Berita Kudus
Belum Masuk DTKS, Kasmadi Kudus Tidak Bisa Dapat Bantuan RTLH: Kamar Banyak Tumpukan Puing Genting
Kepala Dinas PKPLH Kudus, Agung Karyanto menyebutkan yang bersangkutan belum masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Penulis: raka f pujangga | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus kesulitan penyaluran bantuan sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) bagi keluarga Kasmadi (53), warga Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus.
Kepala Dinas PKPLH Kudus, Agung Karyanto menyebutkan yang bersangkutan belum masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Padahal, penerima Bansos RTLH harus masuk ke dalam DTKS terlebih dulu sebelum menerima bantuan.
Selain memenuhi persyaratan lain di antaranya memiliki KTP Kudus dan tinggal di rumah yang berada di atas tanah milik sendiri.
"Dulu yang bersangkutan itu pernah diminta KTP dan KK tetapi tidak memberikan. Jadi kami juga tidak bisa mendata," ujar dia.
Sekalipun sudah terdata, kata Agung, pihaknya tidak bisa memberikan bansos tersebut langsung.
Pasalnya pemberian bantuan sosial RTLH tersebut biasanya sudah diusulkan setahun yang lalu.
"Nggak bisa langsung, misalnya alokasi bantuan RTLH 2021 sudah diusulkan sejak 2020 lalu," kata dia.
Dia menyampaikan, bansos RTLH 2021 dari APBD murni yang dialokasikan sebanyak 50 sasaran yang nilainya masing-masing memperoleh Rp 15 juta.
Bansos RTLH 2021 juga ada yang dialokasikan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebanyak 58 sasaran yang besarannya Rp 20 juta per sasaran.
"Mudah-mudahan RTLH yang sudah dialokasikan ini tidak terkena refocusing anggaran agar bisa tetap dilaksanakan," ujar Agung.
Menurutnya, perangkat desa ikut membantu dalam proses verifikasi warga yang menerima bansos RTLH tersebut.
Setiap warga yang akan memperoleh bantuan juga jelas keberadaan titik koordinatnya. Sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran.
"Jadi titik koordinatnya rumah yang menerima RTLH ini juga jelas," ucap dia.
Diketahui sebelumnya, Kasmadi yang bekerja sebagai buruh bangunan itu tinggal di rumah yang hampir roboh.
Atapnya banyak yang berlubang dan hanya tertutupi terpal agar air hujan tidak masuk sampai ke dalam rumah.
Kamarnya yang hanya tumpukan puing-puing genting.
Terpaksa, Kasmadi bersama istri dan kedua orang anaknya tidur di ruang tamu karena tidak ada kamar yang bisa dipakai tidur. (raf)