Berita Internasional
1.000 Kerangka di Brasil Dipindah untuk Beri Tempat Lebih Banyak bagi Korban Meninggal Covid-19
Di Brasil, sekitar 1.000 kerangka digali dan diangkat dari makam untuk memberi ruang lebih banyak bagi korban meninggal akibat Covid-19.
TRIBUNJATENG.COM, BRASILIA - Di Brasil, sekitar 1.000 kerangka digali dan diangkat dari makam untuk memberi ruang lebih banyak bagi korban meninggal akibat Covid-19.
Hal tu dilakukan setelah angka kematian akibat virus corona di "Negeri Samba" mencapai 325.000 orang.
Foto yang beredar menunjukkan para penggali makam menggali di kawasan Pemakaman Vila New Cachoeirinha, Sao Paulo.
Baca juga: Dwi Indriati Meninggal Kecelakaan di Tol Nganjuk-Madiun, Mobil Karimun Ringsek Kena Belakang Truk
Baca juga: Cerita Sopir Truk Pengangkut Pohon Baobab Raksasa Crazy Rich Semarang, Ada Pantangan dan Kendala
Baca juga: Makam Teroris ISIS Zakiah Aini Ditinggalkan Keluarga Tanpa Bunga dan Nisan
Baca juga: Pria Ini Tewas Ditembak Setelah Serang Polisi yang Tangkap Anaknya karena Kasus Curanmor
Mengenakan pakaian hazmat, mereka sibuk mengangkat kerangka yang terbaring di dalam makam dan memindahkannya ke lokasi lain.
Aksi yang sama juga terjadi di pemakaman Vila Formosa, yang merupakan lokasi penguburan terbesar Brasil.
Para pekerja yang memakai baju pelindung juga terus menggali hingga larut malam sepanjang pekan ini.
Mereka mempercepat pembukaan makam baru pada Kamis (1/4/2021) untuk memberi ruang bagi korban meninggal Covid-19.
Selama dua hari beruntun, kementerian kesehatan setempat mencatatkan rekor kematian karena virus corona.
Pada Rabu (31/3/2021) seperti dikutip The Sun, pemerintah melaporkan 3.869 orang meninggal karena corona.
Sebelumnya pada Selasa (30/3/2021), sebanyak 3.780 pasien virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu mengembuskan napas terakhir.
Penyebaran di Brasil ini membuat negara kawasan Amerika Latin tersebut menjadi negara yang paling terdampak corona kedua di dunia, setelah AS.
Selama satu pekan terakhir, mereka mencatatkan rata-rata 75.500 kasus baru dan 3.000 kematian setiap harinya.
Pakar menyatakan, kondisi ini bisa makin buruk mengingat Presiden Jair Bolsonaro terus meremehkan upaya untuk mencegah penularannya.
Bolsonaro mengkritik kebijakan pemerintah daerah memberlakukan lockdown, dan mengulur upaya pemberian vaksin.
Epidemiolog Badan Kesehatan Dunia (WHO) Marian van Kerkhove berujar, rumah sakit di Brasil sudah kewalahan.