Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Inggris dan AS Mulai Khawatir Dampak Buruk Covid-19 Varian Delta

Di Inggris, varian tersebut sudah mencapai 70 ribu lebih kasus, atau sebanyak 90 persen lebih kasus aktif di negara itu.

Editor: Vito
INDRANIL MUKHERJEE / AFP
ilustrasi - Seorang pejalan kaki berjalan melewati mural dinding yang mewakili langkah-langkah kesadaran terhadap virus corona, menampilkan staf medis garis depan sebagai malaikat pelindung, di Navi, Mumbai, baru-baru ini. 

TRIBUNJATENG.COM, LONDON - Inggris dan Amerika Serikat (AS) mulai khawatir dengan lonjakan kasus covid-19 varian Delta.

Di Inggris, varian tersebut sudah mencapai 70 ribu lebih kasus. Sebanyak 90 persen lebih kasus aktif corona di Inggris merupakan varian Delta, sehingga menyebabkan lonjakan penularan signifikan di negara itu.

Pada Kamis (17/6) lalu, untuk pertama kalinya dalam 4 bulan, Inggris mencatat 11.007 kasus baru selama 24 jam terakhir.

Mengutip The Guardian, hingga 18 Juni kasus varian Delta di Inggris mencapai 75.953. Menurut data Public Health England (PHE), berdasarkan sekuensing seluruh genom (WGS), sebesar 99 persen kasus covid di negara pimpinan Boris Johnson, melibatkan varian Delta.

"Ini naik, mungkin kita bisa sedikit optimistis itu tidak akan naik lebih cepat, tapi bagaimanapun itu naik, jadi gelombang ketiga ini pasti sedang berlangsung," ujar penasihat Komite Gabungan untuk Vaksinasi dan Imunisasi (JVCI), Adam Finn.

Inggris harus memvaksinasi penduduknya dengan cepat untuk mencegah lonjakan kasus dan kematian.

"Kita dapat menyimpulkan bahwa perlombaan antara program vaksin, terutama untuk mendapatkan dosis kedua orang tua dilakukan, dan gelombang ketiga varian Delta," tambah Finn, mengutip The Guardian, Sabtu (19/6).

Beruntungnya, menurut penelitian dari PHE juga, dua dosis vaksiN Pfizer-BioNTech diklaim 88 persen efektif terhadap penyakit simtomatik dari varian Delta.

Sementara di AS, sejumlah pakar kesehatan mulai mengkhawatirkan varian yang pertama kali teridentifikasi di India itu.

"(varian delta) ini adalah yang paling menular dari semua varian yang pernah kami lihat," kata Dekan Sekolah Nasional Kedokteran, di Baylor College of Medicine, Texas, Peter Hotez, kepada CNN, Senin (21/6).

"Kami melihat apa yang terjadi di Inggris, di mana itu terjadi di seluruh negara. Jadi saya khawatir itu akan terjadi di AS," tambahnya.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Rochelle Walensky menyatakan, perlunya mengantisipasi varian Delta yang akan menjadi varian utama dalam beberapa bulan mendatang.

Bahkan, menurut wakil presiden di Helix, perusahaan yang membantu melacak sejumlah varian, William Lee, lonjakan varian Delta akan datang dalam hitungan minggu bukan beberapa bulan lagi.

"Ini sangat menular, kecuali tingkat vaksinasi Anda cukup tinggi, Anda masih akan merasakan wabah," jelasnya.

Varian yang lebih menular seperti Delta juga meningkatkan standar berapa persen populasi yang harus divaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok ini.

"Yang lebih mengkhawatirkan adalah kita tahu bahwa ada kelompok orang yang tidak divaksinasi. Jadi saya khawatir Delta menyebar dengan sangat cepat di kelompok-kelompok itu," tukasnya.

Dua pekan sebelum 5 Juni, CDC memperkirakan 10 persen kasus infeksi Covid-19 di AS merupakan varian Delta. Sekarang, menurut para pakar kesehatan AS, termasuk Anthony Fauci, varian itu menyumbang seperlima dari kasus di Negeri Paman Sam.

Fauci menyebut Delta sebagai ancaman terbesar AS dalam perjuangan melawan virus corona. "Pada beberapa hari yang lalu, sebesar 20,6 persen dari (pasien) isolasi adalah varian Delta. Angka itu terus bertambah setiap 2 minggunya," jelas Fauci.

Dihadapkan dengan varian yang lebih menular, ahli epidemiolog di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Justin Lessler memperkirakan lonjakan terjadi di akhir musim panas (September), atau di awal musim gugur.

Ia bekerja sama dengan belasan institusi lain di Pusat Pemodelan Skenario Covid-19 untuk meramalkan pandemi di masa depan. Model terbaru menemukan bahwa varian mirip Delta yang diasumsikan 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha, dapat mengakibatkan lonjakan Covid-19.

Hingga titik tertentu, varian itu bisa menyebabkan lebih dari 3.000 kematian per minggu di berbagai titik selama musim gugur dan musim dingin.

Namun menurut model tersebut, 86 persen orang AS yang memenuhi syarat divaksin, atau mereka yang berusia 12 tahun ke atas, dapat mencegah kasus kematian lebih dari 10 ribu pada akhir November.

Meski demikian, kecepatan vaksinasi melambat di beberapa negara bagian ASdalam beberapa minggu terakhir. Menurut Lessler, lonjakan covid-19 tidak akan dialami secara seragam di seluruh negeri.

"Negara bagian yang memiliki tingkat vaksinasi lebih rendah, dan tingkat vaksinasi yang diproyeksikan lebih rendah, yang berpotensi mengalami kenaikan (kasus covid-Red) itu," tukasnya. (cnn)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved