Berita Semarang
Trik Pedagang Barang Antik Semarang Hadapi Sepi Pembeli di Masa Pandemi
Pedagang barang antik di Pasar Klitikan Kota Semarang atau yang tergabung dalam paguyuban Antikan Kawasan Kota Lama (Asem Kawak)
Penulis: iwan Arifianto | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/IWAN ARIFIANTO
Suasana Pasar Klitikan Kota Semarang yang menjual beragam barang antik berbagai jenis.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pedagang barang antik di Pasar Klitikan Kota Semarang atau yang tergabung dalam paguyuban Antikan Kawasan Kota Lama (Asem Kawak) selama masa pandemi Covid-19 harus terus memutar otak.
Situasi sekarang menjadi semacam pukulan telak bagi usaha mereka.
Awal pandemi Covid-19 atau sekira selama tiga bulan mereka terpaksa tak berjualan.
Selepas itu, mereka diberi kelonggaran untuk dapat kembali berdagang.
Simpul senyum dari wajah pedagang barang antik sebenarnya mulai muncul sewaktu kebijakan pandemi tak ketat lagi.
Wisatawan dari luar kota yang mampir di Kota Semarang mulai mendongkrak penjualan.
"Mulai ramai pembeli pada Desember kemarin hingga libur tahun baru.
Namun ternyata ada pembatasan lagi sehingga sekarang sepi kembali," terang seorang pedagang barang antik di Pasar Klitikan, Juli Hartono, Sabtu (16/1/2021).
Dia menilai, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan untuk Jawa-Bali berpengaruh sekali dengan usahanya.
Dia menyebut, paling tidak usahanya merosot dikisaran 60 persen.
Kondisi normal dalam setiap satu minggu mampu menjual hingga 3 item barang.
Sebaliknya, pada situasi pandemi butuh waktu dua minggu bahkan lebih hanya untuk menjual 3 item barang.
Jika pendapatan dirupiahkan tak menentu sebab nominal tiap barang berbeda-beda.
"Kami yang mengandalkan pelanggan dari luar kota tentu langsung kena dampaknya.
Situasinya ini sangat berpengaruh pada penjualan kami sehari-hari," ujarnya.
Jalan yang dipilih, lanjut dia, dengan cara memaksimalkan penjualan via online.
Dia kini lebih gencar memaksimalkan jualan online sembari menjaga lapak.
Dia juga aktif menghubungi para pelanggannya jika ada barang antik terbaru.
Tentu berbeda jualan online dengan offline.
Kalau jualan online harga barang tak bisa tinggi.
Jadi keuntungan mepet dengan modal.
"Tetapi mau gimana lagi, cara itu untuk menyiasati kondisi ini sebagai jalan menambah pemasukan," paparnya. (Iwn)
Rekomendasi untuk Anda