Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ada Kebuntuan Komunikasi, OJK Diminta Beri Perhatian Serius ke Bank

Sektor riil yang tengah bersiap mengoperasikan bisnis kembali setelah terpuruk akibat pandemi covid-19, sulit mendapat pendanaan dari bank.

Editor: Vito
(KOMPAS.com/BAMBANG P. JATMIKO)
Logo OJK 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi XI DPR, Fathan Subchi meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan perhatian serius dan terus menjalin komunikasi dengan perbankan.

Hal itu meliputi cara bank memitigasi risiko dari dampak restrukturisasi kredit, hingga menjalankan fungsi intermediasi seperti membantu pendanaan UMKM dan sektor riil.

"Catatan buat OJK, bank hari ini (perlu-Red) diberikan perhatian yang serius. Di samping peningkatan NPL (rasio kredit macet), ada mandatory yang besar (bagi bank untuk-Red) memberikan fungsi intermediasi, seperti membantu UMKM dan sektor riil," katanya, dalam diskusi Infobank Konsolidasi dan Peran Pemilik Perbankan dalam Menghadapi Era VUCA, Kamis (4/3).

Fathan menyebut, masih ada komunikasi yang buntu antara industri perbankan dan sektor riil akhir-akhir ini.

Sektor riil yang tengah bersiap mengoperasikan bisnis kembali setelah terpuruk akibat pandemi covid-19, sulit mendapat pendanaan dari bank karena tingginya risiko.

Di sisi lain, dia menambahkan, banyak debitur yang enggan mengambil kredit, karena suku bunga kredit bank belum menurun mendekati suku bunga acuan BI-7DRRR.

"Ada komunikasi yang buntu antara sektor riil dan dunia perbankan. Teman-teman di sektor riil mau up bisnis, tapi bank bilang demand-nya (permintaannya-Red) belum jalan. Ini perlu dikomunikasikan," tandasnya.

Sebagai informasi, para regulator dan pembuat kebijakan termasuk Bank Indonesia (BI) geregetan karena bank lambat merespons penurunan suku bunga acuan terhadap suku bunga kredit bank.

BI bahkan menyebut suku bunga kredit yang tinggi menjadi satu alasan debitur enggan kembali ke bank. Bank pun dinilai mencari margin yang terlalu tinggi di situasi sulit ini.

Namun saat ini, bank-bank besar sedikit demi sedikit sudah menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) sebagai respons cepat dari penurunan BI-7DRRR menjadi 3,50 bps.

BRI misalnya, sudah menurunkan suku bunga di semua segmen kredit. Pada kredit konsumer non-KPR, suku bunga kredit menjadi 3,25 persen. Selain itu, BRI menurunkan SBDK KPR sebesar 2,65 persen, dari 9,90 persen menjadi 7,25 persen.

Penurunan SBDK BRI juga dilakukan untuk segmen mikro sebesar 2,5 persen. Kemudian pada kredit segmen korporasi dan ritel, BRI melakukan penurunan SBDK masing-masing sebesar 1,95 persen dan 1,5 persen.

Begitu juga dengan Bank Mandiri dan BNI. SBDK untuk segmen korporasi Bank Mandiri menjadi 8.00 persen. Lalu SBDK segmen ritel menjadi 8.25 persen, dan segmen mikro menjadi 11,25 persen.

Sedangkan SBDK segmen konsumer untuk KPR turun menjadi 7.25 persen dan konsumer non-KPR menjadi 8.75 persen. Suku bunga ini berlaku efektif sejak 28 Februari 2021. (Kompas.com/Fika Nurul Ulya)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved