Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

BERITA LENGKAP : Penghapusan Bensin Premium Tahun 2022, Apa Dampak Positif dan Negatifnya?

Wacana penghapusan bahan bakar premium kembali mencuat. Hal itu terjadi setelah Menteri ESDM Arifin Tasrif saat melakukan rapat bersama

IST
Pasokan dan kebutuhan BBM di SPBU dimonitor secara real time melalui digitalisasi SPBU 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Wacana penghapusan bahan bakar premium kembali mencuat. Hal itu terjadi setelah Menteri ESDM Arifin Tasrif saat melakukan rapat bersama dengan Komisi VII DPR di Komplek Parlemen, Jakarta, Rabu (2/6).
Rencananya, BBM jenis premium akan dihapus tahun 2022 di wilayah Jawa Madura dan Bali (Jamali)

"Kami meminta agar Premium ini tidak dihapus di tahun 2022, tetap dijalankan (pendistribusian Premium)," ujar Anggota Komisi VII DPR saat rapat dengan Menteri ESDM, Rabu (2/6).

Menurutnya, ke depan pemerintah harus melakukan edukasi secara terus menerus kepada masyarakat terkait BBM ramah lingkungan di wilayah Jamali. Namun, seiring kondisi ekonomi masyarakat tertekan akibat pandemi Covid-19 maka Premium belum perlu dihapus.

Rencana penghapusan BBM jenis premium atau bensin ditanggapi berbeda oleh pengusaha SPBU. Karena masih ada masyarakat butuh premium BBM jenis RON 88 tersebut.

Menanggapi adanya wacana penghapusan BBM premium bersubsidi, sejumlah pengusaha SPBU mengaku setuju dan menaati aturan pemerintah. Satu di antara pengusaha SPBU, Evan Kusuma, yang memiliki dua SPBU di Weleri Kendal dan Mijen Semarang.

Pihaknya mengatakan setuju saja dengan aturan pemerintah yang akan menghapus premium di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali). Namun, yang menjadi catatan yakni jangan setelah dihapus kemudian dimunculkan lagi.

"Setuju saja asal tidak plin-plan. Dari pengalaman yang sudah-sudah, wacana ini sudah bergulir sejak 2018. Tapi nanti setelah stop distribusi, tiba-tiba kami ditawari lagi. Nanti tiba-tiba hilang lagi. Jadi membingungkan," ujarnya.

Masih diminati

Menurutnya, minat penggunaan premium masih cukup tinggi di wilayah Kabupaten Kendal dan pinggiran Kota Semarang. Namun, pihaknya tidak bisa berupaya lebih karena kuota yang dibatasi.

"Sekarang hanya SPBU milik Pertamina saja yang bisa jual premium. Itupun tidak setiap hari ada. Jadi kami hanya akan ditawari ketika Pertamina punya stok premium lebih saja," terangnya.

Semenjak adanya pertalite, Evan sudah tidak lagi menjual bahan bakar premium. Hal itu berdampak pada tingkat penjualan per harinya. Tapi pihaknya tak menjelaskan secara rinci berapa penjualan BBM per harinya.

"Sejak tidak ada premium penjualan pasti turun. Apalagi ditambah adanya tol, jadi semakin turun lagi. Tapi masih kebantu dengan adanya solar subsidi," tuturnya.

Tak hanya yang ada di Weleri Kendal, SPBU miliknya yang ada di Mijen, Kota Semarang pun juga sudah tiga tahun terakhir tidak menjual premium. Semula banyak konsumen yang kaget karena premium selalu habis.

"Awalnya banyak konsumen yang kecele, karena stok premium selalu habis. Tapi mau nggak mau lama-lama ya harus terbiasa pakai pertalite.

Saya harap pemerintah bisa memastikan. Kalau memang mau dihapus ya seharusnya merata, atau ada ketentuan khusus," tuturnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved