Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Human Interest

Sempat Putus Asa Kehilangan Kaki Setelah Lulus Kuliah, Arif Kini Sukses Jadi Ustadz dan Penjual Gas

Kenangan itu masih terekam jelas diingatan Achmad Arif Budiono (49), seorang ustadz dan penjual tabung gas keliling di Kota Tegal

Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muslimah

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL- Kenangan itu masih terekam jelas diingatan Achmad Arif Budiono (49), seorang ustadz dan penjual tabung gas keliling di Kota Tegal

Dia harus kehilangan kaki kanannya pada 24 tahun silam karena kecelakaan lalu lintas.

Ya, Arif sapaan akrabnya, adalah penyandang tunadaksa asal Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal

Meski memiliki keterbatasan fisik, ia tidak pernah mengeluh dan putus asa. 

Usaha tabung gasnya justru terus meningkat dari tahun ke tahun. 

Sehari-hari untuk berjalan ia menggunakan dua tongkat.

Juga menggunakan sepeda motor roda tiga khususnya untuk mengantar tabung gas.

Achmad Arif Budiono (49), sosok ustadz penyandang tunadaksa yang pantang menyerah di tengah keterbatasan fisik.
Achmad Arif Budiono (49), sosok ustadz penyandang tunadaksa yang pantang menyerah di tengah keterbatasan fisik. (TribunJateng.com/Fajar Bahruddin Achmad)

"Iya saya tunadaksa. Kaki kanan di atas lutut diamputasi karena kecelakaan di tahun 1997," kata Arif, bapak empat anak kepada tribunjateng.com, Sabtu (1/5/2021). 

Arif mengatakan, ia sehari-hari beraktivitas sebagai guru dan penjual tabung gas. 

Pagi hari ia mengajar mata pelajaran Tahsin, Tahfidz, Tadarus dan Tilawah (T4) di SMP Ihsaniyah Tegal. 

Pulang mengajar pukul 09.00 sampai 12.00 WIB, ia keliling mengantarkan gas ke langganannya di rumah makan dan toko kelontong. 

Siangnya ia mengajar Baca Tulis Alquran (BTQ) di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al Bayan Kota Tegal

Kemudian ia masih mengantar gas pada malam hari untuk langganannya penjual pecel lele. 

"Rutinitas saya seperti itu, cukup padat. Tabung gas yang saya antar senin, rabu dan jumat, itu sampai 70 buah. Selain hari itu, hanya 50 tabung gas saja," katanya. 

Arif bercerita, ia kehilangan kaki kanannya dalam kecelakaan lalu lintas 24 tahun silam di Comal, Kabupaten Pemalang. 

Ketika itu usianya masih 24 tahun. 

Ia baru lulus dari Fakultas Syariah IAIN Walisongo cabang Pekalongan, April 1997. 

Kemudian baru juga bekerja sebagai karyawan di PT Airlangga Pekalongan. 

Namun baru beberapa bulan bekerja, ia harus mengalami kecelakaan, pada Agustus 1997. 

"Saya masih ingat, ketika itu saya habis gajian dan mau memberikan itu kepada orangtua di Tegal. Baru sampai Comal, saya kecelakaan tertabrak mobil Carry. Saat itu saya naik motor GL Pro 96 yang dipinjamkan bos," ungkapnya. 

Setelah itu, menurut Arif, ia kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat di Pemalang. 

Tapi karena tidak ada ahli ortopedi, ia pun dirujuk ke rumah sakit di Surakarta. 

Kakinya kemudian dipasang pen. 

Setelah tiga tahun di rumah, oleh dokter diharuskan dilakukan tindakan amputasi. 

"Pada tahun 2000, kaki saya diamputasi. Setelah itu, ternyata saya lebih merasa bebas menggunakan tongkat," ujarnya. 

Arif mengatakan, pada tahun 2020 juga ia mulai bangkit dan membuka usaha. 

Ia diminta oleh kakaknya untuk mengelola toko jajanan dan makanan ringan di Pasar Karangdawa. 

Barulah pada 2007, ia mulai membuka usaha tabung gas. 

Bermula dari adanya bantuan dari Kementerian Sosial dengan berbagai pilihan usaha, ada bantuan mesin jahit, peralatan bengkel, dan sebagainya. 

Kemudian ia memilih bantuan tabung gas. 

"Dulu usaha gas saya mulai di rumah. Ternyata setelah diantar peminatnya banyak. Lalu saya kembangkan dengan bekerjasama dengan agen-agen. Alhamdulillah sampai hari ini masih berjalan lancar," ungkapnya.

Achmad Arif Budiono (49), saat sedang mengajar ngaji anak-anaknya di rumah.
Achmad Arif Budiono (49), saat sedang mengajar ngaji anak-anaknya di rumah. (TribunJateng.com/Fajar Bahruddin Achmad)

Sementara aktivitasnya sebagai guru dan ustadz, berlangsung sejak 2012. 

Ketika itu ia mendapatkan tawaran untuk mengajar di SMP Ihsaniyah Tegal. 

Kemudian datang juga tawaran untuk mengajar di MDTA Al Bayan Kota Tegal

Kini statusnya sudah sebagai guru tetap. 

"Aktivitas mengajar saya mulai 2012, ketika itu ada tawaran. Karena saya sarjana agama dan ingin mengamalkan ilmu, ya saya terima," ujarnya. 

Arif mengatakan, masa-masa sulit pernah dialaminya setelah kecelakaan yang merenggut kaki kanannya. 

Ia pun sempat drop dan putus asa. 

Namun menurutnya kekurangan bukanlah alasan untuk berhenti berjuang dan berusaha dalam hidup. 

Arif mengatakan, motivasinya adalah ibunya.

Ketika itu ibunya stroke dan kekurangan biaya berobat. 

Ia yang tinggal bersama ibunya di rumah punya kemauan keras untuk mencukupi itu. 

"Ibu saya, itu yang membuat saya bangkit. Waktu itu ibu stroke. Jadi itu yang menjadi kemauan keras saya di tengah keterbatasan," jelasnya. (fba)

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE : 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved