Berita Pemalang
Seberangkan Orang Bermobil Mewah, Agus Awalnya Senang Dapat Rp 100 Ribu, Ternyata Tega Banget. . .
Selain kecelakaan, pengalaman paling mengena yang dialami Agus, yaitu diberi uang mainan oleh pengguna jalan.
Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, PEMALANG - Panasnya cuaca di Jalur Pantura Pemalang, bak api yang membakar kulit.
Meski demikian, Agus (47) warga Ujunggedhe, Kecamatan Ampelgading, Pemalang, tetap semangat menjalankan tugasnya.
Mengenakan seragam berwana hijau, serta peluit dan kain yang diikat di sebuah tongkat, Agus selalu siaga untuk menyebrangkan jalan bagi masyarakat.
Pria 47 tahun itu merupakan satu di antara relawan lalulintas di Pemalang, atau yang sering di sebut pak ogah.
Sudah satu tahun lebih ia jadi relawan penyebrang jalan di pertigaan Sewuni, Ampelgading, yang juga dikenal dengan area black spot, atau lokasi yang acap kali terjadi kecelakan fatal.
Ia bercerita selama satu tahun lebih, mengalami berbagai kejadian saat menjalankan tugas.
Dari menolong korban kecelakaan, menghadapi pengguna jalan arogan, hingga diberi uang mainan oleh pengguna jalan.
"Kebanyakan pengguna jalan tidak sabaran, bahkan tak jarang saya kena caci maki saat membantu menyebrangkan jalan," katanya saat ditemui Tribunjateng.com di pertigaan Sewuni, Jumat (16/4/2021).
Agus mengaku secara resmi menjalin kontrak dengan Dishub Kabupaten Pemalang, untuk itu ia berusaha menjalankan tugasnya secara maksimal.
"Saya tahu aturan, mana yang harus diprioritas di jalan raya. Misalnya pengguna jalan nasional harus didahulukan, tapi saat saya bantu menyeberang, tak jarang saya dicaci maki. Padahal niat saya membantu," jelasnya.
Tak hanya itu, Agus mengatakan, lokasi ia bertugas memang rawan kecelakaan, bahkan beberapa kali ia menolong korban kecelakaan dengan kondisi fatal.
"Beberapa waktu lalu terjadi kecelakan fatal, korbannya sampai patah tulang.
Kejadian nahas itu terjadi karena pengendara tidak sabar saat menyebrang atau melintas di Jalan Pantura.
Saya tolong dan ia minta di antar ke Tegal, saya bersama warga akhirnya membawanya ke Tegal," paparnya.
Selain kecelakaan, pengalaman paling mengena yang dialami Agus, yaitu diberi uang mainan oleh pengguna jalan.
"Biasanya setelah menyebarangkan jalan saya diberi uang, awalnya senang karena yang memberi menggunakan mobil mewah, dan uang kertas Rp 100 ribu.
Tapi setelah saya lihat seksama ternyata ada tulisan uang mainan.
Padahal orang kaya dan mobilnya mewah tapi tega memberi uang mainan, wong saya tidak dikasi uang juga tidak memaksa, "imbuhnya.
Agus menambahkan, penghasilan sebagai pak ogah di Jalur Pantura jadi tumpuan hidup bagi keluarga.
"Memang tidak besar, paling sehari Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu. Meski kecil tapi penghasilan jadi tumpuan untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya," tambahnya. (*)