Berita Blora
Begini Cara Pengusaha Tempe di Blora Siasati Kenaikan Harga Kedelai
Harga kedelai baru-baru ini mengalami lonjakan. Akibatnya, hal tersebut menjadi pukulan bagi pengusaha tempe di sejumlah tempat, termasuk di Blora.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Harga kedelai baru-baru ini mengalami lonjakan. Akibatnya, hal tersebut menjadi pukulan bagi pengusaha tempe di sejumlah tempat, termasuk di Blora.
Salah seorang pengusaha tempe di Blora yakni Yatman (55). Lelaki asal Dukuh Ngetrep, Desa Tutup, Kecamatan Tunjungan, Blora tersebut harus memutar otak dalam menyiasati melambungnya harga kedelai.
Caranya, yakni dengan mengecilkan ukuran tempe produksinya.
Untuk kedelai, Yatman biasa membelinya per karung 50 kilogram kisaran Rp 320 ribu.
Saat ini, harga per karungnya bisa sampai sekitar Rp 500 ribu.
Mengecilkan ukuran tempe baginya adalah siasat agar usahanya tetap berjalan tanpa menaikkan harga.
Biasanya, satu sendok kedelai yang telah diolah untuk ukuran satu tempe yang dibungkus daun jati.
"Untuk sekarang tidak ada satu sendok," kata dia.
Apa yang telah dilakukan itu tidak bisa diterima oleh semua konsumen.
Kata Yatman, ada yang mengurungkan membeli tempe karena ukurannya menyusut.
"Ada yang protes tempenya kecil tidak jadi beli di sini, saya juga tidak masalah" katanya.
Berbeda dengan Yatman, Sutini (55) pengusaha tempe di Kelurahan Kedungjenar, Kecamatan Blora, lebih memilik menaikkan harga tempe buatannya.
Sutini biasa menjual tempe produksinya kiloan.
Dari yang semula dijual Rp 10 ribu per kilonya kini dinaikkan jadi Rp 12 ribu.
Sutini mengaku tidak mengurangi produksinya.
Setiap hari dia ajek memproduksi tempe sekitar 40 kilogram.
Kalau ada pesanan, produksinya bisa sampai 50 kilogram.
"Yang beli warga sini karena banyak yang buat keripik tempe," ujar Sutini.
Naiknya tempe buatan Sutini tidak lantas membuat konsumennya beralih.
Rata-rata mereka sudah paham akan naiknya harga kedelai.
"Pembeli saya rata-rata paham, kalau harga kedelai naik harga tempe juga naik" katanya.
Meski begitu, Sutini berharap harga kedelai bisa turun seperti semula di kisaran harga sekitar Rp 7 ribu per kilogramnya.
Dengan begitu, setidaknya bebannya bisa sedikit berkurang. (goz)