Liputan Khusus
Liputan Khusus : Pasien Covid Kesulitan Cari Plasma Konvalesen, Inilah Penjelasannya
Beberapa pasien akut Covid-19 yang menjalani perawatan kemudian meninggal dunia, salah satunya disebabkan oleh keterlambatan memperoleh donor darah
Plasma konvalesen yang ada di PMI hanya akan didistribusikan ke rumah sakit apabila ada permintaan. Tapi sebelum melakukan transfusi, sebaiknya pihak keluarga pasien menghubungi petugas PMI untuk menanyakan ketersediaan plasma konvalesen di tiap UUD PMI.
"Apabila tersedia, petugas rumah sakit akan membawa sampel darah pasien untuk dicocokkan dengan plasma konvalesen yang ada di UUD PMI.
Petugas rumah sakit atau pihak keluarga pasien akan membawa plasma konvalesen yang sudah disiapkan untuk pasien. Kemudian, pencairan plasma oleh petugas kesehatan tertentu. Kalau sudah siap tinggal dilakukan transfusi plasma," pungkasnya.
Baca juga: Mengapa Negara-negara Arab Diam di Konflik Israel-Palestina? Iran Dituding Senjatai Hamas
Bayar Sendiri
Pengalaman Rudi betapa sulitnya mencari plasma konvalesen untuk kakaknya yang terindikasi Covid-19. Awal Mei kemarin, Rudi mendapatkan kabar oleh saudaranya bahwa kakaknya masuk ke ICU karena covid-19.
"Pihak Rumah Sakit mengatakan kepada keluarga, bahwa pasien butuh dua kantong plasma konvalesen. Kemudian saya dan anggota keluarga lain diberikan surat oleh rumah sakit untuk mencari sendiri plasma konvalesen. Sebab, stok di RSUD Ambarawa dan PMI Kabupaten Semarang habis," tutur Rudi.
Karena sang kakak memiliki golongan darah B+, maka Rudi mencoba menghubungi pihak UUD PMI Kota Semarang. Sayangnya, apa yang dicari Rudi tidak tersedia di PMI tersebut.
"Di sana plasma konvalesen ada, tapi yang untuk golongan B+ kosong. Lalu, saya disarankan untuk menghubungi PMI Kabupaten Banyumas. Namun sebelum itu, saya diminta untuk memastikan apakah biaya penebusan plasma konvalesen ditanggung pemerintah atau pribadi," ucapnya.
Karena mendapatkan informasi tersebut, lantas Rudi mengkonfirmasi kepada pihak RSUD Ambarawa. Benar saja, pihak rumah sakit tidak menanggung biaya penebusan plasma konvalesen.
"Jadi mau tidak mau saya harus menebus plasma konvalesen yang ada di PMI Kabupaten Banyumas sebanyak dua kantong. Totalnya Rp 4,5 juta. Satu kantong Rp 2,25 juta. Rada aneh saja kalau ternyata plasma konvalesen tidak ditanggung BPJS, padahal pemerintah mengatakan gratiskan seluruh biaya perawatan pasien covid-19. Ya sudahlah," tegasnya.
Saat sampai di PMI Banyumas, Rudi sempat berbincang-bincang dengan security setempat. Dia bilang banyak keluarga pasien dari Jawa Barat juga datang ke PMI Banyumas.
"Saya di lokasi pukul 20.30 WIB saja masih banyak orang antre untuk mendapatkan plasma konvalesen di PMI Kabupaten Banyumas," terangnya.
Bertahan 24 jam
Setelah mendapatkan plasma konvalesen, Rudi membawa sendiri plasma tersebut yang sudah dibungkus dengan kotak styrofoam. Menurut keterangan dari petugas PMI, plasma konvalesen dalam kotak styrofoam tersebut bisa bertahan hingga 24 jam.
"Karena dari sana biasa diambil sendiri oleh keluarga pasien, maka saya ke sana ambil sendiri. Lalu setelah itu saya bawa langsung ke RSUD Ambarawa untuk diberikan kepada kakak. Sesuai permintaan dokter, dua kantong plasma konvalesen cukup. Tapi tiap pasien kebutuhannya berbeda-beda," tuturnya.
