21 Warga Petungkriyono Pekalongan Positif Corona, Obyek Wisata Alam Langsung Tutup

Adanya 21 orang di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang terpapar Covid-19, objek wisata ditutup.

istimewa
Petugas pos PPKM mikro Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah melakukan pemeriksaan warga yang akan masuk ke Petungkriyono. 

Penulis : Indra Dwi Purnomo

TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Adanya 21 orang di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang terpapar Covid-19, objek wisata alam di kecamatan tersebut ditutup untuk sementara.

Selain itu, tiga akses utama masuk ke kecamatan paling atas di Kabupaten Pekalongan juga disekat. Sehingga, mobilisasi warga bisa lebih terkontrol sesuai dengan protokol kesehatan.

Camat Petungkriyono Farid Abdul Hakim saat dihubungi Tribunjateng.com membenarkan adanya hal tersebut, Jumat (25/6/2021).

"Penyekatan dilakukan di pos PPKM mikro Desa Kayupuring, Desa Gumelem, dan di pos Desa Simego."

"Tiga titik masuk ke Kecamatan Petungkriyono diportal. Di Desa Sokokembang untuk akses dari bawah (utara), dan di Desa Gumelem dan Simego untuk akses masuk dari atas (selatan)," kata 

Camat Petungkriyono Farid Abdul Hakim.

Menurutnya, di pos desa tersebut ada petugas PPKM yang digilir tiap desa dan adanya penyekatan ini pihaknya tida menganggu aktivitas perekonomian.

"SOP-nya kami sampaikan ke rekan-rekan tim satgas desa. Ditanya tujuannya kemana, kepentingannya apa, kemudian mereka kita cek suhu badan, semprot tangan dengan handsanitizer. Penggunaan masker dan sebagainya terpenuhi."

"Minimal itu yang dilakukan karena kalau OTG kan kita ndak tahu apakah dia carier pembawa atau ndak. Yang jelas sesuai standar SOP kita jalankan," ujarnya.

Farid juga mengungkapkan, mahasiswa KKN yang masuk ke wilayah Petungkriyono juga harus ada surat keterangan hasil rapid antigen.

"Kami menjaga semua, jangan sampai tamu positif atau warga yang positif Covid-19," ungkapnya.

Pihaknya menambahkan, di bulan ini masyarakat Kecamatan Petungkriyono ada tradisi legenonan atau sedekah bumi.

Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat dengan kesadarannya menunda kegiatan atau menyesuaikan kegiatan legenonannya dengan kondisi pandemi ini.

"Kegiatan keramaian seperti sedekah bumi dengan kesadaran mereka menunda kegiatan itu atau mengubah kegiatan yang sifatnya hiburan menjadi doa bersama atau apa."

"Intinya lokal wisata domestik, adat istiadat, tetap berjalan tetapi tetap memenuhi prokes dan menyesuaikan dengan kondisi pandemi. Inti pokoknya kan di tasakuran dan doa bersama. Jadi bukan hiburannya. Hiburan itu kan hanya untuk memeriahkan," tambahnya. (Dro)

Sumber: Tribun Jateng
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved