Bentrok Demo Thailand, 1 Polisi Tewas, 33 Demonstran Luka-luka
sekitar 2.000 demonstran berunjuk rasa dari Monumen Kemenangan di persimpangan Bangkok ke barak militer dekat tempat Prayut tinggal.
TRIBUNJATENG.COM, BANGKOK - Kepolisian Thailand menembakkan peluru karet, meriam air, hingga gas air mata ke arah kerumunan pengunjuk rasa di depan rumah Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha, di Bangkok, Minggu (28/2).
Demonstrasi itu merupakan bagian dari gerakan pro-demokrasi Thailand yang berlangsung sejak Juli lalu, yang satu di antaranya menyerukan PM Prayut untuk turun dari jabatan.
Selain menekan Prayut mundur, pedemo juga mendesak penulisan ulang konstitusi yang dirancang militer dan reformasi monarki.
AFP melaporkan, sekitar 2.000 demonstran berunjuk rasa dari Monumen Kemenangan di persimpangan Bangkok ke barak militer dekat tempat Prayut tinggal.
Ratusan orang menerobos kontainer dan barikade kawat berduri. Beberapa pedemo mengenakan topi keras dan membawa bendera merah. Aksi saling dorong antara pengunjuk rasa dan polisi pun tak terelakkan.
"Mereka sedang mempersiapkan segalanya, perisai, tongkat, air dengan beberapa bahan kimia, dan peluru karet," kata seorang pengunjuk rasa di garis depan kepada media lokal Thailand.
Di tengah bentrokan, aparat menggunakan truk meriam air dan melepaskan gas air mata demi membubarkan kerumunan demo.
Para pengunjuk rasa lantas berteriak meminta air dan garam untuk menetralkan rasa perih dari gas air mata. Namun, rasa perih tak membuat mundur para demonstran.
Pengunjuk rasa tetap mendorong petugas sambil mengacungkan tiga jari di udara, simbol perlawanan. Para pedemo juga melakukan perlawanan dengan melempar botol kaca hingga batu ke arah petugas.
Seorang wartawan AFP melaporkan, aparat lalu menembakkan peluru karet ke arah pedemo. "Tidak terlalu sakit," kata seorang demonstran kepada wartawan, sambil menunjukkan lengannya yang memerah.
Bangkok Post pada Senin (1/3) melaporkan, protes pro-demokrasi di Thailand menyebabkan sebanyak 33 orang terluka, dan 22 pengunjuk rasa ditahan polisi. Unjuk rasa pada Minggu malam, dibubarkan tak lama setelah tengah malam.
Pusat Medis Erawan pada hari Senin melaporkan, sebanyak 23 polisi dan 10 pengunjuk rasa dirawat karena luka-luka yang diderita selama bentrokan tersebut.
Seorang petugas polisi yang bertugas bahkan meninggal dunia karena serangan jantung. Dia adalah Kapten Pol Wiwat Sinprasert, dari kantor polisi Thammasala.
Mayjen Pol Piya Tawichai, wakil kepala Biro Kepolisian Metropolitan, mengatakan, sebanyak 22 demonstran ditangkap dan ditahan di kantor Wilayah 1 Biro Polisi Patroli Perbatasan di distrik Khlong Luang di Pathum Thani.
“Tuduhan yang akan dikenakan terhadap mereka termasuk pelanggaran keputusan darurat tentang pencegahan covid-19, dan perusakan properti publik,” katanya, mengutip Bangkok Post.
Adapun, polisi kembali dikritik karena menggunakan tindakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa. Namun, Mayjen Pol Piya membela tindakan petugas, dengan mengatakan protes telah menjadi kekerasan dan properti pemerintah dirusak.
Jenderal Prayut menyampaikan belasungkawa atas kematian petugas polisi tersebut, dalam pernyataan yang dikeluarkan dari Gedung Pemerintah, dan meminta polisi yang bertugas untuk menunjukkan kesabaran dan agar pengunjuk rasa menghormati hukum. (cnn/tribunnews)
Sarasehan Bersama Kades Se-Jateng, Ganjar Kebut Target Penurunan Kemiskinan Ekstrem |
![]() |
---|
UPDATE : Polisi Duga Pelaku Pembobol Indomaret Karangsari Demak Jebol Atap |
![]() |
---|
Coach Salahudin Pimpin Latihan Perdana Persijap |
![]() |
---|
WARNING! Maling Motor Marak di Semarang, Ini Pesan Kriminolog pada Masyarakat Semarang |
![]() |
---|
Viral Wanita Ditabrak Pacar Gegara Cemburu, Rekan Kerja: Emang Psikopat |
![]() |
---|