Berita Regional
Waspada Temukan Katak Garis Pohon, Kencingnya Bisa Membutakan Mata, Ini Foto Penampakan dan Wujudnya
Katak tersebut berjuluk katak pohon bergaris (katak garis pohon) atau disebut dalam beberapa bahasa daerah sebagai gedindang atau cekay (Sd.)
Penulis: galih permadi | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Kalau anda menyusuri hutan, seringkali anda menemukan sejenis katak imut yang nangkring di atas daun.
Warnanya coklat terang dengan garis mencolok di punggungnya.
Katak tersebut berjuluk katak pohon bergaris (katak garis pohon) atau disebut dalam beberapa bahasa daerah sebagai gedindang atau cekay (Sd.), perkak (Bms.), bencok (Jw.), dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris kodok ini dikenal sebagai Striped Tree Frog, Four-lined Tree Frog, Common Tree Frog, Banana Frog dan beberapa nama lainnya.
Nama ilmiahnya adalah Polypedates leucomystax.
Budi Santoso Kepala KPHK Pati Barat, PEH Muda pada BKSDA Jateng mengatakan, meski imut, tapi harus hati-hati jika bertemu katak ini urinenya menyebabkan iritasi.
"Tidak hanya sebabkan iritasi, tapi bisa membutakan mata," ujarnya dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Rabu (14/4/2021).
Budi menambahkan jika katak ini tersebar di beberapa kawasan. "Imut tapi harus hati-hati," imbuhnya.
Berikut ini sekilas info salah satu satwa liar yang ada di Cagar Alam Celering yang berada di Kecamatan Donorojo, Jepara.
Ciri-ciri
Secara fisik ukurannya memang kecil ramping.
Panjang tubuh sekitar 50 mm (jantan) dan sampai dengan 80 mm pada yang betina.
Punggung berkulit halus, tanpa lipatan, tonjolan atau bintil-bintil.
Warna sangat berubah-ubah, coklat muda kekuningan, keabu-abuan sampai pucat keputihan.
Polos, berbintik gelap besar dan kecil, atau bergaris-garis memanjang.
Kodok ini juga dapat berubah warna dari yang berpola agak gelap dan kontras di waktu malam, hingga pucat dan samar-samar di waktu siang.
Terdapat suatu garis atau pita gelap kehitaman sampai hitam antara hidung dengan mata, terus ke belakang melewati sisi atas timpanum (gendang telinga) sampai ke bahu.
Pita hitam itu dibatasi garis tipis kuning keemasan di sebelah atasnya, terutama dari mata hingga ke bahu di atas timpanum.

Garis keemasan serupa itu terdapat pula pada sibir sempit di sisi tangan, dari siku hingga ke sisi lateral (samping) jari-jari tangan; dan di sisi telapak kaki hingga sisi lateral jari-jari kaki.
Sisi bawah (ventral) berbintil halus, berwarna putih sedikit keemasan.
Tangan dan paha dengan garis-garis (coreng) miring kehitaman. Jari-jari di tangan berselaput renang setengahnya atau hampir tak ada.
Selaput renang di kaki berwarna kehitaman, mencapai ruas jari paling ujung; kecuali pada jari keempat (yang terpanjang), hanya mencapai ruas kedua dari ujung.
Mata besar, menonjol; iris kuning keemasan. Bibir atas keemasan, bibir bawah kehitaman.
Kebiasaan
Kodok yang sering ditemukan dekat pemukiman dan hutan sekunder.
Aktif terutama di malam hari, kodok ini sering terdengar berbunyi keras sejak menjelang magrib.
Katak-pohon bergaris memangsa aneka jenis serangga.
Pada musim kawin, banyak individu jantan (kadang-kadang hingga sekitar 10 ekor) yang berkumpul dekat kolam, parit atau genangan air lainnya. Kodok-kodok jantan ini memanjat semak-semak rendah atau pohon kecil di dekat genangan, hingga ketinggian 1 m atau lebih di atas tanah, serta bersuara sahut-menyahut dari tenggerannya itu untuk memikat kodok betina. Jika bertemu, pasangan kodok pohon ini lalu bergerak mencari posisi daun atau ranting yang menggantung di atas air untuk menempelkan telurnya.
Telur-telur itu diletakkan di sebuah sarang busa yang dilekatkan menggantung di atas genangan, pada daun, ranting, tangkai rumput, atau kadang-kadang juga pada dinding saluran air.
Gelembung-gelembung busa ini akan melindungi telur dari kekeringan, hingga saatnya menetas dan kecebongnya keluar berjatuhan ke air.
Pada saat musim kawin ini, beberapa kodok jantan menunjukkan sikap agresif terhadap kehadiran cahaya senter dengan menghampiri dan bertengger dekat cahaya, dan lalu bersuara.
Sebaran
Katak pohon bergaris dapat ditemukan hingga ketinggian 1500 m dpl.
Ketinggian tempat dapat berpengaruh pada variasi mofometri katak ini. Di Sumatera Barat katak pohon bergaris di daerah ketinggian di atas 1000 m dpl memiliki ukuran karakter kepala dan karakter ektremitas yang lebih panjang dari populasi di bawah 1000 m dpl (Addaha et al. 2014).
Katak pohon bergaris tersebar si Bangla-desh, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, India, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam dan Indonesia (Bali, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan diintroduksi di Papua) (Diesmos et al. 2004).
Di Jawa Tengah katak pohon bergaris banyak ditemukan di hutan-hutan dekat pemukiman.
Seperti halnya di Cagar Alam Gunung Celering di Kecamatan Donorojo, satwa ini dapat ditemui dari kaki gunung sampai dengan puncaknya pada ketinggian 720 mdpl.
Katak ini dapat dipakai sebagai indikator kesehatan ekosistem, karena kehadiran katak ini berarti kelembaban hutan masih cukup terjaga.
CA Gunung Celering merupakan kawasan konservasi di bawah pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Pati barat BKSDA Jateng.(*)