Euro 2020
Penonton Piala Eropa Tak Jaga Jarak dan Pakai Masker, Kok Bisa? Ternyata Melalui Proses Panjang
“Kita memang suka melihat akhir tapi jarang melihat proses ya,” ujar dr Tonang Dwi Ardiyanto
TRIBUNJATENG.COM,SOLO - Aksi para penonton laga Euro 2020 tidak menggunakan masker dan jaga jarak ramai diperbincangkan masyarakat.
Apalagi gelaran pertandingan bola tingkat dunia itu dilakukan di tengah pandemi corona.
Juru bicara Satgas Covid-19 RS UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, itu karena capaian vaksinasi di Eropa sudah sangat bagus.
“Kita memang suka melihat akhir tapi jarang melihat proses ya,” ujar dr Tonang Dwi Ardiyanto dalam acara Obrolan Virtual Tribunnews, Kamis (17/6/2021).
Baca juga: Cerita Aaliyah Massaid tentang Angelina Sondakh, Angie Diperkirakan Bebas Tahun Depan
Baca juga: Cuplikan Gol Argentina vs Paraguay, Aksi Cantik Messi & Di Maria, Mudahkan Alejandro Gomez Bikin Gol
“Memang kita lihat beberapa negara cakupan vaksinasinya sudah tinggi berbeda dengan indonesia,” tambahnya.
Tonang memaparkan, di sejumlah negara kasus Covid-19 sudah menurun.
“Inggris misalnya yang divaksin sudah 50 persen dari warga negaranya kasusnya juga tidak membludak,” ujarnya.
“Negara sekitarnya sudah lumayan, sehingga mereka yang mau meramaikan euro ini harus menunjukan bukti telah dilakukan vaksinasi,” paparnya.
Bagi penonton yang tidak bisa menunjukan menurutnya dilakukan skrining covid-19 dengan cepat.
“Jadi yang masuk sudah jelas, dan itu yang masuk udah terbukti negatif, jadi gak semuanya boleh masuk,” ungkapnya.
“Tetap dibatasi, bukan seperti dulu-dulu. Dalam kasus lain di Australia sempat ditemukan kasus baru saat pertandingan tenis,” tambahnya.
Alhasil ditemukan 3 kasus baru, sehingga pertandingan terpaksa harus dilakukan tanpa penonton.
“Langsung di tutup, harus begitu di-lockdown dan dibuka lagi setelah kondusif, lah kita hanya melihatnya sesaat,” ujarnya.
“Kita ini terus terang masih belum bisa prosesnya seperti tadi, kalau Solo lumayan lah vaksinasinya tinggi tapi itu hanya 4,3 persen dari vaksin,” urainya.
Dirinya membandingkan dengan kasus target capaian vaksin di Amerika yang sudah lebih dari 50 persen sedangkan di Solo masih sedikit dan sangat jauh.
Corona Varian Baru
Asrama Donohudan Boyolali kini difungsikan menjadi lokasi isolasi mandiri bagi pasien Covid-19 asal Kudus, Jawa Tengah.
Hal tersebut membuat warga sekitar asrama haji ketar-ketir. Pasalnya, varian baru virus Corona, khususnya Delta ditemukan dalam sampel pasien.
Virus Corona varian Delta dinilai bisa menularkan ke banyak orang dalam waktu yang singkat. Itu yang membuat warga sekitaran Asrama Haji Donohudan khawatir.
Menanggapi hal itu, Jubir Satgas Covid-19 RS UNS Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, masyarakat tidak perlu panik dengan adanya varian baru virus Corona.
"Jangan dianggap (virus) mutan terus sakti, tidak mati-mati, bukan seperti itu," kata Tonang dalam acara Overview Corona Jenis Baru dan Isu Dicovidkan, Kamis (17/6/2021).
Menurut Tonang, varian baru virus Corona tetap akan mati bila terkena sinar matahari.
"Virus mau mutasi apapun, kalau keluar dari tubuh seseorang, lalu kena sinar matahari, kena angin tetap mati," jelasnya.
Oleh karenanya, masyarakat tidak perlu panik dengan adanya varian baru tersebut.
Apalagi, bila selalu menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan tertib dan ketat.
"Selama Asrama Haji Donohudan displin, masyarakat disiplin, itu tidak apa-apa," ucap dia.
"Di lingkungan Asrama Haji Donohudan, misalnya, saling menjaga, ada blok sana-sini sesuai gedung bisa buat sekat. Mencegah adanya transmisi," tambahnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Dokter Solo Jelaskan Kenapa Penonton Euro 2020 Tak Pakai Masker? Ternyata karena Ini