Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Focus

Diberkati untuk Memberkati

Yo susah nek ngene iki, niate pengen amal, malah jebule duite dienggo mbiayai teroris

Penulis: Vito | Editor: muslimah

Diberkati untuk Memberkati

Arief Novianto
Wartawan Tribun Jateng

"Yo susah nek ngene iki, niate pengen amal, malah jebule duite dienggo mbiayai teroris (ya susah kalau begini ini, niatnya ingin amal, malah ternyata uangnya dipakai untuk mendanai teroris-Red)," kata satu tetangga saya, dalam diskusi ngalor-ngidul di pos ronda kampung, kemarin malam.

Yah, hal itu diungkapkan tetangga saya menanggapi pemberitaan mengenai keberadaan belasan ribu kotak amal yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dan diduga menjadi sumber pendanaan organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI).

Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan, kotak amal sumber pendanaan teroris itu adalah milik Yayasan Abdurrahman Bin Auf (ABA). Kotak amal itu tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jateng

Hal itu diketahui berdasarkan keterangan dari tersangka Fitria Sanjaya alias Acil dari Yayasan ABA.

Di Jateng, kotak amal Yayasan ABA itu antaran lain tersebar di Kota Semarang sebanyak 300 kotak, di Pati sebanyak 200 kotak, di Temanggung sebanyak 200 kotak, dan di Solo sebanyak 2.000 kotak. Sementara di Yogyakarta, kotak amal itu tersebar sebanyak 2.000 kotak.

"Ada belasan ribu kotak yang tersebar di 12 kota/provinsi di Indonesia. Kotak amal milik Yayasan ABA itu ditempatkan di sejumlah titik minimarket dan rumah makan," katanya, dalam keterangannya, Kamis (17/11).

Karo Penmas Humas Polri, Brigjen Pol Awi Setyono menuturkan, dana dari kotak amal itu digunakan oleh JI untuk sejumlah kepentingan organisasi.

"Dana itu oleh JI digunakan operasi pemberangkatan para teroris ke Suriah dalam rangka kekuatan militer dan taktik teror. Untuk menggaji para pemimpin JI, dan yang terakhir untuk pembelian persenjataan atau bahan peledak yang digunakan untuk amaliyah untuk jihad organisasi JI," jelasnya.

Tampaknya, apa yang diungkap polisi itu memang cukup mengejutkan. Bagaimana tidak, uang yang terkumpul dari niat baik masyarakat justru dimanfaatkan untuk hal yang tidak baik. Rasanya, semua orang di luar kelompok radikal pasti sepakat kalau terorisme adalah perbuatan yang tidak baik.

Jika tahu dari awal, pastilah orang normal tidak akan iklas menyumbangkan uangnya, seberapa pun, untuk hal yang tidak baik. Namun, niat baik yang dilandasi keiklasan, memang tak selalu membuahkan hasil baik, termasuk beramal.

Paling gampang ditemui adalah beramal untuk pengemis di jalanan. Sejumlah pemda bahkan memiliki perda yang melarang masyarakat memberi uang pada pengemis.

Alasannya, hal itu tidak mendidik, membuat mereka tidak mau berusaha, bahkan sebagian dari pengemis itu diketahui bisa menjadi kaya dari aktivitas tersebut hanya dengan mengandalkan belas kasih orang lain.

Padahal, semua agama dan keyakinan mengajarkan orang untuk beramal atau bersedekah, sebagai wujud cinta kasih dan mengasihi sesama manusia. Hal inilah yang rupanya dimanfaatkan jaringan teroris itu. Meski demikian, hal itu setidaknya menunjukkan tingginya kepedulian masyarakat terhadap sesamanya.

Realitas itu seharusnya bisa menjadi pembelajaran yang baik bagi masyarakat, di mana untuk beramal dapat dilakukan melalui saluran yang benar, atau lembaga tertentu yang sudah kredibel dan dapat dipercaya. Hanya saja, memang tidak semua harus seperti itu.

Meski jamak disalahgunakan, bagi sebagian orang, memberi menjadi kebahagian tersendiri, termasuk beramal untuk pengemis atau mengisi kotak amal. Keiklasan dari hati bagi sebagian orang itu dilakukan untuk dapat mengamalkan kepercayaannya tentang cinta kasih yang diyakini akan berbuah manis, dan akan kembali kepada dirinya.

Semua agama dan keyakinan pun mengajarkan tentang kasih kepada sesama manusia dalam berbagai bentuk. Niat baik, keiklasan, dan ketulusan hati berbuat kebaikan bagi sesama menjadi bagian dari upaya mendapatkan pahala dari Sang Pencipta.

Rasanya, semua orang juga pasti sepakat kalau memberi atau beramal adalah perbuatan baik. Maka, tetaplah memberi dan berbuat baik. JIkapun disalahgunakan, biarlah itu menjadi urusan Tuhan. Dikasihi untuk mengasihi, diberkati untuk memberkati. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved