Khotbah Jumat
Khutbah Jumat Singkat Iktibar Pasca Ramadan
Berikut materi khutbah jumat singkat dengan tema Iktibar Pasca Ramadan yang dikutip dari YPKPI Masjid Raya Baiturrrahman Simpanglima Semarang.
Penulis: Muhammad Khoiru Anas | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM - Berikut materi khutbah jumat singkat dengan tema Iktibar Pasca Ramadan.
Hari ini merupakan Jumat pertama di bulan Syawal 1442 Hijriah setelah menempuh Ramadan.
Seperti biasa muslim laki-laki memiliki kewajiban melaksanakan ibadah salat jumat.
Pada hari Jumat Allah SWT membuka pintu segala macam amalan berpahala, seperti mendengarkan khutbah jumat.
Baca juga: Khutbah Idul Fitri: Merayakan Perbedaan dengan Bermaaf-maafan
Baca juga: Khutbah Idul Fitri: Makna Idul Fitri dan Syawal
Baca juga: Khutbah Idul Fitri Syawal Bulan Peningkatan Amal
Selain berpahala, mendengarkan khutbah jumat manfaatnya beragam.
Seperti meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Selengkapnya simak materi khutbah jumat singkat yang dikutip dari Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam (YPKPI) Masjid Raya Baiturrrahman Simpanglima Semarang.
Khutbah I
الحمد لله الذى صدق وعده ونصرعبده واعز جنده وهزم الاحزا ب وحده.
اشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله لا نبى بعده.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى اله واصحابه ومن والاه. اما بعد
فيا ايها الحاضرون او صيكم ونفسى بتقوى الله اتقوا الله حق تقاته ولا تمو تن الا وانتم مسلمون.
فقد فال الله تعالى فى كتا به المبين اعوذ با لله من الشيطا ن الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم : يايها الذين امنوااتقواالله حق تقاته ولا تمو تن الا وانتم مسلمون.
Jamaah jumat rahimakumullah.
Kita telah melalui sebuah momentum strategis dalam meneguhkan peradaban mulia bagi manusia.
Terlebih bagi umat Islam yakni momentum Idul Fitri.
Momentum ini sungguh memiliki makna yang teramat penting bagi umat Islam, yakni momentum meneguhkan peradaban Islam berbasis ukhuwah Islamiyah.
Untuk itulah tentu sangat penting bagi kita kaum muslimin untuk mengelola potensi strategis.
Utamanya membangun komitmen meneguhkan konfigurasi ukhuwah Islamiyah pasca Idulfitri ini.
Ada beberapa potensi strategis sebagai landasan pacu untuk meneguhkan ukhuwah Islamiyah pasca Idulfitri ini, yakni :
1) Potensi Reformasi Psikologis
Reformasi psikologis sungguh sangat berasa sekali bagi kita semua yang telah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa dengan penuh ketulusan semata-mata 'lillahi taala', semata-mata hanya wujud kebaktian kepada Allah SWT.
Itulah yang kemudian menghantarkan kita yang insyaallah menjadi hamba Allah yang 'ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi'.
Posisi kita sebagai hamba Allah yang insyaallah menjadi perfomance hamba yang terampuni dosa-dosa kita.
Nantinya akan menghantarkan kita menjadi pribadi-pribadi yang tampil dengan balutan 'al kadzimiinal ghoidzo' yakni pribadi-pribadi yang tampil dengan kecerdasan emosional.
Yaitu orang-orang yang mampu mengelola emosi dengan sangat kondusif, tidak lagi mudah marah, mudah tersulut oleh hal-hal bersifat merusak pribadi kita.
Pendek kata, sekarang ini kita telah menjadi pribadi-pribadi matang, mampu mengendalikan diri dengan sangat bijaksana.
Firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 134 yang berbunyi;
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
"Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Itulah yang kemudian, hari ini kita mereformasi psikologis kita yang semula enggan memaafkan orang lain, sekarang kita tampil dengan perfomance baru yakni pribadi-pribadi sangat ringan memaafkan sesamanya.
Kita tidak lagi menjadi pribadi angkuh, tapi kita sekarang menjadi pribadi santun, lembah manah, simpati dan empati dengan sesama.
Jamaah jumat rahimakumullah.
2) Reformasi Sosiologis
Reformasi sosiologis dapat kita rasakan bahwa ketika kita bersama-sama mengakhiri ritual ibadah puasa.
Maka setidaknya kita bersama memasuki momentum paling strategis yang oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dikonstruksikan menjadi kearifan lokal yang sangat bermakna, yakni;
Lebaran
Lebaran atau Idulfitri merupakan penanda bahwa ibadah puasa telah selesai.
Kita telah memasuki momentum kemenangan setelah selama satu bulan penuh berjuang dan berjihad untuk meraih maghfirah Allah SWT.
Kita merayakan hari paling penting bagi kita semua, yakni merayakan Idulfitri.
Tetapi kita tidak boleh hanya larut dalam ueforia kemenangan tanpa makna.
Oleh karena itu kita harus melampaui apa yang disebut dengan 'Luberan'.
Luberan
Luberan mengandung makna bahwa kita harus mampu mengekspresikan kebersamaan kita melalui aksi sosial yang kongkrit.
Amalan-amalan mulia seperti sadaqah, infak, dan zakat sangat terasa maknanya bagi kita untuk membangun solidaritas umat Islam.
Inilah peradaban mulia yang sangat penting bagi kita semua.
Selanjutnya kita juga harus melampaui apa yang disebut dengan 'Leburan'.
Leburan
Leburan mengandung makna bahwa kita satu sama lain harus melebur menjadi satu kesatuan umat Islam solid.
Jubah-jubah keangkuhan harus kita lepaskan, untuk kemudian kita bangun solidaritas sesama umat Islam dan kemudian kita sempurnakan dengan apa yang disebut dengan 'Laburan'.
Laburan
Laburan yang dalam hazanah tradisi masyarakat Indonesia ialah merubah perfomance lama dengan perfomance baru.
Hari ini kita telah menjadi manusia-manusia baru, manusia yang diilustrasikan oleh Nabiyullah Muhammad SAW sebagai 'kal waladathu ummuhu', manusia laksana baru saja dilahirkan oleh ibunda kita.
Sebagai manusia dengan performance baru, maka tidak ada pilihan lain kecuali kita sekarang juga harus mampu menunjukkan kepada publik secara luas bahwa umat Islam adalah umat solid.
Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus mampu meneguhkan ukhuwah Islamiyah di Nusantara ini.
Jamaah jumat rahimakumullah.
Hari yang fitri ini, kita tidak boleh lagi satu kelompok dengan kelompok yang lain saling menghakimi, bahkan saling menghujat atau bahkan saling mengkafirkan.
Kita boleh berbeda dalam memahami teks agama kita.
Tapi kita harus tetap satu yakni umat Islam yang saling menguatkan satu dengan lain.
Allah SWT berfirman di dalam Surat Al Hujurat ayat 10-11 yang berbunyi;
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
Memperkokoh ukhuwah Islamiyah saat ini tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Sebab jika tidak, maka kita jugalah yang akan rugi.
Semoga Allah SWT meridhoi niat suci kita ini, sehingga ukhuwah islamiyah yang kita harapkan dapat terjalin dan terwujud dengan baik. Amin ya robbal 'alamin.
Khutbah II
بارك الله لى ولكم فى القران العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايت والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم.
واستغفرالله العظيم لى ولكم ولوالدى ولوالد يكم ولسائرالمسلمين والمسلمات فاستغفروه فيا فوزالمستغفرين ويا نجاة التا ئبين
Demikian materi khutbah jumat singkat, semoga bermanfaat. (amk)