Kamp Kerja Paksa Korut Penuh Anak Muda Akibat Kebijakan Baru Kim Jong Un
kehidupan warga di Korut memang dirancang untuk dikendalikan. Korut sedang melakukan 'perang tanpa senjata', dengan ide yang 'sangat reaksioner
TRIBUNJATENG.COM, PYONGYANG - Korea Utara (Korut) baru-baru ini memperkenalkan undang-undang baru untuk membasmi segala jenis pengaruh asing.
Negara yang dipimpin Kim Jong Un itu akan menghukum dengan keras siapa saja yang mengonsumsi film, memakai pakaian, hingga bercakap dengan bahasa gaul asing.
Choi Jong-hoon, satu dari sedikit pembelot yang berhasil keluar dari negara itu pada tahun lalu, mengatakan kepada BBC, bahwa semakin sulit masanya, semakin keras peraturan, undang-undang, dan hukumannya.
"Secara psikologis, ketika perut Anda penuh dan Anda menonton film Korea Selatan, itu mungkin untuk bersantai. Tetapi ketika tidak ada makanan dan itu adalah perjuangan untuk hidup, orang menjadi tidak puas," katanya.
Tindakan keras dari suami Ri Sol-ju itu sebenarnya punya banyak celah. Choi mengatakan kepada BBC, tindakan keras sebelumnya hanya menunjukkan betapa cerdiknya orang-orang dalam mengedarkan dan menonton film-film asing yang biasanya diselundupkan melewati perbatasan dari China.
Selama beberapa tahun, menurut dia, drama beredar lewat stik USB yang mudah disembunyikan dan dienkripsi dengan kata sandi. Kalau kata sandi yang salah tiga kali berturut-turut, USB otomatis akan menghapus isinya.
"Bahkan untuk konten sensitif, USB juga bisa langsung menghapus saat kata sandi yang dimasukkan salah satu kali saja," jelasnya.
"Ada juga banyak kasus di mana USB disetel sehingga hanya dapat dilihat satu kali di komputer tertentu, sehingga Anda tidak dapat mencolokkannya ke perangkat lain atau memberikannya kepada orang lain. Hanya Anda yang dapat melihatnya. Begitu pun jika Anda ingin menyebarkannya, Anda tidak bisa," tukasnya.
Banyak dari mereka yang melakukan pelanggaran yang serupa kala itu dikirim ke kamp kerja paksa. Tapi itu dianggap tidak memberikan efek jera, maka hukuman ditambah. Dari awalnya hukumannya sekitar 1 tahun di kamp kerja paksa, berubah menjadi lebih dari 3 tahun di kamp.
"Sekarang, jika Anda pergi ke kamp kerja paksa, lebih dari 50 persen anak muda ada di sana karena mereka menonton media asing. Jika seseorang menonton materi ilegal selama dua jam, itu sama saja dengan tiga tahun di kamp kerja paksa. Ini adalah masalah besar," tukas Choi
Dikabarkan oleh sejumlah sumber bahwa ukuran beberapa kamp penjara di Korea Utara semakin luas pada tahun lalu. Choi meyakini undang-undang baru yang keras itu memiliki efek.
"Menonton film adalah sebuah kemewahan. Anda harus memberi makan diri sendiri terlebih dahulu, bahkan sebelum Anda berpikir untuk menonton film. Ketika dalam kondisi sulit, bahkan untuk makan, satu anggota keluarga dikirim ke kamp kerja paksa dapat menghancurkan," ucapnya.
Adapun, kehidupan warga di Korut memang dirancang untuk dikendalikan. Laporan terbaru BBC menyebut, Korut sedang melakukan 'perang tanpa senjata', dengan ide yang dinilai 'sangat reaksioner' dan di luar nalar.
Siapa pun yang tertangkap sedang mengonsumsi hal dari Korea Selatan (Korsel), AS, atau Jepang, harus bersiap menghadapi hukuman mati. Paling ringan, mereka yang tertangkap menonton harus menghadapi kamp penjara selama 15 tahun lamanya.
Kim Jong Un ingin menghentikan pembicaraan, gaya rambut, dan pakaian yang berafiliasi dengan budaya asing. Melansir laporan BBC, Kim Jong Un menyebut, semua budaya pop asing sebagai racun berbahaya.