Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Lewat TikTok, Milter Myanmar Tebar Ancaman Kematian bagi Pengunjuk Pasa Penentang Kudeta

TikTok didesak untuk mengambil tindakan atas ratusan video ancaman kekerasan yang membanjiri platform milik perusahaan China tersebut.

Kompas.com/Istimewa
Seorang polisi (tengah) mengacungkan senapannya dalam bentrokan melawan massa yang ikut dalam demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar di Naypyidaw, pada 9 Februari 2021.(STR via AFP) 

Satu video yang dilihat oleh Guardian, diunggah oleh pengguna dengan nama akun Ye Ye, menampilkan seorang pria berpakaian seragam dan memegang senjata, dengan tentara lain di latar belakang.

“Ini bukan permainan di mana Anda bisa sembuh setelah ditembak. Ini adalah peringatan sopan bagi para pengunjuk rasa. Hati-hati, apa pun yang Anda lakukan,” ancamnya dalam video yang diunggah 21 Februari, sejauh ini telah ditonton 37.200 kali.

Banyak tentara menggunakan tagar #lilhuddy dan #addisonre, nama selebriti TikTok Amerika Chase Hudson dan Addison Rae, dalam upaya untuk menarik lebih banyak penonton.

Tidak jelas apakah tentara telah diperintahkan untuk mengunggah video semacam itu.

Sarana militer Myanmar

TikTok milik perusahaan China, memiliki 800 juta pengguna di seluruh dunia. Penggunaannya menjadi semakin populer di Myanmar selama setahun terakhir, terutama di kalangan anak muda.

Wai Wai Nu, pendiri Women’s Peace Network, mengatakan aplikasi tersebut memberikan izin masuk gratis kepada militer.

“Pertanyaan kami sekarang adalah apakah kami akan membiarkan perusahaan media sosial ini [mengizinkan] militer dan penjahat untuk dapat memanipulasi agenda dan mengatur kegiatan untuk mengancam keselamatan dan keamanan publik?”

 
Htaike Htaike Aung mengatakan TikTok harus meningkatkan proses pelaporan konten yang melanggar pedomannya dan membentuk tim khusus Myanmar.

Dia juga merekomendasikan langkah lebih lanjut yang diambil untuk mencegah platform disalahgunakan, seperti menggunakan pemeriksa fakta pihak ketiga.

Dalam sebuah pernyataannya, TikTok mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mempromosikan "lingkungan aplikasi yang aman dan ramah bagi komunitas kami."

“Kami memiliki pedoman komunitas yang jelas yang menyatakan bahwa kami tidak mengizinkan konten yang menghasut kekerasan atau informasi yang salah yang menyebabkan kerugian bagi individu, komunitas kami, atau publik yang lebih luas.”

Perusahaan itu juga mengaku akan terus mengikuti prinsip-prinsip tersebut secara global, termasuk seputar masalah seperti hasil pemilu.

Tiktok mengaku telah dan terus menghapus semua konten yang memicu kekerasan atau menyebarkan informasi yang salah sehubungan dengan Myanmar. Pemantauan agresif juga diklaim sudah dilakukan untuk menghapus konten yang melanggar pedoman kami.

Facebook, yang telah lama dikritik karena gagal menghentikan penyebaran ujaran kebencian dan disinformasi di platformnya di Myanmar, baru-baru ini melarang akun resmi militer.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved