YDBA Dukung Pengembangan Produksi Cangkul Klaten 

Dari total kebutuhan cangkul mencapai 10 juta unit/tahun, selama ini produksi dalam negeri hanya mampu menghasilkan 3 juta unit/tahun.

Penulis: Ruth Novita Lusiani | Editor: Vito
ISTIMEWA
Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis Klaten, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Hafiza Dharmaputri (kiri), berbincang dengan Sekretaris Koperasi Industri Pande Besi dan Las, Supriyanto (kanan), tentang proses pembuatan cangkul berkualitas di sentra pengrajin besi di Jatinom, Klaten, Senin (19/4). 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Ruth Novita Lusiani

TRIBUNJATENG.COM, KLATEN - Dorongan Presiden Jokowi menjadikan sektor pertanian sebagai satu fokus utama menuju swasembada pangan, memacu multiplier effect aktivitas industri terkait, termasuk produksi cangkul.

Dari total kebutuhan cangkul mencapai 10 juta unit/tahun, selama ini produksi dalam negeri hanya mampu menghasilkan 3 juta unit/tahun, sedangkan sidanya 7 juta unit dipenuhi dari impor.

Hal itupun mendapat perhatian Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang sejak 2018 lalu fokus membina UMKM pande besi, yang mayoritas membuat cangkul di Klaten. YDBA terus mendorong pengembangan produksinya hingga mendapat branding cangkul merah putih pada 2020.

Direktur PT Astra International Tbk, sekaligus Ketua Pembina YDBA, Gita Tiffany Boer menyebut, YDBA melihat adanya potensi kebutuhan pasar, kompetensi, dan kreativitas serta komitmen UMKM pande besi dalam mengembangkan produk.

Hal itu sejalan dengan program cangkul merah putih yang digagas pemerintah, di mana YDBA melakukan koordinasi dengan Kemkop-UKM dan Kemperin untuk menyukseskan program itu.

"YDBA telah melakukan pembinaan dan pengembangan UMKM di berbagai sektor, termasuk UMKM pande besi di Klaten," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (19/4).

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro menegaskan, semua UMKM binaan YDBA, termasuk UMKM yang memproduksi alat pertanian diharapkan dapat membawa hasil guna yang positif.

"YDBA selalu siap memberikan pelatihan-pelatihan mengenai manajemen dan teknik produksi yang berkualitas agar hasil produksinya juga berkualitas," ujarnya.

Terpisah, sejumlah pelaku usaha yang ditemui di Klaten, mengakui, kehadiran YDBA sangat membantu. Seperti disampaikan Supriyanto, pemilik Usaha Dagang Arum Sari, perajin cangkul di Dukuh Karangpoh, Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Klaten.

Menurut dia, setelah mendapatkan pelatihan dari YDBA, pola kerja di bengkelnya pun berubah. Prosesnya menjadi sistematis dan teratur, sehingga waktu produksi juga cepat.

“Dengan menerapkan itu, kami memiliki standar kualitas yang tetap untuk semua produk yang dihasilkan. Kehadiran YDBA bukan bicara pada volume barang yang dihasilkan. YDBA mengajarkan kami menghasilkan produk berkualitas,” terangnya.

Supriyanto menuturkan, rata-rata tiap hari UD Arum Sari bisa memproduksi 30 cangkul. Selain di Klatn, produk itu dipasok ke sejumlah daerah melalui pengepul seperti di Sragen, Ponorogo, dan Pekalongan.

Harga yang dipatok beragam, tergantung pada ukurannya, yakni sebesar Rp 50 ribu-Rp 85 ribu per unit. Saat ini, ia hanya mengalami kendala untuk pemasaran produk agar lebih massif.

Perajin cangkul lain, Didik Dwi Hartanto mengakui hal serupa. Menurut dia, kehadiran YDBA sangat positif dalam membantu para perajin cangkul.

Ia berujar, YDBA memberikan pelatihan agar pelaku usaha bisa memproduksi dengan sistematis, di mana kualitas menjadi perhatian besar.

Didik memproduksi Pacul Jawa yang dianggap lebih kuat dan diminati banyak petani di pulau ini. Tiap hari, ia bisa menghasilkan 10 cangkul yang dijual di kisaran Rp 45 ribu-Rp 50 ribu per unit. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved