Berita Internasional
Korea Utara Vs Malaysia, Ekstradisi Jadi Penyebab Kim Jong Un Putus Hubungan Diplomatik
Gegara ekstradisi, Korea Utara negara Kim Jong Un memutus hubungan diplomatik dengan Malaysia.
TRIBUNJATENG.COM, PYONGYANG - Gegara ekstradisi, Korea Utara negara Kim Jong Un memutus hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Pengumuman pemutusan hubungan diplomatik dengan Malaysia itu disampaikan Pyongyang pada Jumat (19/3/2021).
Pasalnya, Malaysia dianggap lancang mengekstradisi seorang warga Korea Utara ke Amerika Serikat (AS).
Kementerian Luar Negeri Korea Utara resmi mengumumkan kebijakan luar negeri tersebut melalui tayangan kantor berita negara, KCNA.
Otoritas Malaysia pada 17 Maret, dinilai "melakukan kejahatan yang tidak bisa diampuni... dengan secara paksa mengirim warga negara (Korea Utara) yang tidak bersalah ke Amerika Serikat," bunyi pernyataan itu yang dikutip AFP.
Pernyataan tersebut menambahkan, Kemenlu Korut memutus total hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Korut juga mengecam tindakan Malaysia sebagai memusuhi Pyongyang karena tunduk pada tekanan AS.
Individu yang tidak disebutkan namanya itu digambarkan dalam pernyataan Kemenlu Korut sebagai seseorang yang terlibat aktivitas perdagangan eksternal yang sah di Singapura.
Pyongyang menganggap ekstradisi itu mengada-ada dan membantah orang tersebut terlibat pencucian uang.
Diketahui, seorang pria Korea Utara bernama Mun Chol Myong pada 3 Maret kalah dalam banding terakhirnya di pengadilan tinggi Malaysia terhadap ekstradisi ke AS dalam tuduhan pencucian uang.
Dia pernah tinggal di Malaysia selama 10 tahun bersama keluarganya.
Mun ditangkap pada 2019 menyusul permintaan ekstradisi oleh Washington.
Di pengadilan dirinya membantah klaim FBI bahwa dia memimpin kelompok kriminal yang melanggar sanksi, dengan memasok barang-barang terlarang ke Korut dan mencuci uang di perusahaan.
Dia menghadapi empat dakwaan pencucian uang dan dua konnspirasi mencuci uang.
Tuduhan-tuduhan tersebut terutama terkait dengan pekerjaannya di Singapura, menurut keterangan pengacaranya.
Tidak diketahui pasti apa yang dituduhkan ke Mun sebagai pemasok, tetapi ada beberapa kasus bisnis di Singapura yang mengirim barang-barang mewah, seperti minuman keras dan jam tangan ke Korea Utara.
Ekspor beberapa barang mewah ke Korut dilarang sebagai bagian dari sanksi besar-besaran untuk Pyongyang, dari PBB dan negara-negara lain termasuk Amerika Serikat, atas program senjata nuklirnya.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin memperingatkan Korea Utara bahwa pasukannya siap untuk bertempur malam ini juga.
Pernyataan tersebut dilontarkan Austin pada Kamis (18/3/2021) sebagai tanggapan atas pernyataan Korea Utara yang mengecam latihan militer gabungan antara AS dengan Korea Selatan.
Melansir New York Post, tentara AS dan Korea Selatan kembali menggelar latihan militer setelah jeda selama lebih dari setahun karena pandemi virus corona.
“Pasukan kami tetap siap untuk bertempur malam ini, dan kami terus membuat kemajuan menuju transisi akhir dari Kontrol Operasional masa perang ke Komando Pasukan Gabungan masa depan,” kata Austin.
"Meski memenuhi semua persyaratan untuk transisi, ini akan membutuhkan lebih banyak waktu, saya yakin bahwa proses ini akan memperkuat aliansi kita," lanjut Austin.
Sebelumnya, Austin dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Jepang pada Senin (15/3/2021).
Keduanya tiba di negara tersebut dalam rangka bersafari ke negara-negara sekutu AS di Asia untuk menegaskan kembali komitmen Negeri Paman Sam di kawasan itu.
Namun, upaya diplomasi yang dipimpin Washington yang berfokus pada denuklirisasi Korea Utara tetap terhenti karena terkait sanksi yang dijatuhkan.
Para ahli sedang mempertimbangkan potensi kompromi yang akan membekukan kegiatan nuklir Korea Utara dengan imbalan pelonggaran sanksi.
“Kami berkomitmen untuk denuklirisasi Korea Utara, mengurangi ancaman yang lebih luas yang ditimbulkan Korea Utara terhadap AS dan sekutu kami,” kata Austin.
Dia menambahkan, AS juga berkomitmen untuk meningkatkan kehidupan semua “rakyat Korea”.
“Termasuk rakyat Korea Utara yang terus mengalami pelanggaran yang meluas dan sistematis di tangan pemerintah yang represif,” lanjut Austin.
Awal pekan ini adik Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, menegur pemerintahan Biden sambil mengecam latihan perang.
Latihan militer tersebut dianggap Korea Utara sebagai latihan invasi.
"Kami mengambil kesempatan ini untuk memperingatkan pemerintahan baru AS yang berusaha keras untuk menebar bubuk bau di tanah kami," kata Kim Yo Jong sebagaimana diberitakan KCNA.
"Jika dia (Biden) ingin tidur lelap selama empat tahun mendatang, lebih baik jangan menyebabkan bau,” sambung Kim Yo Jong.
Beberapa ahli berpendapat, Korea Utara akan meningkatkan uji coba misilnya sebagai taktik negosiasi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korut Putus Hubungan dengan Malaysia Usai Warganya Diekstradisi ke AS"