Rakyat Korut Kembali ke Masa Kegelapan Akibat Kebijakan Baru Kim Jong Un

tidak ada akses resmi untuk menyaksikan berita dari luar negeri. Sehingga, warga Korut tidak dapat mengetahui informasi-informasi luar negeri.

Editor: Vito
AFP/KCNA VIA KNS/STR
Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un 

TRIBUNJATENG.COM, SEOUL - Seorang pembelot Korut yang kini tinggal di Korsel, Kim Geum-hyok, membeberkan berbagai acara televisi yang ditampilkan di media elektronik negara Komunis tersebut.

Kepada BBC, ia mengungkapkan, ketika masih menjadi warga Korut, ia sebenarnya tidak ingin menyaksikan televisi pemerintah, KCTV. Televisinya pun dibiarkan berdebu, karena dia enggan untuk menyaksikan program acara yang ditayangkan pemerintah.

Geum-hyok juga menyebut, tidak ada akses resmi untuk menyaksikan berita dari luar negeri. Sehingga, warga Korut tidak dapat mengetahui informasi-informasi luar negeri yang sedang terjadi di dunia. "Hanya ada cara ilegal," ujarnya.

Ia pun mengaku mengingat semua lagu-lagu Korut. Ia mengenang para pengungsi Korut ketika berkumpul bersama. "Satu orang mulai menyanyikan lagu-lagu Korut, dan semua orang pun mengikutinya," tuturnya.

Geum-hyok juga menyebut, budaya Korut lekat dengan budaya Rusia. "Mereka tidak suka menampilkan lagu modern Rusia dan video-video musik yang modern kepada kami. Mereka hanya mengizinkan kami untuk menonton musik perang dahulu kala," tuturnya.

Bahkan, ia berujar, warga Korut tidak bisa menyaksikan televisi China secara gratis. Warga hanya bisa menyaksikan film tentang revolusi China dan Partai Komunis China.

Selain menceritakan ragam acara televisi di Korut, Geum-hyok juga menggambarkan bagaimana para pemimpin Korea Utara dicitrakan di media. Misalnya, mantan pemimpin tertinggi Korut sekaligus ayah Kim Jong-Un, Kim Jong-Il.

Ia menceritakan kala dirinya menyaksikan Kim Jong-Il di televisi. Saat itu, Kim Jong-Il mengunjungi rumah anak-anak. Mantan pemimpin Korut tersebut ditampilkan memeluk anak-anak.

"Orang-orang berkata, 'Wow, pemimpin kita yang baik'. Beberapa orang menangis, 'Oh pemimpinku yang hebat. Dia sangat baik, dia orang yang ramah. Pada saat itu, hatiku menjadi hangat," katanya.

Geum-hyok juga mengakui, saat dirinya masih di Korut, dia mempercayai bahwa Kim Jong-Il benar-benar pemimpin yang baik. Orang-orang di Korut menganggapnya semacam itu. Namun, pandangannya kini berubah. "Sekarang? Seperti 'menjijikkan'," jawabnya.

Pemimpin Korut sekarang, Kim Jong-Un, juga ditampilkan positif di televisi. Geum-hyok mengatakan, orang-orang menganggap Kim Jong-Un sebagai pemimpin yang muda.

Kim Jong-Un juga dianggap berbeda dari ayahnya, Kim-Jong Il. Sehingga, warga Korea Utara menganggap bahwa rezim Kim Jong-Un akan lebih baik dan bergerak maju.

"Tapi tidak, karena hukum baru itu, rezim Korut dan masyarakat Korut kembali ke masa kegelapan. Jadi, saya sedih, dan kemudian saya marah karena hal itu," ungkapnya.

Adapun, Korut baru-baru ini memperkenalkan undang-undang baru untuk membasmi segala jenis pengaruh asing. Negara yang dipimpin Kim Jong Un itu akan menghukum dengan keras siapa saja yang mengonsumsi film, memakai pakaian, hingga bercakap dengan bahasa gaul asing.

Meskipun warga Korut dipapar oleh citra pemerintah yang positif di televisi, tetapi ada pula tayangan lain berupa hiburan. Hiburan tersebut adalah stand-up comedy. Geum-hyok mengakui bahwa hiburan tersebut benar-benar lucu dan menghibur.

"Beberapa orang terkenal karena stand-up comedy, dan mereka lucu, mereka terkenal di Korut. Terkadang, mereka berani untuk mengatakan apa yang terjadi di Korut," jelasnya. Meski demikian, apa yang dibicarakan adalah tentang masyarakat kelas bawah, bukan kelas atas. (Tribunnews/bbc)

Sumber: Tribunnews.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved