Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tadarus

TADARUS KH Mahlail Syakur: Pahala Orang yang Sabar dan Tawakkal

Dua sifat terpuji yang sekaligus harus terekspresi dalam perilaku setiap orang beriman adalah sabar dan tawakkal.

Editor: iswidodo
tribunjateng/ist
KH. Mahlail Syakur Sf. | Ketua LTN PWNU Jawa Tengah dan Dosen Unwahas Semarang 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dua sifat terpuji yang sekaligus harus terekspresi dalam perilaku setiap orang beriman adalah sabar dan tawakkal. Terkadang sabar dimaknai sebagai sikap yang kurang bersemangat, seakan tak perlu lagi berusaha, sehingga terkesan negatif. Sesungghnya dengan sikap sabar seseorang harus mampu memotivasi diri sendiri agar siap menghadapi keadaan.

Misalnya, seorang santri/mahasiswa harus bersabar dalam studi, berarti ia harus rajin belajar, siap menerima tugas dan menjalankan tugas dari guru/dosen guna keberlangsungan studi dan pencapaian tujuan akhir. Demikian pula pemahaman atas istilah tawakkal yang terkadang menuai pemahaman yang keliru (misunderstanding) di tengah masyarakat.

Sabar

Sabar atau kesabaran adalah salah satu pelajaran yang mulia bagi ummat Islam. Sabar secara harfiah berarti menahan sesuatu (habs), dan secara istilah berarti menahan diri dari keinginan, nafsu, atau perilaku yang cenderung akan merugikan orang lain maupun dirinya sendiri.

Sabar merupakan karakter tinggi yang sangat penting bagi orang-orang beriman sehingga sering disebutkan di dalam Alquran. Peranannya tidak sekadar disejajarkan dengan shalat tetapi didahulukan penuturannya sebelum perintah shalat, sebagaimana tercantum dalam Alquran.  “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allâh beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa bersabar merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang beeriman, bukan sekadar hal sekunder.

Tiap-tiap orang dituntut untuk menjadi pribadi yang bersabar dalam menjalankan perintah agama di satu sisi, dan mengahadapi ujian hidup di sisi lainnya. Menjalankan perintah agama dan beribadah seperti menjalankan shalat maktubah dan puasa di bulan Ramadlan harus didasari sikap sabar guna menuai ridha-Nya Allâh SWT.

Sabar terkadang berhubungan dengan takdir Allâh seperti dalam mensikapi perolehan rizqi, jodoh, kesehatan, suasana keluarga dan berbangsa, dan situasi Pandemi ini.

Para rasul Allâh telah menjadi teladan yang baik bagi ummat beriman dalam menghadapi halangan, cobaan, gangguan, dan tantangan. Para nabi yang sekaligus bertugas sebagai rasul senantiasa bersabar dan bersikap toleran terhadap berbagai gangguan, tantangan, dan ancaman dari orang-orang yang belum respek atas dakwah dan ajaran yang disampaikan.

Sabar bukan sekadar sifat yang harus terimplementasi dalam perilaku yang nyata, namun orang yang memiliki sifat sabar akan memperoleh banyak keuntungan. Di antaranya adalah:

Senantiasa disertai oleh Allâh dalam hidupnya; keuntungan ini disebut dengan ma’iyyah Allâh sebagaimana ditegaskan “.... Sesungguhnya Allâh menyertai orang-orang yang bersabar” (QS. Al-Baqarah: 153, dan QS. Al-Anfal: 46). Orang yang bersabar akan terhindar dari perasaan sedih, kecewa, dan takut karena merasa yakin bahwa pasti menyertainya.

Akan dicintai Allâh (mahabbah Allâh); cinta yang diberikan oleh Allâh kepada hambanya sulit dilukiskan dengan kata-kata kecuali dengan perasaan yang gembira, bahagia, dan menyenangkan

Memperoleh kabar gembira (at-tabsyir) tentang kebahagian; Allâh berfirman: “... Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155). Orang yang bersabar akan memperoleh berkah, rahmah, dan hidayah.

Memperoleh jaminan kemenangan dan pertolongan dari Allah. Akan dibebaskan dan diselamatkan dari gangguan musuh yang benci kepada Islam, baik setan atau manusia.

Akan mengetahui hikmah dari kisah dan sejarah tentang sabar dari al-Qur`ân; Dalam setiap peristiwa terdapat hikmah yang hanya dapat dirasakan dengan kesabaran. Memperoleh imbalan (pahala) yang lebih baik, dan pahala tanpa batas.

Berhak memperoleh tiket masuk surga, pakaian sutera, dan menerima ucapan selamat dari malaikat. Oleh karena kehebatan sabar tersebut maka Nabi Muhammad saw. lebih memilih bersabar dalam menghadapi musibah atas pamannya, Hamzah yang wafat di medan perang daripada melakukan pembalasan terhadap musuh meskipun diperbolehkan (QS. An-Nahl: 126).

Tawakkal

Secara harfiah, tawakkal berarti pasrah atau terserah pada keadaan. Tawakkal berarti menyerahkan segala keputusan atau hasil usaha kepada Allâh setelah diusahakan secara maksimal berdasarkan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam agama.

Tawakkal merupakan bagian dari ajaran Islam yang sangat penting. Karenanya, tawakal sangat ditekankan di dalam al-Qur`ân. Tawakkal adalah perbuatan hati, bukan sekadar perkataan, bukan pula kegiatan fisik. Bahkan tawakkal bukan sekadar wacana atau sekedar pengetahuan belaka. Tawakkal merupakan perbuatan hati sehingga tidak bisa sekadar diwujudkan secara fisik, seperti berdiam diri tanpa melakukan usaha (ikhtiyar) lahiriyah.

Hadits tersebut memberikan pelajaran bahwa tawakkal tidak meniadakan usaha lahiriyah seperti mengikat seekor unta ketika seseorang menginginkan hewan piarannya tidak hilang. Hadits tersebut juga mengisyaratkan bahwa tawakkal harus dimiliki setelah melakukan berbagai usaha. Tawakkal tidak boleh terjadi hanya dengan berdiam diri, berpangku tangan, berenak-enakan, atau bermalas-malasan tanpa usaha.

Bertawakkal mendatangkan banyak hikmah. Di antaranya adalah:
Akan mendapat perlindungan, pertolongan, dan anugerah dari Allâh SWT, Akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akherat sebagaimana dalam al-Qur`ân.Orang bertawakkal hidupnya menjadi lebih tenang, tentram, dan terhindar dari stres berat maupun depresi yang berkepanjangan. Di akheratnya disediakan surga yang tinggi. Hidupnya akan dicukupi oleh Allâh SWT.
Orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada Allâh akan dicukupi seluruh keperluan hidupnya, baik secara material maupun spiritual. Orang-orang kaya yang selalu bertawakkal tidak akan mengalami kekhawatiran akan bangkrut sebab Allâh selalu mencukupinya.

Sabar dan tawakkal merupakan dua sifaf mulia yang membedakan antara orang beriman dan tidak. Oleh karena itu, marilah kita menjalankan ibadah dan tugas-tugas lain secara benar, menghadapi problem dan pandemi dengan sabar dan tawakkal. Semoga kita termasuk orang-orang yang terampil moral dan spiritual dengan bersabar dan bertawakkal. Wa- Allah a’lam bis-shawab. (*)

Ditulis oleh  KH. Mahlail Syakur Sf. | Ketua LTN PWNU Jawa Tengah dan Dosen Unwahas Semarang

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved