolong setiap hambanya.

Simak materi khotbah dengan tema Dusta dan Bahayanya yang ditulis oleh KH Drs Mustaghfiri Asror.

Materi khotbah jumat ini dikutip dari laman resmi Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam (YPKPI) Masjid Raya Baiturrahman Jawa Tengah.

Khotbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

Jamaah Jumah Rohimakumullah

Sambil beri'tikaf di rumah Allah ini, mari kita bersama-sama berikrar untuk senantiasa meningkatkan takwa Allah.

Yakni melaksanakan semua perintah-perintah Allah dalam suasana suka maupun duka sekaligus menjauhi semua larangan-larangan Allah, walau dalam suasana yang sangat sepi sekalipun.

Karena kita yakin, bahwa hanya dengan takwa, Allah SWT akan mengangkat derajat manusia menjadi makhluk mulia disisi-Nya, sebagaimana tercantum di dalam Surat Al Hujurat 49 : 13 yang berbunyi :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan kita dan keluarga kita orang-orang yang berhak memperoleh kemuliaan di dunia dan akhirat. Amin ya rabbal 'alamin.

Salah satu cara atau sikap yang harus kita wujudkan ketika menghadapi perintah-perintah Allah SWT itu agar terasa ringan.

Yakinilah sesungguhnya perintah atau larangan Allah SWT itu adalah bentuk kasih sayang atau rahmat-Nya kepada kita manusia sebagai hamba Allah, bukan sebagai beban, apalagi dinilai sebagai perbuatan yang memberatkan.

Sesungguhnya beribadah itu adalah sebuah kebutuhan kita.

Tanpa ibadah, kebutuhan kita baik kebutuhan lahiriyah maupun batiniyah ada yang hilang.

Sadar atau tidak, begitulah peratura atau hukum yang dibuat Allah SWT.

Sebuah contoh, jujur (siddiq) artinya berkata sesuai dengan kenyataan atau berkata apa adanya, bukan ada apanya.

Ini adalah bagian dari kebutuhan dalam hidup dan kehidupan kita.

Menjauhkan diri dari sifat dan sikap dusta, bohong atau apapun namanya adalah bagian dari kebutuhan kita hidup di alam fana ini.

Mewujudkan kondisi masyarakat yang tiada dusta di antara kita adalah kebutuhan kita bersama, baik pejabat atau rakyat, kyai maupun santri, penguasa maupun pengusaha tanpa terkecuali.

Seluruhnya berkewajiban menjauhi sifat dan sikap dusta atau bohong.

Mengapa dusta harus kita jauhi dan jujur harus kita tegakkan?

Rasulullah SAW sebagai orang paling jujur sepanjang masa, telah menjelaskan dengan sabdanya yang artinya.

"Seharusnya kalian bersifat jujur, sebab jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu menghantarkan ke surga.

Selama seseorang terus-menerus memelihara sifat jujur, maka ia dicatat oleh Allah SWT sebagai orang yang lurus.

Jauhilah sifat dusta, karena dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu menghantarkan ke neraka

Selama seseorang itu berbuat dusta, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang pembohong." (HR. Bukhari).

Kemudian, di mana letak bahayanya dusta bagi kita umat manusia dari mukmin dan mukminat?

Dari sudut akidah, bila seorang mukmin sudah berani dusta, maka martabat kemukminannya itu hilang, berganti dengan predikat munafik, na’udzu billah.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Ciri-ciri orang munafik itu ada 3 (tiga)yaitu, bila berkata dusta, bila berjanji mengingkari, dan bila diberi amanat menghianati." (HR Syaikhan).

Predikat mukmin adalah predikat yang sungguh sangat mulia, tetapi seorang mukmin jika berani dusta atau bohong, maka predikat kemukminannya itu hilang diganti dengan predikat munafik.

Padahal orang munafik sangat jelas ditegaskan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam Surat An Nisa’ 4 : 145 yang berbunyi:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

"Sesungguhnya orang munafik itu (ditempatkan) pada tempat yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun dari mereka."

Dengan perkataan lain bahwa dusta atau bohong itu bisa menjadi sababiyah iman seseorang sirna dari dalam hatinya.

Di samping dusta bisa menyebabkan akidah seseorang hilang, juga akan merusak syari’ah atau tatanan hidup yang sudah didesain sedemikian rupa oleh Allah SWT sebagaimana dustanya lidah yang akan merusak tatanan fisik manusia secara totalitas.

Salah satu anggota tubuh kita yang tidak pernah dusta adalah lidah.

Memang di tengah-tengah masyarakat ada ungkapan bahwa 'lidah tidak bertulang', yang berkonotasi negatif terhadap lidah.

Namun di sisi lain kita memperoleh pelajaran bahwa lidah kita itu sesungguhnya senantiasa jujur dan tidak pernah dusta.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa setiap makanan dan miniman yang kita konsumsi melalui mulut, sedangkan di mulut ada lidah.

Lidah itulah yang mendeteksi apakah makanan dan minuman yang kita konsumsi itu manis atau pahit, keras atau lunak, memberi kemanfaatan kepada konsumennya atau justru mendatangkan madlarat.

Coba saja sekali-kali lidah kita berdusta, ketika ada racun masuk ke dalam mulut dikatakan bahwa racun itu manis, maka akibatnya pasti fatal, konsumennya mengalami Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Demikian pula dunia seisinya ini pasti semakin rusak bila jumlah orang-orang yang berdusta semakin meningkat.

Kerusakan fisik maupun non fisik di negeri kita tercinta ini Insyaallah semakin berkurang apabila kebohongan atau dusta di antara kita diganti dengan sifat kejujuran.

Bicara apa adanya itu lebih bagus dari pada ada apanya.

Ada kisah seorang sufi yang bernama Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Al Husaini Wal Hasani.

Dia lahir di Irak, yang lebih dikenal dengan sebutan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.

Ketika memasuki usia 18 tahun, Abdul Qadir pergi menuntut ilmu ke Baghdad.

Ibunya yang sudah menjanda memberi bekal kepadanya 80 (delapan puluh) keping emas, yang diijahitkan pada bagian bajunya sebelah dalam.

Ketika hendak berangkat, si ibu berpesan, 'Hai Abdul Qadir, dalam situasi yang bagaimanapun kamu jangan dusta."

Abdul Qadir menjawab, "Insyaallah bunda, pesan ibu akan saya pegang teguh."

Di tengah perjalanan menuju Baghdad itu, Abdul Qadir dihadang segerombolan penyamun.

Salah seorang penjahat ini bertanya kepadanya, “Hai anak muda, kamu membawa uang atau tidak."

Ingat akan janji kepada sang ibu, Abdul Qadir menjawab, Aku membawa uang 80 (delapan puluh) keping emas yang dijahit oleh ibuku di dalam bajuku."

Tentu saja sang perampok terperangah dan terkejut, kok ada manusia sejujur ini.

Kemudian Abdul Qadir dibawa ke suatu tempat untuk membuktikan kebenaran pengakuannya itu.

Setelah dicek ternyata betul, bahwa di dalam bajunya ada 80 (delapan puluh) keping uang emas.

Melihat kenyataan itu, spontan pimpinan penyamun itu keringatnya mengucur membasahi seluruh tubuhnya, badannya menggigil, sambil menangis tersedu-sedu bos perampok itu tertunduk di kaki Abdul Qadir.

Dengan penuh kesadaran bos penyamun ini akhirnya taubat dan menjadi murid pertamakali bagi Syekh Abdul Qadir Al Jailani.

Hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut di atas antara lain bahwa kejujuran itu dapat menghapuskan kejelekan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Baik atau buruknya negeri kita tercinta ini di masa yang akan datang, antara lain dapat kita baca lewat sifat dan sikap pembohong penduduk negeri ini.

Oleh karena itu, mari kita mencermati ulang firman Allah SWT dalam Surat At Taubah 9 : 119 yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan jadilah kalian orang-orang yang jujur."

Ayat yang lain Allah swt berfirman dalam Surat Al Mu’min 40 : 28.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ

"Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta."

Dari kedua ayat ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah SWT hanya akan memihak kepada orang-orang yang jujur, sekaligus Allah SWT tidak akan memberi hidayah kepada orang-orang yang berlebih-lebihan lagi pendusta.

Ya Allah ya Rabb, berikanlah kepada kami dan keluarga kami kekuatan lahir dan batin, sehingga kami dan keluarga mampu melaksanakan perintah-Mu untuk bertakwa dan menjadi orang yang jujur.

Sehingga kami dan keluarga kami kelak dapat Engkau masukkan kedalam hamba-Mu yang Engkau panggil dengan panggilan yang sangat mesra.

Hal ini disampaikan dalam Suray Al Fajr ayat 27-30.

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku."

Amin, amin, amin ya rabbal ‘alamin.

Khutbah 2

الحَمْدُ‭ ‬للهِ‭ ‬رَبِّ‭ ‬العَالمِيْنَ‭ ‬وَالصَّلاَةُ‭ ‬وَالسَّلاَمُ‭ ‬عَلَى‭ ‬أَشْرَافِ‭ ‬الأَنْبِيَاءِ‭ ‬وَالمرْسَلِيْنَ‭ ‬نَبِيِّنَا‭ ‬مُحَمَّدٍ‭ ‬وَعَلَى‭ ‬آلِهِ‭ ‬وَصَحْبِهِ‭ ‬أَجْمَعِيْنَ

يَا‭ ‬أَيُّهَا‭ ‬النَّاسُ‭ ‬اتَّقُوا‭ ‬رَبَّكُمُ‭ ‬الَّذِي‭ ‬خَلَقَكُمْ‭ ‬مِنْ‭ ‬نَفْسٍ‭ ‬وَاحِدَةٍ‭ ‬وَخَلَقَ‭ ‬مِنْهَا‭ ‬زَوْجَهَا‭ ‬وَبَثَّ‭ ‬مِنْهُمَا‭ ‬رِجَالًا‭ ‬كَثِيرًا‭ ‬وَنِسَاءً‭ ‬وَاتَّقُوا‭ ‬اللَّهَ‭ ‬الَّذِي‭ ‬تَسَاءَلُونَ‭ ‬بِهِ‭ ‬وَالْأَرْحَامَ‭ ‬إِنَّ‭ ‬اللَّهَ‭ ‬كَانَ‭ ‬عَلَيْكُمْ‭ ‬رَقِيبًا

اِنَّ‭ ‬اللهَ‭ ‬وَمَلاَئِكَتَهُ‭ ‬يُصَلُّوْنَ‭ ‬عَلىَ‭ ‬النَّبِىْ‭ ‬يَاَ‭ ‬يُّهَاالَّذِيْنَ‭ ‬آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ‭ ‬وَسَلِّمُوْا‭ ‬تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ‭ ‬صَلِّ‭ ‬عَلَى‭ ‬مُحَمَّدٍ‭ ‬وَعَلَى‭ ‬آلِ‭ ‬مُحَمَّدٍ‭ ‬كَمَا‭ ‬صَلَّيْتَ‭ ‬عَلَى‭ ‬إِبْرَاهِيْمَ‭ ‬وَعَلَى‭ ‬آلِ‭ ‬إِبْرَاهِيْمَ،‭ ‬إِنَّكَ‭ ‬حَمِيْدٌ‭ ‬مَجِيْدٌ‭. ‬وَبَارِكْ‭ ‬عَلَى‭ ‬مُحَمَّدٍ‭ ‬وَعَلَى‭ ‬آلِ‭ ‬مُحَمَّدٍ‭ ‬كَمَا‭ ‬بَارَكْتَ‭ ‬عَلَى‭ ‬إِبْرَاهِيْمَ‭ ‬وَعَلَى‭ ‬آلِ‭ ‬إِبْرَاهِيْمَ،‭ ‬إِنَّكَ‭ ‬حَمِيْدٌ‭ ‬مَجِيْدٌ

اللهُمَّ‭ ‬اغْفِرْ‭ ‬لِلْمُسْلِمِيْنَ‭ ‬وَالمسْلِمَاتِ‭ ‬وَالمؤْمِنِيْنَ‭ ‬وَالمؤْمِنَاتِ‭ ‬الأَحْيَاءِ‭ ‬مِنْهُمْ‭ ‬وَالأَمْوَاتِ‭ ‬إِنَّكَ‭ ‬سَمِيْعٌ‭ ‬قَرِيْبٌ‭ ‬مُجِيْبُ‭ ‬الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ‭ ‬اقْسِمْ‭ ‬لَنَا‭ ‬مِنْ‭ ‬خَشْيَتِكَ‭ ‬مَا‭ ‬يَحُولُ‭ ‬بَيْنَنَا‭ ‬وَبَيْنَ‭ ‬مَعَاصِيكَ‭ ‬وَمِنْ‭ ‬طَاعَتِكَ‭ ‬مَا‭ ‬تُبَلِّغُنَا‭ ‬بِهِ‭ ‬جَنَّتَكَ‭ ‬وَمِنَ‭ ‬الْيَقِينِ‭ ‬مَا‭ ‬تُهَوِّنُ‭ ‬بِهِ‭ ‬عَلَيْنَا‭ ‬مُصِيبَاتِ‭ ‬الدُّنْيَا‭ ‬وَمَتِّعْنَا‭ ‬بِأَسْمَاعِنَا‭ ‬وَأَبْصَارِنَا‭ ‬وَقُوَّتِنَا‭ ‬مَا‭ ‬أَحْيَيْتَنَا‭ ‬وَاجْعَلْهُ‭ ‬الْوَارِثَ‭ ‬مِنَّا‭ ‬وَاجْعَلْ‭ ‬ثَأْرَنَا‭ ‬عَلَى‭ ‬مَنْ‭ ‬ظَلَمَنَا‭ ‬وَانْصُرْنَا‭ ‬عَلَى‭ ‬مَنْ‭ ‬عَادَانَا‭ ‬وَلاَ‭ ‬تَجْعَلْ‭ ‬مُصِيبَتَنَا‭ ‬فِى‭ ‬دِينِنَا‭ ‬وَلاَ‭ ‬تَجْعَلِ‭ ‬الدُّنْيَا‭ ‬أَكْبَرَ‭ ‬هَمِّنَا‭ ‬وَلاَ‭ ‬مَبْلَغَ‭ ‬عِلْمِنَا‭ ‬وَلاَ‭ ‬تُسَلِّطْ‭ ‬عَلَيْنَا‭ ‬مَنْ‭ ‬لاَ‭ ‬يَرْحَمُنَا

رَبَّنَا‭ ‬لَا‭ ‬تُزِغْ‭ ‬قُلُوبَنَا‭ ‬بَعْدَ‭ ‬إِذْ‭ ‬هَدَيْتَنَا‭ ‬وَهَبْ‭ ‬لَنَا‭ ‬مِنْ‭ ‬لَدُنْكَ‭ ‬رَحْمَةً‭ ‬إِنَّكَ‭ ‬أَنْتَ‭ ‬الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ‭ ‬إِنَّا‭ ‬نَسْأَلُكَ‭ ‬الهُدَى‭ ‬وَالتُّقَى‭ ‬وَالعَفَافَ‭ ‬وَالغِنَى

اللَّهُمَّ‭ ‬اكْفِنَا‭ ‬بِحَلاَلِكَ‭ ‬عَنْ‭ ‬حَرَامِكَ‭ ‬وَأَغْنِنَا‭ ‬بِفَضْلِكَ‭ ‬عَمَّنْ‭ ‬سِوَاكَ

اللَّهُمَّ‭ ‬أَحْسِنْ‭ ‬عَاقِبَتَنَا‭ ‬فِى‭ ‬الأُمُورِ‭ ‬كُلِّهَا‭ ‬وَأَجِرْنَا‭ ‬مِنْ‭ ‬خِزْىِ‭ ‬الدُّنْيَا‭ ‬وَعَذَابِ‭ ‬الآخِرَةِ

اَللَّهُمَّ‭ ‬أَصْلِحْ‭ ‬وُلَاةَ‭ ‬أُمُوْرِنَا،‭ ‬اَللَّهُمَّ‭ ‬وَفِّقْهُمْ‭ ‬لِمَا‭ ‬فِيْهِ‭ ‬صَلَاحُهُمْ‭ ‬وَصَلَاحُ‭ ‬اْلإِسْلَامِ‭ ‬وَالْمُسْلِمِيْنَ‭ ‬اَللَّهُمَّ‭ ‬أَبْعِدْ‭ ‬عَنْهُمْ‭ ‬بِطَانَةَ‭ ‬السُّوْءِ‭ ‬وَالْمُفْسِدِيْنَ‭ ‬وَقَرِّبْ‭ ‬إِلَيْهِمْ‭ ‬أَهْلَ‭ ‬الْخَيْرِ‭ ‬وَالنَّاصِحِيْنَ‭ ‬يَا‭ ‬رَبَّ‭ ‬الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا‭ ‬هَبْ‭ ‬لَنَا‭ ‬مِنْ‭ ‬أَزْوَاجِنَا‭ ‬وَذُرِّيَّاتِنَا‭ ‬قُرَّةَ‭ ‬أَعْيُنٍ‭ ‬وَاجْعَلْنَا‭ ‬لِلْمُتَّقِينَ‭ ‬إِمَامًا

رَبَّنَا‭ ‬آتِنَا‭ ‬فِي‭ ‬الدُّنْيَا‭ ‬حَسَنَةً‭ ‬وَفِي‭ ‬الْآخِرَةِ‭ ‬حَسَنَةً‭ ‬وَقِنَا‭ ‬عَذَابَ‭ ‬النَّارِ

وَصَلَّى‭ ‬اللهُ‭ ‬عَلَى‭ ‬نَبِيِّنَا‭ ‬مُحَمَّدٍ‭ ‬وَعَلَى‭ ‬آلِهِ‭ ‬وَصَحْبِهِ‭ ‬ومَنْ‭ ‬تَبِعَهُمْ‭ ‬بِإِحْسَانٍ‭ ‬إِلَى‭ ‬يَوْمِ‭ ‬الدّيْن

وَآخِرُ‭ ‬دَعْوَانَا‭ ‬أَنِ‭ ‬الْحَمْدُ‭ ‬لله‭ ‬رَبِّ‭ ‬الْعَالَمِيْنَ

Demikian materi khotbah jumat ini, semoga bermanfaat. (amk)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved