Berita Blora
Air Panas Alami di Blora Hasil Pengeboran Minyak Jadi Tempat Berendam Warga
Air panas alami di Desa Nglobo, Kecamatan Jiken, Blora dipercaya mampu sembuhkan gatal-gatal.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: sujarwo
TRIBUNATENG.COM, BLORA – Air panas alami di Desa Nglobo, Kecamatan Jiken, Blora dipercaya mampu sembuhkan gatal-gatal. Air hangat tersebut berasal dari pengeboran minyak yang dilakukan oleh Pertamina EP Asset IV Field Cepu.
Untuk sampai ke kolam air panas alami, bisa ditempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Blora. Dari Blora ambil arah Cepu, sebelum sampai kawasan hutan Cabak kemudian belok kanan menuju Desa Nglobo. Dari jalan utama desa, masih harus belok kanan sekiar 300 meter. Tenang saja, di sana sudah terdapat papan petunjuk arah.
Sesampainya di lokasi, terdapat sejumlah warung semi permanen. Kemudian turun, di bawah terdapat dua kolam. Di situlah air panas alami Desa Nglobo. Air panas itu sedikit kehitaman. Tidak ada bau belerang, akan tetapi bau minyak mentahlah yang mendominasi. Hal itu lantaran air tersebut merupakan hasil pemisahan dari pengeboran minyak oleh Pertamina EP Asset IV Field Cepu.
Kini kolam tersebut hampir setiap hari dikunjungi oleh warga sekitar. Tidak kurang dari belasan orang yang datang. Sebagian dari pengunjung itu percaya bahwa air panas alami tersebut memiliki khasiat untuk menyembuhan gatal-gatal.
“Iya, katanya bisa menyembuhkan gatal-gatal. Ini saya datang ternyata di Blora ada air panas alami,” ujar salah seorang pengunjung, Muhammad Muntaha.
Sementara itu Kepala Desa Nglobo, Pudik Harto, mengatakan, kolam tersebut ada sejak akhir 2020. Ide itu muncul darinya setelah melihat potensi alam yang bisa menjadi daya tarik kunjungan warga untuk datang ke desanya.
Harto melanjutkan, sumber air panas alami itu sudah ada sejak lama. Hanya saja semula kolamnya tidak berada di tempat sekarang. Letaknya sekitar 100 meter dari kolam yang ada saat ini.
“Di tempat yang lama itu juga digunakan berendam oleh warga,” tutur dia.
Karena tidak ada akses masuk ke kolam lama, akhirnya Harto meminta izin kepada Perhutani agar kolam dipindah ke tempat yang lebih luas dan akses yang lebih mudah. Gayung bersambut, kolam baru pun direstui.
“Akhirnya kami beri pipa dari sumber pertama ke sini,” kata dia.
Sejauh ini, kata Harto, warga yang datang untuk berendam di kolam belum dikenai tarif retribusi. Sebab, kolam air panas itu belum secara resmi dibuka untuk destinasi wisata. Namun, Harto sudah memiliki rencana mengarah ke sana.
Karena air panas berasal dari pengeboran minyak, Harto pun meminta kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Pertamina EP Asset IV Field Cepu melakukan kajian kandungan apa sebenarnya yang terdapat pada air panas.
“Dalam waktu dekat ini, Selasa depan mau dicek kandungan airnya oleh (Dinas) Lingkungan Hidup dan Pertamina,” tandas Harto.
Jika memang kandungan pada air tidak membahayakan, maka pihaknya tidak segan-segan untuk mengembangkan sebagai wahana wisata. Jika memang terdapat kandungan berbahaya, maka pihaknya akan menunggu arahan dari dinas terkait.
Sejauh yang dia ketahui, selama ini belum ada warga yang mengeluh setelah berendam di air panas itu. Bahkan, tandasnya, sapi pun tidak bermasalah setelah meminum airnya. Berbekal hal tersebut, kemudian dia yakin bahwa air panas yang suhunya sekitar 38 derajat celsius itu layak untuk jadi destinasi wisata ke depannya. Tidak ada tujuan lain selain peningkatan ekonomi warga.
“Tapi kami tetap menunggu kajian dari dinas lingkungan hidup untuk mengetahui kandungannya,” kata dia. (*)