Serie A Liga Italia 2021
Pemain AC Milan Muak Ramainya Bullying di Media Sosial, Mereka Menghina Setiap 10 Menit Sekali
Pemain AC Milan Muak Ramainya Bullying di Media Sosial, Mereka Menghina Setiap 10 Menit Sekali
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: abduh imanulhaq
Pemain AC Milan Muak Ramainya Bullying di Media Sosial, Mereka Menghina Setiap 10 Menit Sekali
TRIBUNJATENG.COM - Pemain AC Milan, Fikayo Tomori, mempertanyakan manfaat pesepak bola memiliki media sosial di tengah maraknya perundungan dunia maya (cyber bullying) yang dialami sejumlah pemain di Twitter, Facebook, dan Instagram.
Sejumlah pesepak bola menjadi sasaran perundungan bernada rasialisme di media sosial.
Beberapa di antaranya adalah pemain Chelsea, Antonio Ruediger, serta Axel Tuanzebe dan Anthony Martial (Manchester United).
Baca juga: Makna Selebrasi Gol Ibrahimovic Ditanggapi Petinggi AC Milan, Kontrak Seumur Hidup di Rossoneri?
Baca juga: Sosok Stefano Pioli Mengubah Wajah dan Karakter AC Milan Hingga Kokoh di Puncak Klasemen
Baca juga: Kutukan Nomor 9 AC Milan Belum Sirna, Mandzukic Jadi Korban Berikutnya, Masih Mandul Belum Cetak Gol
Baca juga: AC Milan Senasib Juventus Dipermalukan Spezia Tim Promosi Menunggu 114 Tahun
Serangkaian kejadian itu membuat Fikayo Tomori mengatakan semua media sosial harus berusaha lebih keras untuk melawan diskriminasi.
Kalau tidak, semua manfaat yang diberikan platform tersebut akan sia-sia.
“Instagram, Twitter, dan Facebook harus bertindak."
"Mereka tidak boleh membiarkan orang membuat akun palsu dalam tempo 10 menit untuk memberikan hinaan bernada rasialis.”
“Mereka harus memberikan tindakan dan mengidentifikasi orang-orang ini agar mendapatkan sanksi sepadan karena kita tahu hal itu tidak benar,” ucap pemain yang kini merumput di Liga Italia bersama AC Milan, dikutip dari Sky Sports.

Pemain yang dipinjam AC Milan dari Chelsea tersebut pun mempertanyakan faedah bermedia sosial jika para pelaku perundungan masih berkeliaran bebas.
“Situasi ini membuat Anda bertanya-tanya, perlukah Anda punya media sosial?"
"Kenapa hal-hal seperti ini terjadi? Situasi ini kompleks,” ucap Tomori.
“Betul, pelaku perundungan memang hanya minoritas, tetapi mereka ada di sana."
"Keberadaan mereka menyebar bukan hanya di sepak bola, melainkan juga di kehidupan sehari-hari,” ujar dia lagi.
Tomori mengaku tidak pernah mengalami perundungan seperti yang ditujukan kepada Tuanzebe, Martial, atau Ruediger.