Kematian 117 Orang/jam, Pohon-pohon Taman Kota di India Pun Ditebang untuk Kremasi
karena semakin banyak orang yang terus meninggal karena covid-19, lebih banyak kayu dibutuhkan untuk bahan bakar pembakaran
TRIBUNJATENG.COM, NEW DELHI - Pejabat di New Delhi, India, diinstruksikan untuk menebang pohon di taman kota untuk membantu proses kremasi korban covid-19, seiring dengan peningkatan kematian yang meroket di seluruh negeri.
Kayu bakar digunakan di India untuk mengkremasi jenazah sebagai bagian dari upacara pemakaman. Tetapi, karena semakin banyak orang yang terus meninggal karena covid-19, lebih banyak kayu dibutuhkan untuk bahan bakar pembakaran, menurut Associated Press.
Di beberapa kota terparah di India, mayat-mayat dikremasi massal di fasilitas darurat, yaitu di taman dan tempat parkir. Kremasi bahkan dilakukan sendiri oleh keluarga jenazah yang putus asa karena tidak mendapat fasilitas krematorium.
Jumlah kasus infeksi covid-19 melonjak di negara Asia Selatan itu, dengan laju pertumbuhannya menjadi yang tercepat di dunia. Sementara jumlah total infeksi tercatat mencapai lebih dari 17,64 juta kasus.
Selama 24 jam terakhir, India mencatat 323.144 kasus baru, demikian dilansir Reuters dan Channel News Asia dari data otoritas India, Selasa (27/4).
Angka itu lebih kecil dibandiingkan dengan puncak kenaikan kasus atau kasus tertingi di dunia pada Senin kemarin yang mencapai 352.991 kasus, di mana rumah sakit diserbu pasien, tetapi terus menolak karena kekurangan tempat tidur dan persediaan oksigen.
Sementara kasus kematian baru dilaporkan sebesar 2.771 orang, tetapi para ahli kesehatan percaya jumlah nyata di lapangan lebih tinggi. Sementara jumlah total kematian tercatat mencapai 197.894 kasus.
Newsweek melaporkan pada Senin (26/4), korban meninggal di India tercatat sebanyak 117 orang/jam akibat kekurangan oksigen, dengan terus melonjaknya jumlah pasien covid-19 yang melanda rumah sakit di Negeri Anak Benua itu.
Para dokter yang putus asa meminta tabung oksigen untuk pasien mereka yang sekarat di media sosial. "Saya merasa tidak berdaya karena pasien saya bertahan hidup dari jam ke jam," kata Dr Gautam Singh kepada Associated Press.
"Saya akan memohon lagi dan berharap seseorang mengirimkan oksigen yang akan membuat pasien saya tetap hidup," tambahnya.
India, yang awalnya dipandang sebagai panutan bagi negara-negara berkembang dalam menahan virus, runtuh di bawah pengaruh wabah terbaru.
Unit perawatan intensif memiliki kapasitas penuh, dan rumah sakit telah memaksimalkan ventilator. Sementara, krematorium negara yang sudah kewalahan harus membakar mayat di udara terbuka.
'Tsunami' covid-19 India itu terjadi hanya beberapa bulan setelah pernyataan Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, yang menyebut negaranya telah mengatasi virus di Forum Ekonomi Dunia.
Mengatasi krisis
Modi telah mendesak semua warga negara untuk mendapatkan vaksinasi dan berhati-hati di tengah badai infeksi.
Ia juga telah berbicara dengan Presiden AS Joe Biden tentang upaya mengatasi krisis tersebut. Kedua pemimpin negara tersebut juga membahas rantai pasokan untuk bahan baku dan obat-obatan vaksin covid-19.
India juga telah menyerukan angkatan bersenjatanya untuk membantu mengatasi krisis yang menghancurkan.
Kepala Staf Pertahanan Jenderal Bipin Rawat menyatakan, oksigen akan didistribuskan dari cadangan angkatan bersenjata, dan pensiunan tenaga medis akan bergabung dengan fasilitas kesehatan yang berjuang di bawah tingginya kasus.
"Jika memungkinkan, infrastruktur medis militer akan tersedia untuk warga sipil," kata pernyataan pemerintah.
"Udara, Kereta Api, Jalan & Laut, Langit & bumi sedang digerakkan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh gelombang covid-19 ini," kata Menteri Kesehatan, Harsh Vardhan, di Twitter.
Negara-negara termasuk Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) telah berjanji memberikan bantuan medis dan mendesak atas keadaan darurat yang membuat rumah sakit di India kewalahan segera diatasi. Sementara Amerika di Kongres AS dan sektor teknologi telah bergabung untuk membantu.
Mitra Reuters ANI melaporkan, pengiriman pasokan alat medis vital dari Inggris, termasuk 100 ventilator dan 95 konsentrator oksigen, tiba di Delhi lebih awal pada Selasa (27/4).
Prancis juga mengirimkan generator oksigen yang dapat menyediakan oksigen sepanjang tahun untuk 250 tempat tidur, kata kedutaan.
Kereta "Oxygen Express" pertama untuk Delhi yang membawa sekitar 70 ton gas yang menyelamatkan jiwa juga sudah mencapai ibukota nasional pada Selasa dini hari.
Melansir Reuters, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan, WHO mengirimkan staf dan pasokan tambahan termasuk perangkat konsentrator oksigen. "Situasi di negara terpadat kedua di dunia itu sangat memilukan," tukasnya. (Kompas.com/Tribunnews)