Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
'Kejanggalan' Perjalanan Sriwijaya Air SJ 182 Diduga Disorientasi dan Hendak Pindah Jalur
Pesawat Sriwijaya PK-CLC menuju Pontianak diduga hendak berpindah jalur dan sang pilot mengalami disorientasi saat terbang pada Sabtu siang
"Vertical speed itu penghitungan berbagai variabel yang dikirim pesawat. Kalau setelah jatuh itu ada nilai positif 20 ribu, itu sudah melebihi batas kemampuan alat itu memberikan angka yang akurat, sehingga tidak mungkin climbing (naik)," kata Gerry.
"Dugaannya, ada serpihan pesawat yang mental (dan mengirimkan data). Tapi masa sampai kecepatan 20 ribu? Itu yang harus diteliti."
Kejadian serpihan pesawat yang terpental kemudian mengirim data pernah dialami Air France 447 yang melayani rute Rio de Janeiro, Brasil menuju Paris, Prancis pada 2009 silam.
"Saat dia jatuh kena air, dia masih mengirim data Cabin Pressurization (tekanan udara di kabin). Kondisi pesawat saat itu sudah terbelah, listrik putus, tapi alat belum mati karena antena belum kehabisan listrik. Pas dicek dengan FDR (data penerbangan), dia sudah pecah pada saat mengirim data," katanya.
Rekam jejak penerbangan
Terlepas dari berbagai anomali, menurut Gerry, temuan ini hanya berupa dugaan dari data. Seluruh dugaan ini perlu diteliti mendalam dengan data rekam penerbangan yang dimiliki pesawat, FDR.
Lantas, bagaimana rekam jejak penerbangan si pesawat?
Pesawat ini dikandangkan selama sembilan bulan, sejak 23 Maret 2020 hingga 18 Desember 2020.
Sejak mulai beroperasi setelah absen beroperasi, pesawat ini telah melakukan perjalanan selama 144 jam 20 menit selama sebulan terakhir.
Dari data Flightradar24.com, sejak 23 Oktober 2020 hingga 18 Desember, mesin pesawat sempat dipanaskan selama 10 kali; empat kali di bengkel Merpati Maintenance Facility di Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, dan enam kali diterbangkan di sekitar bengkel hingga Jalan Raya Juanda.
Sehari sebelum penerbangan komersial pertama dilakukan setelah dikandangkan, pesawat ini sempat terbang rendah pada ketinggian 60 meter, pada 18 Desember 2020 sekitar pukul 18:00 WIB.
Penerbangan pertama setelah lama absen beroperasi adalah pada 19 Desember, dari Surabaya menuju Jakarta, menempuh perjalanan selama 1 jam 9 menit.
Keesokan harinya, pada Desember 2020, pesawat ini mulai sibuk terbang melayani enam rute: Jakarta-Pontianak-Jakarta-Pangkal Pinang-Jakarta-Yogyakarta-Jakarta.
Selama sebulan terakhir, pesawat ini melakukan perjalanan dari Jakarta ke Pontianak sebanyak 9 kali dan Pontianak ke Jakarta sebanyak 11 kali.
'Pesawat laik terbang'
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson dan Kementerian Perhubungan melalui rilis resmi menjelaskan pesawat jenis Boeing 737-599 itu disebut laik terbang dan memiliki Seritifkat Kelaikudaraan atau Certificate of Airworthiness yang berlaku hingga 17 Desember 2021.
Jefferson juga menjelaskan Sriwijaya Air telah menjalani audit keamanan dan keselamatan yang diselenggarakan oleh BARS (Basic Aviation Risk Standard) yang independen serta berlaku secara internasional sejak bulan Maret 2020.
Audit yang dilakukan BARS meliputi "keselamatan, kualitas sistem manajemen, manual operasi, lisensi dan data pelatihan awak penerbangan serta pengawasan terhadap pesawat dan suku cadang."
Terkait dengan temuan perubahan jalur dan dugaan disorientasi, BBC sudah berusaha menghubungi Sriwijaya melalui telepon seluler atau surat elektronik.
Namun, permohonan wawancara BBC yang ditujukan kepada Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena, Senior Corporate Communication Theodora Erika dan Vice President Corporate Secretary Air Adi Wili, untuk menanggapi temuan tersebut tidak direspons, baik melalui pesan aplikasi antar-platform Whatsapp ataupun surat elektronik.
Sementara itu, dalam rilis yang diterima BBC, Jefferson menyebutkan harapannya agar proses investigasi yang dilakukan KNKT segera diungkap, "dan menjadi panduan dunia aviasi ke depannya, sehingga bisa menghentikan seluruh spekulasi yang beredar di masyarakat."
Investigasi KNKT
Pada Selasa (12/1), tim gabungan telah menemukan FDR dari pesawat PK-CLC di perairan Laut Jawa dan masih terus mencari Cockpit Voice Recorder (CVR). Dua benda ini yang akan dijadikan sumber analisis penyebab kecelakaan.
"Data-data yang beredar (luas di media sosial) harus divalidasi, harus dicek sumber dan kebenarannya. Data yang beredar belum divalidasi. KNKT hanya akan memberikan pernyataan berdasarkan hasil pemeriksaan Black Box," kata Soerjanto dalam rilis yang diterima BBC.
Dalam waktu 30 hari, KNKT akan memberikan laporan awal investigasi. Dalam laporan, tim akan mengungkap penyebabnya jatuh, sumber masalah, dan pemeliharaan pesawat.
Persiapan terbang saat pandemi
Pandemi berdampak pada industri aviasi, termasuk pesawat dikandangkan dan sejumlah kru penerbangan tidak terbang. Selama pandemi, federasi penerbangan IATA telah mengimbau maskapai penerbangan untuk mengidentifikasi risiko dan mengecek pesawat yang akan kembali beroperasi setelah lama dikandangkan.
Beberapa risiko yang muncul di antaranya bisa dari beragam faktor, misal kondisi pesawat, bandara, dan faktor manusia, mulai dari pilot hingga kru penerbangan.
Dalam bagan analisis risiko penerbangaan saat pandemi yang dibuat oleh IATA, masalah faktor manusia juga menjadi pertimbangan, seperti kelelahan, kehilangan konsentrasi, stress, dan lemas.
Selain itu, potensi untuk berkurangnya keahlian, keterampilan soal keselamatan, dan kepercayaan diri saat penerbangan selama masa pandemi juga bisa terjadi. Terlebih, jika beban kerja berlebihan menghantui.
Mitigasi yang dapat dilakukan di antaranya dengan memberikan pelayanan dukungan mental serta memberikan pengarahan dan komunikasi rutin kepada awak kabin dan kru pesawat yang akan bertugas terkait prosedur penerbangan.
Selain itu, maskapai juga diminta untuk memberikan pelatihan kepada para pimpinan untuk menerapkan pendekatan berbasis empati untuk mengelola tim dan performa selama pandemi. (*)
Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul Sriwijaya Air: Perjalanan janggal pesawat PK-CLC, dari dikandangkan sembilan bulan hingga keluar jalur
RALAT: Artikel ini telah diubah pada Minggu (17/1/2021) pukul 07.25 WIB. Kami menyampaikan permohonan maaf kepada Bapak Gerry Soejatman dan BBC Indonesia atas kekeliruan saduran. (Redaksi)