Profil dan Biodata Ronny Lukito CEO Eiger Akui Dirinya yang Bersalah
Berikut profil dan biodata Ronny Lukito CEO PT Eigerindo Multi Produk Industri atau Eiger.
Penulis: non | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM - Berikut profil dan biodata Ronny Lukito CEO PT Eigerindo Multi Produk Industri atau Eiger.
Ronny Lukito menyatakan permohonan maaf atas viralnya Surat Keberatan yang dikirimkan pihak Eiger kepada content creator beberapa waktu lalu.
Ia mengakui, kejadian tersebut sepenuhnya adalah kesalahannya.
Iapun mengaku pernah diingatkan oleh bawahannya sebelum mengambil langkah mengirimkan Surat Keberatan.
“Sebetulnya, tim internal sudah mengingatkan dan dan menjelaskan bahwa langkah tersebut tidaklah benar dan tepat.
Namun saat itu, saya tetap bersikeras untuk dijalankan,” ujarnya.
Karena itulah ia menegaskan bahwa tidak ada pihak lain yang bersalah selain dirinya.
Permintaan maaf ini disampaikan terutama kepada sejumlah pihak yang terdampak.
"Atas kejadian ini, tidak ada pihak lain yang perlu disalahkan.
Jelas yang salah adalah saya dan saya sebagai CEO bertanggung jawab penuh atas kejadian ini,” tegasnya.
Profil dan Biodata Ronny Lukito
Ronny Lukito lahir di Bandung pada tanggal 15 Januari 1962 di Bandung.
Ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara dari dari pasangan suami istri Lukito dan Kumiasih.
Kedua orangtua Ronny memiliki toko kecil yang khusus menjual tas.
Hal itu membuatnya terbiasa melihat proses produksi binis orangtuanya sejak kecil.
Bahkan Ia dan saudaranya sering terjun langsung membantu orangtuanya dalam menjalankan bisnis tersebut.
Pengalaman itulah yang menjadi langkah awal Ronny mengkuti jejak kedua orangtuanya.
Pada 1979 di Bandung, Eiger pertama kali didirikan di bawah naungan PT Eigerindo Multi Produk Industry.
Eiger memproduksi alat-alat outdoor hanya bermodal 2 mesin jahit.
Hingga menjadi sebuah perusahaan industri outdoor & gaya hidup di Indonesia.
Bisnis produksi tas Ronny dimulai dengan nama Butterfly.
Butterfly iambil dari merek mesin jahit buatan China yang dimilikinya waktu itu.
Bahan baku pertama pembuatan tasnya hanya bermodal kurang dari Rp 1 juta.
Pada 1979, nama Butterfly diubah menjadi Exxon.
Namun nama ini digugat perusahaan Exxon Oil Amerika Serikat.
Exxon kemudian berganti nama menjadi Exsport (Exxon Sporty).
Setelah Export lahirlah merek lainnya seperti Eiger, Bodypack, dan Neosack.
Eiger diluncurkan pertama kali pada 1989 sebagai produk untuk memenuhi berbagai kebutuhan perlengkapan dan peralatan penggiat alam terbuka.
Nama Eiger sendiri terinspirasi dari Gunung Eiger.
Usaha Ronny kini berkembang pesat Ronny hingga mampu membeli tanah seluas 6.000 meter persegi di kawasan Kopo, Kota Bandung, yang menjadi pabrik Eiger.
Ronny pernah memperoleh penghargaan Upakarti Pemerintah Republik Indonesia atas usahanya menjalin kemitraan dengan para perajin tas.
Dinilai cukup sukses, Ronnybpun berekspansi usaha di bidang properti.
Investasi besar-besaran dia lakukan dengan membangun Vila Trinity pada 1991.
Serta Perumahan Galeria tahun 1995 di Kabupaten Bandung Barat.
Namun, keputusannya terjun di bidang properti terkesan kurang pertimbangan matang.
Sehingga pada krisis moneter 1998 bisnis propertinya terkena imbas.
Bersyukur, masa kritis bisa dilewati tanpa kehilangan aset.
Ronny pun sanggup melunasi hutangnya pada 2003.
Ia juga bersyukur, pada masa krisis tidak harus memutus hubungan kerja atau merumahkan karyawannya. (tribunjateng/non)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE