PPDB Jateng
PPDB Jateng : Kenapa Titik Lokasi Zonasi tidak Secara Otomatis Melainkan harus Dilakukan Manual
WALAUPUN sistem PPDB Online sudah berlangsung beberapa tahun terakhir, namun persoalan klasik masih saja terjadi.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- WALAUPUN sistem PPDB Online sudah berlangsung beberapa tahun terakhir, namun persoalan klasik masih saja terjadi.
Satu di antaranya, database siswa tidak sinkron dengan sistem yang dikelola oleh pemerintah.
Agus, satu di antara orangtua siswa di Semarang, mengatakan nilai rapor yang dimiliki anaknya tidak tercantum secara otomatis di sistem PPDB 2021 (ppdb.jatengprov.go.id).
Maka, pihaknya Senin ini (21/6) harus melakukan verifikasi ke sekolah terdekat yakni di SMA N 11 Semarang.
"Selain itu, titik lokasi zonasi yang saya masukkan juga tidak secara otomatis mencantumkan tempat tinggal saya.
Melainkan harus dilakukan secara manual. '
Harusnya kendala-kendala ini sudah tidak perlu terjadi, toh sistem PPDB sudah berlangsung beberapa tahun," ungkap pria yang tinggal di Tlogosari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang ini.
Di dalam sistem zonasi yang berdekatan dengan tempat tinggalnya, ada beberapa sekolah SMA yang bisa menjadi pilihan.
Seperti SMA N 11 Semarang, SMA N 2 Semarang, dan SMA N 15 Semarang. Namun menurut Agus, anaknya cenderung ingin masuk di SMA N 11 Semarang.
"Sebenarnya anak saya juga ingin masuk di SMA N 1 Semarang. Karena rata-rata nilai NEM hampir mendekati 9, yakni 8,7. T
api tentu itu harus menggunakan jalur prestasi.
Sedangkan setahu saya, kalau ada siswa yang memiliki piagam lomba yang sesuai sama jurusannya, itu akan jadi nilai tambah. Sedangkan anak saya murni hanya memanfaatkan nilai akademik saja," terangnya.
Agus pun tidak terlalu berharap lebih anaknya bisa masuk di SMA N 1 Semarang. Namun ia tetap akan mendaftarkan anaknya di dua sekolahan tersebut sebagai pilihan utamanya.
"Kalau saya pribadi lebih suka yang dekat rumah. Tapi jika bisa masuk di SMA N 1 Semarang ya Alhamdulillah. Kalaupun tidak, SMA N 11 Semarang juga sudah oke," imbuhnya.
Pihaknya yakin, dibandingkan jalur prestasi yang hanya diberi kuota sebesar 20 persen, jalur zonasi lebih membuatnya merasa aman. Sebab, dari radius tempat tinggalnya banyak sekolah SMA Negeri yang masih dalam satu zonasi.