Virus Corona
Varian Delta Belum Tertangani, WHO Peringatkan Ancaman Baru Covid-19 'Lambda'
WHO memberikan peringatan baru adanya varian baru corona dengan penyebaran masif bernama Lambda yang kini sudah teridentifikasi di 29 negara.
Kendati begitu, perlu ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dan memahami varian Lambda.
WHO pada Rabu (16/6), menyatakan, varian Delta dari covid-19 yang pertama kali teridentifikasi di India, kini telah bermutasi dan menyebar di lebih dari 80 negara, termasuk Indonesia.
Dengan banyaknya mutasi yang terjadi di berbagai negara, WHO juga melacak laporan terbaru dari varian 'Delta Plus'.
"Menurut saya, ini berarti ada mutasi tambahan yang telah diidentifikasi. Di beberapa varian Delta, kami telah melihat satu mutasi lebih sedikit atau satu penghapusan alih-alih tambahan, jadi kami melihat semuanya," kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis covid-19 WHO, menurut CNBC.
Sebelumnya, lonjakan kasus covid-19 yang terjadi di Indonesia disebut akibat penyebaran virus corona varian Delta asal India yang lebih menular, sekaligus berada di belakang gelombang kedua covid-19 yang menghancurkan India.
Pihak berwenang Rusia juga tengah menyelidiki kemungkinan varian baru covid-19 bersamaan dengan lonjakan kasus yang tiba-tiba negara itu.
Varian Delta juga disebut menjadi sumber lonjakan kasus yang telah diidentifikasi di Rusia.
Akan tetapi, ada kekhawatiran munculnya varian baru Moskow, sebagai mutasi baru dari varian Delta, yang mungkin berada di balik lonjakan kasus tersebut.
Denis Logunov, wakil direktur Institut Gamaleya, yang mengembangkan vaksin Sputnik V Rusia, mengatakan kepada kantor berita milik negara Rusia TASS, bahwa ibu kota negara itu kemungkinan memiliki varian Moskow sendiri.
Ia menyatakan, para ilmuwan di institut itu sedang memantau sejumlah kasus.
Pihak berwenang tidak merilis informasi tentang jenis baru apa pun, dan itu tidak termasuk dalam daftar varian yang mendapat perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Alexander Gitsburg, kepala Institut Gamaleya, menuturkan pada hari Rabu, bahwa para ilmuwan sedang bekerja untuk menentukan momok varian yang beredar di Moskow.
"Ini bukan hanya satu varian Wuhan, tetapi juga varian India yang bermutasi,” jelasnya, kepada The Telegraph.
Lembaga itu mengungkapkan, vaksin buatan Rusia kurang efektif melawan varian Delta.
Akan tetapi, Dr Gitsburg mengatakan, perbedaan efektivitas tidak terlalu signifikan.
“Sputnik V memicu konsentrasi antibodi yang tinggi. Jika seseorang mendapatkan vaksin, mereka akan terlindungi dari varian India,” jelasnya. (Kontan.co.id/tribunnews)