Breaking News:

Berita Regional

Ditemukan Situs Makam Kuno di Jalur Proyek Tol Aceh, Diperkirakan Milik Ulama Era Kesultanan

Batu nisan diduga peninggalan Kerajaan Aceh pada abad 18 tersebut, ditemukan tepatnya pada gerbang tol Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Rabu

Editor: m nur huda
SERAMBI/HENDRI
Kondisi nisan atau situs makam purbakala yang masuk dalam pembangunan di kawasan Gerbang Tol Kajhu, Aceh Besar, Aceh, Rabu (10/2/2020). Diduga, beberapa makam ini adalah makam raja-raja Aceh dan ulama pada abad ke-16. 

TRIBUNJATENG.COM, BANDA ACEH – Temuan puluhan nisan makam kuno di areal proyek gerbang tol Aceh, di kawasan Kajhu, Aceh Besar, menghebohkan kalangan sejarawan di Aceh.

Batu nisan diduga peninggalan Kerajaan Aceh pada abad 18 tersebut, ditemukan tepatnya pada gerbang tol Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Rabu (10/2/2021).

Informasi dihimpun Serambinews.com, puluhan nisan berbentuk bulat dan memanjang ini awalnya ditemukan oleh lembaga pemerhati sejarah, Peusaba Aceh.

Dari bentuk nisan, diperkirakan pemilik makam tersebut adalah para ulama pada era Kesultanan Aceh Darussalam.

Para sejarawan dan pemerhati sejarah Aceh mengkhawatirkan kemungkinan “tergusur”nya makam para ulama purbakala itu karena pembangunan jalan tol Aceh.

Masih Terus Berulang

Dosen Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, Hermansyah, M.Th., M.Hum adalah salah satu yang menyayangkan kembali terjadinya insiden “penggusuran” situs bersejarah di Aceh, karena pembangunan.

Menurutnya, temuan makam di areal pembangunan gerbang tol ini menunjukkan seakan aparat pemerintahan di Aceh, seperti tidak belajar dari beberapa kejadian sebelumnya.

Seharusnya, kata Hermansyah, proyek IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang menggerus makam para ulama Kerajaan Aceh di Gampong Pande dan Gampong Jawa, Kota Banda Aceh, beberapa waktu lalu, menjadi pelajaran berharga bagi aparatur pemerintahan di Aceh, untuk melakukan pemetaan seluruh situs bersejarah di Aceh.

“Seharusnya sejak awal sudah ada koordinat makam dan situs-situs bersejarah di Aceh. Sehingga ketika ada pembangunan di Aceh, tidak akan ada masalah seperti ini, karena semua situs purbakala sudah termapping,” kata Hermansyah, Filolog jebolan Jerman.

Tapi faktanya, lanjut Hermansyah, peristiwa serupa, yakni pembangunan yang terhambat karena terkena kawasan cagar budaya, terus terulang di beberapa daerah di Aceh.

“Ini agak aneh, karena pemerintah kita terkesan kurang tahu, bahwa sebagai sebuah daerah yang dulunya merupakaan kerajaan besar, tentu sangat banyak situs purbakala di Aceh, terutama makam para ulama,” ungkap Hermansyah.

Akademisi muda ini berpendapat, kita tidak bisa secara mutlak menyalahkan pihak pelaksana proyek dalam peristiwa “penggusuran” makam ulama yang terus terulang di beberapa daerah di Aceh.

Karena, para pelaksana proyek, apalagi proyek besar yang dikerjakan oleh BUMN, pasti tidak tahu dengan sejarah di tempat proyek yang mereka kerjakan.

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved