Berita Kendal

Petani Kendal Tolak Impor Beras: Sekarang Harga Gabah Cuma Rp 3300, Kalau Impor Jadi Berapa?

Sejumlah petani padi di Kabupaten Kendal dengan tegas menolak rencana pemerintah melakukan impor beras.

Penulis: Saiful Ma'sum | Editor: rival al manaf
TRIBUN JATENG/RIFQI GOZALI
Khaerudin (35) petani asal Desa Undaan Lor, kecamatan Undaan, Kudus membawa poster penolakan impor beras, Senin (15/1/2018). Sejumlah petani merasa khawatir jika impor tersebut berimbas pada turunnya harga gabah dari petani 

"Mau bagaimana lagi, jika pemerintah impor beras, harga padi akan turun. Bagaimana untuk mencukupi kebutuhan keluarga, biaya-biaya sekolah anak-anak," tuturnya.

Terpisah, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Kendal, Tardi menegaskan, pihaknya menolak tegas rencana pemerintah yang akan mengimpor beras dalam waktu dekat. 

Menurutnya, rencana tersebut belum perlu dilakukan karena saat ini, para petani padi sedang panen raya pada musim panen pertama 2021.

Sementara harga jual gabah tak kunjung naik sejak beberapa tahun terakhir, berdampak pada petani yang tidak mendapatkan untung.

"Tentunya kebijakan pemerintah akan impor beras saat sekarang kurang tepat. Kami sebagai asosiasi petani Kendal menolak sekali kebijakan itu. Karena pada musim panen 1 saja, produksi padi melimpah. Saya lihat dari Jawa Barat sampai Jawa Timur sudah melimpah," terangnya.

Menurutnya, jika pemerintah tetap melakukan impor beras dalam waktu dekat, akan berdampak pada nasib petani yang semakin jatuh sebagaimana pengusaha-pengusaha lainnya.

Karena, harga jual gabah saat ini di Kendal tidak lebih dari Rp 4.000 per kilogram. Sehingga petani tidak mendapatkan untung karena biaya produksi yang dikeluarkan meningkat.

"Di Kendal sekarang, jika panen pakai mesin harga Rp 3.900 per kilogram. Kalau pakai dos biasa harga gabah Rp 3.700. Kualitasnya bagus, namun entah kenapa harganya tidak ngangkat, apakah karena ada issu impor beras atau lainnya," terangnya.

Kata Tardi, para tengkulak saat ini tidak mau berspekulasi untuk membeli harga gabah dengan nilai tinggi. 

Dengan itu, ia berharap pemerintah semestinya berupaya untuk mendukung peningkatan harga gabah petani Indonesia untuk menyejahterakan para petani padi.

Seperti contoh, petani berharap harga jual gabah naik hingga Rp 4.500 per kilogram untuk mengimbangi biaya produksi yang terus meningkat. 

"Kalau harga Rp 4.500 per kilogram, petani masih ada untung. Kalau di bawah RP 4.000, mereka akan merugi. Kita harap dihentikan dulu impor beras meskipun tujuannya untuk stok bulog, namun imbasnya ke petani. Bulog silahkan ambil stok dari petani sebanyak mungkin," terangnya.

Menurut Tardi, di Kendal jumlah luasan tanam padi mencapai 30.000 hektare dengan rata-rata hasil panennya 7-8 ton per hektare.

Baca juga: Pemkot Tegal dan BNN Jateng Jalin Kesepakatan Pencegahan Peredaran Narkoba

Baca juga: Peringati HUT ke-75, Persit Kodim 0736/ Batang Gelar Donor Darah

Baca juga: DLH Pemalang akan Siagakan Personel untuk Awasi Aktifitas Penambangan

Baca juga: Fakultas Psikologi USM Gelar Ujian Kompetensi Psikologi

Akan tetapi, jumlah produksinya turun 20-30 persen hanya berkisar 5-6 ton per hektare karena terdampak cuaca ekstrem, seperti banjir.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved