Berita Jateng
Tarawih Boleh Berjemaah, MUI Jateng Libatkan Pihak Keamanan Jaga Protokol Kesehatan di Masjid Besar
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah merespons positif keputusan pemerintah yang memperbolehkan masyarakat untuk melaksanakan salat tarawih
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah merespons positif keputusan pemerintah yang memperbolehkan masyarakat untuk melaksanakan salat tarawih saat Ramadan 1442H/2021.
Namun demikian, Ketua MUI Jateng, KH Ahmad Darodji meminta jemaah tetap mengikuti prosedur protokol kesehatan agar terhindar dari ancaman Covid-19.
"Kita umat Islam bersyukur bahwa kondisi (kasus) pandemi saat ini lebih menurun, meskipun belum hijau (normal) sama sekali tapi tidak zona merah. Karena itu pelaksanaan tarawih sudah bisa dilaksanakan tapi tetap mengikuti protokol kesehatan ketat," kata Darodji, Selasa (6/4/2021).
Warga yang melaksanakan kegiatan tarawih, kata dia, harus tetap waspada. Ikhtiar harus tetap dijalankan secara sungguh-sungguh dan tidak sampai lengah.
Masyarakat harus senantiasa melaksanakan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi.
"Jemaah datang memakai masker, cuci tangan dengan sabun, hand sanitizer, jaga jarak, di masjid tidak digelar karpet. Sajadah bisa dibawa masing-masing dari rumah," jelasnya.
Jika protokol kesehatan bisa dilaksanakan secara disiplin dan ketat, lanjutnya, potensi penularan bisa diminimalkan.
Ia juga mengatakan akan melibatkan pihak keamanan untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan saat pelaksanaan ibadah pada Ramadan.
Pihak keamanan akan dilibatkan terutama di masjid besar. Misalnya, Masjid Agung Kauman Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dan Masjid Raya Baiturrahman.
Jemaah yang melaksanakan ibadah di masjid besar dianggap tidak hanya warga sekitar, tetapi juga pendatang atau pelintas. Sehingga, pengawasan protokol kesehatan harus dilakukan upaya maksimal.
"Kalau untuk masjid terbuka, artinya jemaah tidak hanya dari masyarakat setempat, kami akan mengirimkan permohonan kepada pihak keamanan. Nantinya, pihak keamanan bisa mengawasi terkait protokol kesehatan dan hal-hal yang tidak diinginkan," tandasnya.
Selain itu, saat pelaksanaan salat tarawih jumlah jemaah diprediksi tidak sepenuh seperti halnya ibadah salat Jumat. Lantaran salat tarawih juga dilaksanakan di musala-musala kecil.
Sehingga, kata dia, tidak diperlukan ibadah dengan model sif atau bergantian saat tarawih.
"Setiap RW pastinya ada musala, sehingga masjid tidak sepadat seperti Jumatan. Sehingga, jumlah jemaah akan tersebar dan menghindari kerumunan dalam satu tempat ibadah," katanya.
Darodji menambahkan dalam kondisi pandemi diharapkan tidak mengurangi kualitas ibadah umat muslim. Justru sebaiknya, diperbanyak ibadah dan doa agar pandemi cepat selesai dan kondisi normal dapat dicapai kembali.
"Kami mohon ibadah puasa Ramadan bisa dilakukan sebaik-baiknya. Diperbanyak doa agar dibersihkan dari covid," imbuhnya. (mam)
Jokowi : Pemimpin ke Depan Seperti Pak Ganjar Pranowo, Berani dan Punya Nyali |
![]() |
---|
Sarasehan Bersama Kades Se-Jateng, Ganjar Kebut Target Penurunan Kemiskinan Ekstrem |
![]() |
---|
Para Kades Pati Berangkat Temui Gubernur di Semarang, Ini Pesan Pj Bupati Henggar |
![]() |
---|
Relawan Prabowo Gelar Liga Bola Rakyat Prabowo Cup, Iwan Bule: Gaet Talenta Muda |
![]() |
---|
Penyaluran Bantuan Pangan di Jateng Capai 100 Persen |
![]() |
---|