Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Virus Corona

WHO Dorong Modifikasi Vaksin Melawan 'Delta Plus'

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (16/6), menyatakan, varian Delta dari covid-19 yang pertama kali teridentifikasi di Indi

(Shutterstock/angellodeco)
Ilustrasi varian virus corona Delta. Varian ini pertama kali diidentifikasi di India, sebelumnya dinamai B.1.617.2. Virus corona varian Delta. 

TRIBUNJATENG.COM -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (16/6), menyatakan, varian Delta dari covid-19 yang pertama kali teridentifikasi di India, kini telah bermutasi dan menyebar di lebih dari 80 negara, termasuk Indonesia.

Dikutip Newsmax, Varian Delta masuk dalam daftar Variant of Concern (VoC) pada akhir Mei 2021 lalu.

Menurut WHO, VoC berarti bahwa jenis tersebut dapat meningkatkan penularan atau meningkatkan keparahan, serta menurunkan efektivitas tindakan kesehatan dan sosial masyarakat, diagnostik yang tersedia, dan terapi.

Strain Delta hanyalah satu dari 11 mutasi yang diidentifikasi oleh WHO, di mana tujuh di antaranya saat ini tidak dianggap berbahaya. Penelitian telah menunjukkan varian ini bahkan lebih menular daripada varian lain.

Pejabat WHO mengatakan, beberapa laporan telah menemukan bahwa varian itu juga menyebabkan gejala yang lebih parah, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi kesimpulan tersebut.

WHO juga melacak laporan terbaru dari varian 'Delta Plus'. "Menurut saya, ini berarti ada mutasi tambahan yang telah diidentifikasi.

Di beberapa varian Delta, kami telah melihat satu mutasi lebih sedikit atau satu penghapusan alih-alih tambahan, jadi kami melihat semuanya," kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis covid-19 WHO, menurut CNBC.

Terlepas dari variasinya, WHO percaya bahwa vaksin saat ini dapat memberikan setidaknya beberapa perlindungan terhadap varian, karena menimbulkan respon imun yang luas yang melibatkan berbagai antibodi dan sel.

Perubahan pada virus atau mutasi seharusnya tidak membuat vaksin benar-benar tidak efektif. Tetapi jika memang demikian, vaksin dapat dimodifikasi untuk melawannya dengan lebih baik, menurut WHO.

WHO telah melacak mutasi virus sejak awal pandemi dan menyertakan tim khusus untuk evolusinya yang dengan cepat mendeteksi perubahan dan menilai dampaknya.

Menurut WHO, cara terbaik untuk memperlambat penyebaran varian adalah dengan menghentikan penyebaran virus pada sumbernya. Tetap menggunakan masker, cuci tangan, jaga jarak fisik, hindari tempat ramai, dan vaksinasi adalah praktik terbaik untuk mengurangi penularan yang juga akan memperlambat mutasi.
Sebelumnya, lonjakan kasus covid-19 yang terjadi di Indonesia disebut akibat penyebaran virus corona varian

Delta asal India yang lebih menular, sekaligus berada di belakang gelombang kedua covid-19 yang menghancurkan India.

Pihak berwenang Rusia juga tengah menyelidiki kemungkinan varian baru covid-19 bersamaan dengan lonjakan kasus yang tiba-tiba negara itu.

Varian Delta juga disebut menjadi sumber lonjakan kasus yang telah diidentifikasi di Rusia. Akan tetapi, ada kekhawatiran munculnya varian baru Moskow, sebagai mutasi baru dari varian Delta, yang mungkin berada di balik lonjakan kasus tersebut.

Denis Logunov, wakil direktur Institut Gamaleya, yang mengembangkan vaksin Sputnik V Rusia, mengatakan kepada kantor berita milik negara Rusia TASS, bahwa ibu kota negara itu kemungkinan memiliki varian Moskow sendiri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved