Bu Jenah Jualan Jamu Tradisional Bisa Kuliahkan Anaknya

Sudah belasan tahun Bu Jenah (58) meracik sendiri jamu tradisional khas Jawa dan menjualnya keliling kampung.

Editor: iswidodo
tribunjateng/mahasiswa UIN Magang
JAMU JAWA - Bu Jenah (58) meracik sendiri jamu tradisional khas Jawa dan menjualnya keliling kampung di Randudongkal Kabupaten Pemalang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sudah belasan tahun Bu Jenah (58) meracik sendiri jamu tradisional khas Jawa dan menjualnya keliling kampung. Bila dulu dia jualan jamu gendong sekarang sudah menggunakan gerobak dorong.

Warga Desa Randudongkal, Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang ini sudah jualan jamu sejak 1999 hingga sekarang. "Saya berjualan jamu dari tahun 1999 sampai tahun 2011. Kemudian berhenti di tahun 2012 karena suami sakit stroke, tak ada yang bantu meracik jamu," kata Bu Jenah.

Sempat berhenti jualan jamu, Bu Jenah kemudian beralih jualan mie lidi hingga 2017. Di tahun itu suaminya meninggal. Akhirnya dia melanjutkan lagi berjualan jamu khas tradisional jawa sampai sekarang.

Selama 12 tahun jualan jamu tradisional, Ibu Jenah berjualan di lapak pasar Randudongkal. Sekarang dorong gerobak jamu keliling kampung, rata-rata empat jam sehari. "Saya jualan jamu keliling dengan mendorong gerobak di desa Randudongkal, khususnya di RT 38, 41 dan 42. Dari jam 07.00 sampai jam 12.00," jelasnya.

Jamu yang dijual Ibu Jenah ada beberapa macam. Diantaranya jamu kunyit asem, sirih, lempuyang, temulawak, gula asam jahe dan pahitan. Yang masing-masing jenisnya mempunyai manfaat tersendiri untuk kesehatan tubuh.

Itulah alasan jamu jawa asli buatan Ibu Jenah mempunyai banyak pelanggan. "Pelanggan saya dari anak kecil, remaja dan juga orang tua, semua minum jamu," sambung Ibu Jenah.

Untuk mempertahankan kualitas jamu, Ibu Jenah membuat jamu menggunakan bahan-bahan alami dan dengan meraciknya secara tradisional.

"Bahan pembuatan jamu ini terdiri dari lempuyang, kunyit, kunyit putih, temulawak, jahe, sereh, kencur, kunci, asem jawa, gula merah, sirih dan merica. Kemudian proses pembuatannya dengan cara tradisional, ditumbuk, diperas dan direbus," terangnya.

Jualan jamu ini sebagai mata pencaharian utama. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hasil dari jualan jamu juga untuk biayai kuliah anak bungsunya. "Kalau jamunya bisa habis semua, pendapatan perhari bisa sampai 300 ribu," sambungnya.

"Saya selalu berdoa semoga mendapat rezeki dari Allah, laris dan berkah. Memberi manfaat sehat kepada konsumen, terhindar dari penyakit apapun. Ya semoga anak saya bisa kuliah sampai lulus," harapnya. (Tribunjateng.com/Asri Laori Wulandari/Mahasiswa UIN Walisongo Magang Jurnalistik)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved